GRESIK | lampunerah.id – Cicilia Veronika (48) dan anaknya Celine Angelina Wijaya (5), mengalami luka bakar di kaki dan tangan akibat rumah toko (ruko) yang ditempatinya di Jalan Usman Sadar 85 A, Kelurahan Karang Turi Kecamatan Gresik, mendadak terbakar, Minggu (26/2) dini hari.
Selain rugi puluhan juta rupiah akibat ruko Sumber Makmur tersebut terbakar, ibu dan anak harus dilarikan ke IGD RS Petrokimia Gresik untuk mendapat perawatan.
Awalnya, Cicilia Veronika tidur di kamar atas bareng anaknya, tiba-tiba terbangun karena merasakan hawa panas. Dengan setengah sadar, dilihatnya ada kobaran api di dalam kamarnya.
Spontan korban menggendong anaknya berusaha menyelamatkan diri namun, api sudah menjilat bagian kaki anaknya. Api juga menyambar sebagian wajah anaknya, hingga akhirnya ibu dan anak ini berhasil keluar kamar sambil berteriak minta tolong.
Teriakan tersebut membangunkan anaknya Andrea Wijaya (21) yang tidur di kamar sebelah. Begitu juga asisten rumah tangga (ART) yang sedang tertidur. Mereka langsung berusaha menyelamatkan diri,.dengan berlari ke arah balkon depan lantai 2 sambil berteriak minta tolong ke warga setempat. Sebab, terlalu lama untuk turun ke bawah yang pintu harminoka terkunci.
Warga yang mendengar teriakan minta tolong, segera membantu menurunkan korban dari lantai 2. Sebagian warga memadamkan api dengan alat seadanya agar kebakaran tak merembet ke sekelilingnya. Mengingat sepanjang Jalan Usman Sadar merupakan kawasan pertokoan padat di Kota Gresik.
“Terdengar ledakan dari set box TV. Sehingga warga tidak berani melanjutkan memadamkan api,”imbuh ujar Kepala Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarla) Gresik, Agustin Halamoan Sinaga.
Yono, warga setempat lalu menghubungi Damkarla Gresik yang dalam waktu singkat mengirim delapan anggotanya dengan mobil pemadam dan suplai ke lokasi.
“Kita juga langsung menghubungi PLN untuk pemadaman listrik di tempat kejadian kekabaran (TKK),” kata Sinaga.
Diakui Sinaga, selama proses pemadaman anggotanya kesulitan bernafas karena banyak bahan mudah terbakar di lokasi. Selain itu asap tebal dalam ruangan, membuat mata cepat pedih.
“Untuk menghilangkan dan mengeluarkan asap dilakukan pancaran spray supaya aman dan nyaman untuk melakukan pemadaman. Juga direncanakan mendatangkan bantuan blower tetapi urung karena akses sempit dan sulit. Juga tidak ada aliran listrik,” tambahnya.
Akhirnya diputuskan menggunakan self contained breathing apparatus (SCBA), atau alat pernapasan bertekanan udara. Saat SCBA tiba di lokasi, asap tinggal sedikit. Sehingga, SCBA tidak digunakan, tetapi anggota terus melakukan pembasahan sampai dipastikan api sudah padam dan kondisi aman. (san)