Dirudal, Pesawat Ukraina Dikira Musuh Iran

Lamer | Teheran – Pesawat Ukraine International Airlines ditembak jatuh oleh rudal Iran, karena dikira musuh. Ini pengakuan resmi militer Iran, dikutip Lamer dari Kantor Berita AFP.

Dikutip dari AFP, Iran mengakui, tak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang itu, karena kesalahan manusia (human error).

Penembakan itu dilakukan saat pesawat penumpang tersebut terbang di dekat lokasi militer sensitif.

Demikian kantor berita AFP, Sabtu (11/1/2020).

Sebelumnya, Iran Selalu Berkelit

Sebelumnya, otoritas penerbangan Iran membantah tuduhan negara-negara Barat yang menyebut pesawat maskapai Ukraina itu dijatuhkan oleh rudal Iran.

Ditegaskan Iran bahwa ada koordinasi erat antara otoritas pertahanan udara dan departemen penerbangan sipil.

Seperti dilansir Associated Press, Jumat (10/1/2020), bantahan ini disampaikan oleh Kepala Departemen Penerbangan Nasional Iran, Ali Abedzadeh.

Ali Abedzadeh yang secara yakin menyatakan tidak ada rudal yang mengenai pesawat maskapai Ukraine International Airlines yang membawa 176 penumpang dan awak tersebut.

“Yang jelas bagi kami, dan yang bisa kami katakan dengan pasti, adalah tidak ada rudal yang mengenai pesawat,” tegas Abedzadeh dalam konferensi pers di Teheran.

Data penerbangan menunjukkan pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS752 itu lepas landas secara wajar dari Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran pada Rabu (8/1) pagi, sekitar pukul 06.12 waktu setempat.

Saat itu pesawat hendak mengudara menuju ibu kota Kiev, Ukraina.

Masalah serius muncul sekitar dua menit kemudian, saat pesawat jenis Boeing 737-800 itu berada di ketinggian 8 ribu kaki (2.400 meter) dan berhenti mengirimkan data.

Rekaman video yang muncul di internet menunjukkan pesawat terbakar sebelum jatuh ke daratan dan memicu bola api serta ledakan.

Pesawat diketahui membawa 176 orang yang terdiri atas 167 penumpang dan 9 awak pesawat. Semuanya dipastikan tewas.

Data dari otoritas setempat menyebut pesawat itu membawa 82 warga Iran, 63 warga Kanada, 11 warga Ukraina, 10 warga Swedia, empat warga Afghanistan, tiga warga Jerman dan tiga warga Inggris. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *