IMLEK dan Hujan, Bagai Lontong dan Sayur

Lamer | Jakarta – Imlek Sabtu (25/1/2020) besok. Hari ini Jakarta hujan lebat. Imlek seringkali hujan. Bagai lontong dan sayur.

Tapi, lontong dan sayur namanya cap go meh. Sedangkan perayaan Cap Go Meh, masih lima belas hari dari tahun baru Imlek.

Ini bukan soal lontong. Tapi, mengapa masyarakat Tionghoa senang jika Imlek turun hujan?

Dikutip dari berbagai sumber, berikut penjelasannya:

Masyarakat Tionghoa setiap Imlek pasti berharap hujan. Karena dianggap sebagai pembawa keberkahan.

Hujan bukan hambatan merayakan Imlek. Melainkan, justru berharap hujan.

Maka, hampir di setiap Imlek hujan. Sehingga Imlek identik dengan hujan, selain warna merah dan angpaonya.

Tentang hujan dan Imlek, berikut fakta menarik:

Sejarah Imlek dan Hujan

Dikutip dari beberapa sumber, Imlek merupakan hari raya yang berawal dari rasa syukur masyarakat China atas datangnya musim semi di Tiongkok.

Sebab musim semi dianggap membawa keberuntungan dan keberkahan berkat melimpahnya hasil panen dan juga suasananya yang indah.

Pada saat itu, hujan juga biasanya turun sehingga masyarakat menyambutnya dengan kebahagiaan.

Akhirnya, muncul kepercayaan dan keyakinan bahwa hujan merupakan pertanda adanya keberuntungan.

Berlaku di Indonesia

Keyakinan ini kemudian meluas ke seluruh dunia. Termasuk di Indonesia. Bahwa hujan saat Imlek akan membawa keberuntungan.

Dan uniknya di Indonesia, Imlek hampir selalu hujan. Meskipun terkadang Imlek terkadang tidak hujan.

Ahli Fengsui Mengatakan…

Menurut ahli Fengsui, hujan adalah symbol keberuntungan bagi kehidupan, karir, dan juga bisnis.

Parameter keberuntungan biasanya dilihat berdasarkan intensitas hujan yang turun.

Masyarakat Tionghoa pada umumnya meyakini turunnya hujan berarti Dewi Kwan Im sedang menyiram bunga Mei Hua.

Itu berarti turunnya keberkahan dari langit.

Intensitas Hujan Jadi Parameter

Besar kecilnya keberuntungan, menurut pakar Fengsui, dilihat berdasarkan intensitas hujan yang turun.

Hujan Gerimis

Hujan gerimis artinya keberuntungan yang akan datang juga sedikit. Tapi, hujan gerimis dalam waktu lama, dianggap sebagai keberuntungan sepanjang tahun.

Hujan Deras

Berarti akan ada keberuntungan yang melimpah ruah, menghampiri masyarakat Tionghoa yang tempat tinggalnya diguyur hujan.

Hujan Badai

Hujan yang terlampau deras dan disertai badai, malah negatif. Itu pertanda musibah dan marabahaya seperti banjir ataupun pohon tumbang.

Tidak Hujan

Imlek tanpa hujan, dianggap sebagai ketidakberuntungan. Meski begitu, masyarakat Tionghoa menganggap bukan berarti Imlek mereka tidak direstui Tuhan.

Hari raya Imlek akan tetap membawa kebahagiaan dan kemeriahan bagi mereka walaupun tanpa hujan.

Ada atau tidak adanya hujan memang merupakan kehendak dari Yang Maha Kuasa, sehingga manusia tidak bisa menentukan kadar hujan yang mereka inginkan.

Penjelasan Logis Imlek dan Hujan

Penjelasan paling logis kenapa seringkali hujan turun saat Imlek, karena berdasarkan penanggalan China, tahun baru selalu datang pada saat memasuki musim semi sehingga sangat wajar apabila hujan turun saat Imlek.

Para leluhur masyarakat China mayoritas merupakan petani sehingga dalam sejarahnya, Imlek merupakan perayaan dimulainya masa cocok tanam.

Hujan membantu proses cocok tanam. Sehingga dimaknai sebagai pembawa rezeki.

Kepercayaan hujan sebagai pembawa rezeki juga masih bertahan hingga masa modern saat ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika juga memperkuat penjelasan seringnya hujan turun saat tahun baru China.

Imlek biasanya jatuh pada bulan Januari-Februari yang merupakan saat-saat musim hujan di Indonesia. Hubungan hujan dan Imlek semakin erat.

Imlek selalu bergeser setiap tahun. Seperti Idul Fitri yang menggunakan penghitungan kalender Hijriyah.

Maka, ada saatnya Imlek di musim kemarau di bulan Juni ataupun Juli. Namun, penghitungan kalender China juga berbeda dengan Masehi ataupun Hijriah, sehingga Imlek selalu datang pada musim semi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *