Jakarta, Lampumerah.id – Menindaklanjuti pernyataan Ketua Umum DPP IMM yang telah
melakukan pernyataan dan mengajak di suatu video postingan instagram Abdul
Musawir Yahya, bahwasannya Ketua Umum DPP IMM mengatakan bahwa “mengajak semua elemen anak muda muhammadiyah untuk hadir mendeklarasikan pada salah satu calon presiden dan wakil presiden dalam hal ini paslon 02 yakni Prabowo Subianto dan Gibran”. Yang sampai saat ini belum
di klarifikasi secara kelembagaan oleh DPP IMM periode 2021/2023 hal ini tentunya menjadi keresahan sendiri di wilayah malang raya.
Hal ini didukung dengan pernyataan sikap PC IMM Malang raya yang
telah mengeluarkan press release bahwasanya “menuntut untuk mendorong DPP
IMM untuk memberikan sikap tegas keorganisasian dan berkomitmen untuk
independent dan netral dalam kontestasi pemilu 2024 sesuai dengan hasil
konsolidasi nasional pimpinan pusat Muhammadiyah.
” Pernyataan demikian
dirasa tidak menyelesaikan masalah dan tidak mendapatkan keterangan atau sikap yang jelas dari pihak Ketua DPP IMM. Belum tuntasnya isu ini dirasa berimbas pada agenda muktamar IMM sehingga menimbulkan banyak spekulasi
berkaitan dengan keberpihakannya pada agenda Muktamar XX Palembang.
Dengan hadirnya kubu salah satu calon presiden yang berkontestasi di pemilu 2024.
Berbicara soal Muktamar yang seharusnya menjadi ajang untuk bertukar
pikiran dan gagasan menjadi perang kedigdayaan politik praktis yang menyebabkan indikasi dualisme pada tubuh IMM dikarenakan proses muktamar begitu bermasalah, nampak terburu buru dan tidak substansial.
Di tataran pimpinan cabang pun, hal ini di perkuat dengan PC Malang Raya yang tidak melakukan konsolidasi di tataran komsariat terkait dinamika tersebut.
Terlihat indikasi berbau kepentingan dan hanya mengisi peran sebagai penggembira dan
tidak ada gagasan yang ditawarkan.
Sangat miris dan memalukan pada forum muktamar XX Palembang yang seharusnya sakral malah malah menjadi “berebut kursi” untuk menjadi senjata
dalam kericuhan.
Laporan pertanggung jawaban DPP IMM Periode 2022/2024 yang seharusnya diisi dengan perdebatan dan adu gagasan yang dibawa oleh para Pimpinan Daerah maupun Pimpinan Cabang sebagai perwakilan IMM di ranah grassroot, Sebaliknya malah menjadi tidak berguna dan terlihat konyol karena
delegasi Pimpinan Cabang tidak membawa dasar dan nilai yang jelas untuk di
perdebatkan.
Keresahan ini seharusnya menjadi bahan refleksi dan tamparan keras bagi
seluruh lapisan kader IMM yang seharusnya selalu merujuk pada garis tujuan
suci ikatan yang telah termaktub jelas dalam pedoman-pedoman yang ada.
Hari ini IMM telah mengarahkan dirinya ke dalam jurang kepentingan praktis yang
sangat tidak selaras dengan tugas suci yang seharusnya diemban, yakni misi suci sebagai organisasi perkaderan.
Yakni mencetak kader persarikatan, kader
ummat, kader bangsa, pun kader kemanusiaan.
Bukannya malah melakukan hal-
hal praktis untuk mencapai kepentingan segelintir orang.
Hal ini akan
membentuk wajah kotor IMM di depan kader-kader akar rumput di komisariat-
komisariat.
Lunturlah wajah suci ikatan, hancur pula proses perkaderan, kader-
kader yang akan terbentuk pun pada akhirnya akan lupa terhadap cita-cita awal IMM selaku organisasi perkaderan dan berbelok arah menjadi kader politis yang mengedepankan kekuasaan dan kepentingan.
Hal ini tentunya bisa menjadi dasar para pimpinan komisariat untuk
merefleksikan proses perkaderan di komisariatnya untuk menginternaliasi niat dan
tujuan mereka yang masuk ke organisasi perkaderan guna mendidik diri manusia agar berguna bagi dirinya sendiri maupun bagi oranglain.
Idealisme tertinggi berasal dari para Pimpinan Komisariat untuk menentukan arah dan tujuan komisariatnya bukan
hanya melenggangkan kepentingan para pihak yang mengejar jabatan dan uang.