Ketua Presidium Pemuda Indonesia: Yang usul Indonesia Tan Hana itu siapa, Kilafah?

Jakarta I Lampumerah,id –  Faktor kemiskinan, kesenjangan ekonomi dan ketidak adilan, menjadi faktor paling berbahaya bagi munculnya potensi radikalisme yang berpotensi pada disintegrasi bangsa. Sebab, faktor lain seperti perbedaan idiologi sudah final. Demikian diungkap Ketua Presidium Pemuda Indonesia Rudy Dharmawan.

“Indonesia memiliki landasan idiil Pancasila, dan itu sudah final. Kalu muncul gerakan radikalisme mengatasnamakan kilafah dan lain lain itu terlalu mengada, ada,’’ jelas Rudy sebagai panelis diskusi Kebun Sirih-Lampumerah.id di Jakarta, Jumat (12/3/21)

Pro kontra dalam sebuah pandangan terkait idiologi bangsa ini, harusnya mengharagai para funding father. Mereka bersama sama telah berjuang menyatukan visi diatas perbedaan secara kebhinekaan.

“Sudah final. Tercatat dalam berbagai diktum, Pancasila dan Konstitusi UUD 1945 untuk Indonesia. Mereka sudah sepakat mengusulkan nama Indonesia, itu siapa? Juga dibuku kitab Negara Kertagama, Indonesia Tan Hana, Indonesia Tan Maghruwo, dan seterusnya itu siapa? Bukan kilafah,’’ terang Rudy.

Maka, literasi kilafah sebagi landasan berbangsa sudah tidak memiliki relevansi lagi dan harus ditolak. “Jika tetap memaksakan, maka hukum harus bertindak tegas,’’ tegas Rudy.

Rudy pun mengkritisi fakta diketemukan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang terindikasi kilafah dan simpatisan dilingkungan pemerintah provinsi di wilayah Indonesia. “Kalau tidak mau mengundurkan diri, ya seharusnya mereka yang terbukti terindikasi menjadi simpatisan khilafah dipecat,’’ungkapnya.

Pemerintahan Presiden Joko Widodo pun didorong untuk terus memperbaiki  kesejahteranan rakyat agar tidak berontak dan melakukan hal hal yang menyimpang dan mengundang.

Presiden juga diminta bersikap tegas terhadap segala bentuk gerakan kilafah yang bertujuan merongrong Pancasila dan negara kesatuan republik Indonesia.

Jejak digital mereka sudah lupa atau melupakan sumpah janji menjadi PNS untuk siap melayani kepada masyarakat dan setia kepada NKRI dan Pancasila.

“Sebagai ASN dan atau pejabat, miris sekali mereka tidak hafal Pancasila. Saya aja sudah setua ini masih hafal Pancasila dan preambul UUD 45 di kepala. Masak mereka lupa atau sengaja melupakan,’’ pungkas Rudy. esa

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *