Dirikan Klaster Jagung di Rembang, SIG Berharap Penghasilan Petani Meningkat

Foto: Istimewa
Bupati Rembang, Abdul Hafidz (ketiga kiri), General Manager of CSR SIG, Edy Saraya (kedua kiri) melihat produk olahan jagung UMKM binaan Rumah BUMN SIG di Rembang Jawa Tengah.

GRESIK |lampumerah.id – Bertujuan meningkatkan produktivitas sekaligus pendapatan petani jagung, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) membentuk “klaster jagung” untuk petani jagung di Kecamatan Gunem, Bulu, Pamotan dan Sedan Kabupaten Rembang.

SVP of Supporting SIG, Muchamad Supriyadi menjelaskan dibentuknya klaster jagung ini karena potensi jagung di Kabupaten Rembang cukup besar.

Sebab jagung memiliki nilai ekonomi yang tinggi selain biji, batang dan daun yang dapat dimanfaatkan, bonggol jagung juga dapat digunakan untuk bahan bakar alternatif pengganti batu bara pada pabrik semen.

“Karena itu SIG berharap, UMKM di Rembang yang memiliki lahan dan tanaman jagung dapat lebih dioptimalkan guna menambah penghasilan para petani”, kata Muchamad Supriyadi.

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati berharap dengan terbentuknya klaster jagung ini selain dapat memenuhi kebutuhan pasar, juga membantu supply chain, sehingga hasil UMKM dapat memasok industri hilir.

“Dengan pembentukan klaster ini, petani dapat lebih mudah menentukan dan mendapatkan pasar,” ujar Ema Rachmawati.

Bupati Rembang, Abdul Hafidz mengakui, pembentukan klaster jagung ini menjadi trigger yang bisa membanggakan petani karena selama ini mereka mengaku tidak memiliki kekuatan dan otoritas.

Ketika panen harga jatuh, kalau produksi kurang harga akan naik dan itu sudah menjadi ilmu ekonomi. Namun dengan adanya klaster ini, diharapkan dapat memberikan solusi bagi para petani mulai proses hulu hingga hilir pertanian jagung.

Kabupaten Rembang memiliki potensi pertanian jagung yang besar, namun mereka rata-rata masih menggunakan teknik konvensional. Sehingga hasil panen memiliki harga cenderung murah.

“Tantangan lain yang dihadapi petani adalah, limbah janggel jagung, yang menjadi masalah dan tidak bernilai ekonomis,’ ujar bupati. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *