Mengingat Sejarah Dan Perongrong Nama Besar Kosgoro 1957

Sidoarjo l Lampumerah.id – Carut marut kepengurusan Kosgoro 1957, pasca Mubes Kosgoro 1957 di Cirebon pada 6-9 Maret 2021 yang lalu.
Membuat Ketua PDK Kosgoro 1957 Surabaya, Ilhamsyah Maittumu ikut, angkat bicara. Ia mengingatkan kepada semua pihak, jangan sampai lupa sejarah Kosgoro 1957 dan ia juga berharap kepada semua pihak untuk introspeksi diri.

Ketua PDK Kosgoro 1957 Surabaya, Ilhamsyah Maittumu menceritakan
Proses perjalanan karir anak bangsa yang paling paripurna di Indonesia adalah Agung Laksono, baik sebagai tokoh masyarakat, politisi maupun birokrat.
Tidak bisa dipungkiri melalui baju Kosgoro 1957, beliau bisa menghantarkan dirinya sebagai salah satu tokoh nasional terbaik di Indonesia.
“Pak Agung berangkat meniti kariernya dari Kosgoro 1957,” katanya, Minggu (11/04/21).

Lanjut Ilham, Parameternya sangat sederhana. Siapa yang tidak mengenal Agung Laksono. Banyak kepercayaan yang diberikan kepadanya baik di organisasi sosial, fungsional, politik dan birokrasi yang tidak dimiliki banyak orang.
“Kami sebagai kader Kosgoro 1957 Surabaya sangat bangga, ada kader yang selama hidupnya mengabdikan dirinya untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara,” tegasnya.

Masih kata Ilham, keberadaan Agung Laksono sekarang bukan saja milik Kosgoro 1957 tapi sudah merupakan milik seluruh rakyat Indonesia. Sehingga  sangat layak untuk menjadi panutan. Untuk membantu agar tetap terjaga keparipurnaan Agung Laksono, maka hukumnya wajib bagi seluruh Kosgoro 1957 se-Indonesia untuk selalu mengingatkan apabila ada sesuatu kekhilafannya sebagai insan manusia sekaligus bentuk kecintaan pada figur panutan.

“Wajib hukumnya, mengingatkan beliau, sebagai bentuk kecintaan dan figur panutan,” ungkapnya.

Pihaknya sebagai Kosgoro 1957 Kota Surabaya, sekedar merefleksi ke belakang sejarah terbentuknya Kosgoro 1957.
Bahwa Kosgoro yang asli dilahirkan pada 10 November 1957 dan diprakarsai Mas Isman dan teman-teman Trip di Surabaya, Jawa Timur.

Kenapa saya sampaikan “asli”, karena proses perjalanan waktu di era reformasi ada Kosgoro yang mencoba untuk mengaburkan prespektif kesejarahan.
Mereka mencoba Kosgoro tidak lagi sebagai pendiri Partai Golkar, dengan mencoba tidak mempunyai kaitan antara partai politik dan kegiatan sosial politik.

Dan untuk meluruskan kembali hakikat perjuangan dan suasana kebatinan kelahiran Kosgoro dideklarasikan tanggal 8 Februari 2003 dengan Kosgoro 1957 asli.
Karena lahir di Kota Surabaya, kami Kosgoro 1957 Surabaya, mempunyai kewajiban menjaga Tri Dharma sebagai ruh perjuangan dan marwah pengabdian Kosgoro 1957.

Sangat penting untuk dipahami kelahiran Kosgoro 1957 sejatinya adalah untuk menguji kembali “krenteg” perjuangan para pemuda ketika aktif di medan pertempuran.
Hal ini diwujudkan dalam dua hal penting pengabdian. Pertama, pengabdian memerdekakan bangsa dari segala bentuk penjajahan. Kedua, meningkatkan derajat akibat penjajahan.

Dalam Musyawarah Besar (Mubes) lV, seharusnya dipakai sebagai alat untuk meningkatkan kualitas Tri Dharma dalam segala sendi kehidupan agar Kosgoro 1957 lebih punya makna dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Perilaku Mubes IV adalah cerminan kualitas perilaku Kosgoro 1957 yang akan datang. Karena keputusannya sangat mengikat dalam perjalanannya ke depan. Kosgoro 1957 Surabaya merasakan ada nuansa dan aroma pengingkaran pengabdian kemerdekaan

Nuansa nepotisme yang sampai hari ini merupakan “barang haram” demi kelangsungan Kosgoro 1957, dibuat seakan demokratis tapi prakteknya melakukan penindasan hak kader dengan cara terstruktur dan massif.

Dalam suksesi nepotisme didukung oknum-oknum calon perusak masa depan Kosgoro 1957. Yakni dengan melakukan pembiaran bahkan memberikan pembenaran tentang langkah Agung Laksono yang sangat jelas merugikan kita semua.

“Ia yang sekarang posisinya sebagai Wantimpres sangat terikat dengan aturan yang melekat,” terangnya.

Dengan melakukan safari demi suksesnya nepotisme mempunyai peluang yang sangat besar ditegur presiden yang telah memberikan kepercayaan ke panutan kita.
Sekali lagi, kami Kosgoro 1957 Surabaya mengingatkan demi kecintaan kepada Kosgoro 1957 dan Agung Laksono serta oknum-oknum penjerumus, mohon untuk dipertimbangkan kembali langkah-langkah yang telah dilakukan karena sangat merugikan kita semua.

“Mari kita rajut kembali kebersamaan kita dengan semangat Tri Dharma  demi kelangsungan dan kejayaan Kosgoro 1957,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *