Jakarta, Lampumerah.id – Selasa 24 Juli 2023, Presiden Republik Indonesia Ir H Joko Widodo mengundang Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII), Muhammad Abdullah Syukri atau Gus Abe, beserta jajaran pengurus ke Istana Merdeka, Jakarta Pusat.
Dari berbagai sumber dikutip, PMII mendiskusikan berbagai isu dengan Presiden, diantaranya adalah PMII menyerahkan Jurnal Akademis tentang Ibu Kota Nusantara (IKN) kepada Presiden dan berdiskusi terkait pelaksanaan Pemilu 2024 mendatang.
“Kami di sana mendiskusikan soal Ibu Kota Negara. Bahkan kami PMII menyerahkan jurnal akademis yang telah disusun oleh kader terbaik kita dari seluruh Indonesia,” Jelas pria yang akrab disapa Gus Abe tersebut.
Dalam pertemuan dengan presiden Jokowi Abdullah Syukri juga menyampaikan bahwa PMII tidak ingin partisipasi pemuda dalam politik hanya sebuah pemanis.
“Kami tidak ingin pemuda hanya menjadi gimik dalam politik. Kami akan mendukung penuh calon presiden dan Wakil Presiden yang punya visi – misi besar untuk kepemudaan, ” imbuh Abdullah Syukri.
Lantas, siapa sosok Gus Abe, anak muda yang namanya kini banyak diperbincagkan di kalangan aktivis sehingga diundang oleh Presiden Jokowi.
Berikut data yang dihimpun redaksi dari sejumlah sumber:
1. Berasal dari keluarga Pesantren
Muhammad Abdullah Syukri atau Gus Abe lahir dari kalangan Pesantren pada 5 Oktober 1991 di Cirebon.
Ayahnya, KH Hasanuddin Kriyani merupakan salah satu Kiai Sepuh dari Pondok Pesantren Buntet Cirebon dan Ibunya, Ny Hj Eni Khunaeniyah berasal dari Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin. Dua pondok pesantren tersebut merupakan dua diantara pesantren-pesantren yang sangat disegani di kalangan Nahdlatul Ulama karena termasuk pesantren tua dan telah memiliki kiprah sepanjang usia NU dan Negara Indonesia.
Selayaknya seorang santri, Gus Abe juga pernah menuntut Ilmu di sejumlah pesantren di tanah jawa, diantaranya PP Anwarul Huda Malang dan PP Al-Anwar Sarang Rembang.
Bisa jadi, karena latar belakang tersebut dan posisinya sebagai Ketua Umum PB PMII, seringkali Gus Abe dijadikan tempat diskusi dan bertanya para Kiai terkait situasi nasional terkini.
Terlihat dari rekam jejak media sosial, dimana Gus Abe rutin bertemu dengan para Kiai dan Habaib di sejumlah Pondok Pesantren.
2. Lulusan terbaik Ilmu Politik Universitas Brawijaya dan Penerima Beasiswa S2 DAAD Jerman
Gus Abe sepertinya termasuk kategori putera seorang Kiai yang memiliki pengalaman pendidikan yang terbuka dan luas. Ia lulus dari Prodi Ilmu Politik Universitas Brawijaya dengan menyabet Medali Tan Malaka, yang merupakan medali tahunan bergengsi bagi lulusan yang berprestasi secara akademik dan kepemimpinan.
Kemudian ia tercatat melanjutkan pendidikan S2 di Institute of Political Science, University of Duisburg-Essen Jerman melalui beasiswa DAAD, sebuah beasiswa ekslusif dari pemerintah Jerman untuk kalangan profesional muda dan pemimpin muda.
Latar belakang dalam dunia pendidikannya membuat ia tertulis sebagai satu-satunya Ketua Umum PB PMII yang lulus dari pendidikan luar negeri.
Ia juga sempat diajak oleh Dino Patti Djalal, pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) untuk terlibat dalam kegiatan perdamaian dunia yang disebut 1000 Abrahamic Circles di Serbia dan Amerika serikat pada 2019 lalu. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengurangi ketegangan diantara konflik agama-agama Ibrahim (Yahudi-Kristen dan Islam).
Pada Agustus 2022, bersama 15 pemimpin muda Indonesia yang terhimpun dalam Kader Bangsa Fellowship ia melawat ke Australia untuk mengikuti Indonesian Young Leader Exchange Program. Yang menghasilkan berbagai macam sudut pandang untuk membangun SDM Indonesia dan memperkuat hubungan Indonesia-Australia.
Melihat rekam jejaknya, Gus Abe tidak hanya memiliki jaringan dalam skala nasional, tapi juga jaringan Internasional yang membuat kiprahnya semakin disegani.
3. Dikenal sebagai Ketua Umum PB PMII yang Mencuri Perhatian
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) merupakan basis organisasi mahasiswa yang beranggotakan dari kalangan Nahdlatul Ulama. Yang terlah melahirkan banyak tokoh di Republik ini, semisal tokoh yang dikenal pada hari ini seperti Abdul Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua DPR RI), Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Yaqut Cholil Qoumas (Menteri Agama RI), Abdul Halim Iskandar (Menteri Desa PDTT), Ida Fauziyah (Menteri Ketenagakerjaan) adalah para alumni PMII, dan masih banyak lagi alumni PMII lintas sektor dan profesi.
Dari sejumlah sumber pewartaan, PMII dibawah kepemimpinan Gus Abe cukup banyak menghiasi kolom pemberitaan. Terakhir, pada bulan Juni lalu, PMII mencuri perhatian publik setelah sukses menghelat giat akbar HARLAH PMII 63 di Benteng Vastenburg Solo, yang dihadiri 25.000 kader. Belum ada organisasi aktivis mahasiswa yang mampu menghadirkan kadernya sebanyak itu. Sedianya acara tersebut dihadiri Presiden Jokowi, tetapi akhirnya diwakili oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka. Acara tersebut juga dihadiri sejumlah senior PMII lintas profesi dan partai politik sehingga menjadi panggung bersama pemimpin bangsa. Di kalangan Internal PMII, disebutkan bahwa acara tersebut merupakan acara terbesar sepanjang sejarah PMII berdiri.
Pada 2022 yang lalu, saat Indonesia menjadi Tuan Rumah gelaran G20, PMII melalui Ketua Umum Gus Abe secara aktif turut berkontribusi pada event bergengsi tersebut. Gus Abe merupakan satu dari empat pemimpin muda Indonesia yang mewakili Indonesia pada ajang Youth 20 (Y20) dan satu-satunya mewakili profil sebagai aktivis dari kalangan Cipayung. Latar belakangnya sebagai lulusan master dari Jerman membuatnya tidak begitu sulit untuk turut menyusun dokumen kesepakatan dan berdebat dalam isu Diversity dan Inclusion bersama pemimpin muda anggota G20.
Pada kesempatan yang lain, PMII merupakan organisasi mahasiswa yang membuat gelombang protes dan demonstrasi terbesar di Indonesia saat isu kenaikan BBM pada September 2022. Gus Abe menyebutnya sebagai #SeptemberBergerak. Gus Abe mengawali aksinya dengan membawa 3000 massa aksi PMII di depan Istana Negara, itu merupakan aksi terbesar mahasiswa pada momen penolakan kenaikan Harga BBM. Aksi tersebut kemudian diikuti oleh gerakan seluruh kader PMII se Indonesia.
Diakhir wawancaranya bersama sejumlah wartawan, ia menjamin, dengan diundangnya dirinya dan PMII ke Istana tidak akan mengurangi nalar kritis PMII terhadap sejumlah dinamika persoalan kerakyatan dan kebangsaan.