Nama Letjend Doni Monardo tidak hanya menorehkan prestasi di militer. Lulusan akmil (akademi militer) 1985 ini juga dikenal menorehkan banyak prestasi di bidang kemanusiaan dan konservasi lingkungan.
Anugerah Doctor Honoris Causa yang diberikan IPB University pagi ini, bukan hal yang berlebihan. Selepas dari jabatan Danpampres dan menjadi Panglima Kodam XVI Pattimura (2015—2017), Doni sudah menorehkan prestasi melalui program “Emas Hijau dan Emas Biru” yang kemudian menjadi legacy.
Jenderal bintang tiga—mantan danjen koppasus–berdarah Minang ini kemudian mendapat predikat sebagai “bapak (sungai) Citarum”. Sebuah legacy publik saat ditugaskan sebagai Pangdam III Siliwangi pada akhir tahun 2017, menyusul inisiasi program pemulihan DAS Citarum secara terintegrasi melibatkan pemerintah, unsur masyarakat, perguruan tinggi dan media yang dikenal sebagai pentahelix.
Sebagai putra kelahiran Cimahi, Jawa Barat pada 10 Mei 1963, Doni seketika tergerak hati saat mengetahui sungai kebanggaan warga tanah Pasundan ini begitu kotor dan berpredikat sebagai sungai terkotor didunia.
Belum genap satu minggu menjabat sebagai Pangdam III Siliwangi, Doni langsung sowan menemui Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat saat itu dan mengutarakan gagasanya untuk percepatan pemulihan ekosistem sepanjang DAS Citarum melibatkan semua unsur masyarakat.
Semua yang terkait dan peduli dengan aliran DAS Citarum di datangai dan diundang untuk didengarkan pendapat dan masukannya.
“Kang Aher (sebutan Doni pada Ahmad Heryawan) yang sebelumnya mengusulkan “Citarum Bestari” sebagai program yang dicanangkan untuk dilanjutkan, akhirnya menyetujui penamaan program pemulihan kembali; “Citarum Harum,’’ ujar Doni saat pertama kali bertemu dengan penulis, di lembah Gunung Wayang, pada dini hari sekitar pukul 02:00 WIB.
Nama, kata Doni, harus disesuaikan dengan kearifan lokal masyarakat Sunda, Jawa Barat yang menghargai sungai sebagai sesuatu peradaban yang agung dan menjadi kebutuhan yang menghidupi masyarakat. Sebelumnya sudah ada Citarum Bestari. Kemudian ada sebutan “Paris van Java” untuk kota Bandung.
“Selain itu, masyarakat Sunda, juga terkenal rapih dan menyukai yang harum-harum. Beberapa pihak saya minta pendapat terkait nama program percepatan pemulihan DAS Citarum ini, melalui WA Group, termasuk Anda dan Irma Hutabarat (aktifis lingkungan penggiat fetiver) sepakat “Harum Citarum” menjadi nama program,’’ jelas Doni yang belum terlihat letih meski hingga dini hari dan sudah mendengar lebih dari 40 perwakilan dari unsur masyarakat. Esa (bersambung)