Sidoarjo l Lampumerah.id – Sampah rumah tangga adalah permasalahan klasik diberbagai kota atau kampung yang padat penduduk, hingga menimbulkan kesan kumuh. Salah satunya di Desa Penatar Sewu, Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo, beberapa tahun silam. Sampah rumah tangga mulai dari tas plastik hingga popok bayi, dulu bisa ditemukan di setiap sudut kampung dan sepanjang Sungai Penatar Sewu.
Namun wajah kumuh itu bisa berubah drastis sejak adanya Local Hero Pertagas. Tak hanya mengubah wajah desa kumuh menjadi bersih. Namun Local Hero Pertagas juga mampu mengembangkan sampah rumah tangga menjadi bernilai emas. Yakni dengan membudidaya maggot yang selanjutnya dibuat bahan makanan ternak.
Perjuangan Local Hero Pertagas yang menamakan dirinya Kelompok BSF (Black Soldier Fly) itu tak serta merta merubah desa berpenampilan kumuh menjadi Desa yang asri dan bersih. Tapi hal tersebut melalui perjuangan panjang. Perjuangan itu tak lepas dari peran berbagai pihak. Diantaranya Pemdes Penatar Sewu, Local Hero Pertagas, yang tergabung dalam kelompok BSF salah satunya adalah Mustahid. Dan dukungan CSR Pertagas Operation East Java Area.
Mustahid pensiunan pegawai perkebunan itu, mulai berjuang sejak ia pensiun dari tempat kerjanya. Selain sudah tak mempunyai kegiatan rutin, ia juga risih melihat sampah di mana-mana. Akhirnya ia berusaha membersihkan sampah di lingkungan sekitar. Sekaligus mencoba menawarkan jasa pembuangan sampah ke tempat usaha di Penatar Sewu.
“Alhamdulillah saat itu langsung dapat pelanggan tempat usaha,” ujarnya.
Dan rutinitas menjadi jasa pembuang sampah itu, ia jalani terus. Dengan berjalannya waktu satu persatu warga ada yang mau memakai jasanya. Keberhasilan itu berawal sekitar tahun 2017. Tiba-tiba ada pihak yang mendatangkan bak sampah sebanyak dua truk. Dan satu rumah dikasih satu bak sampah. Otomatis warga membuang sampah di bak yang telah disediakan itu.
“Sempat kaget, karena tak ada pemberitahuan sebelumnya. Dan sampah yang ada di bak sampah baru itu, tak biarkan aja, tidak saya ambil,” terangnya.
Sampah yang tidak diambil itu pun, menimbulkan masalah baru. Yakni warga protes ke Mustahid lantaran sampahnya tidak diambil. Dari protes warga itu Mustahid dipanggil Pemdes Penatar Sewu ke Balai Desa. Di balai desa itu, Mustahid jelaskan semuanya terkait bak sampah dan yang lain.
“Di situlah saya baru ngerti, kalau yang mendatangkan bak sampah dua truk itu adalah pihak Pertagas yang diwakili pak Tedi,” ungkapnya.
Mulai saat itu, Mustahid juga diberi sarana oleh PT. Pertamina Gas, untuk mengangkut sampah. Dengan diberikannya beberapa sarana, itu tak membuat tugas Mustahid bertambah ringan. Namun bertambah berat, karena seluruh sampah rumah tangga dan tempat usaha yang berada di Penatar Sewu, menjadi tanggung jawabnya.
“Sehari bisa tiga truk sampah, yang saya angkut ke TPST,” jelasnya.
Sementara itu Tedi Abadi Yanto, Head Of External Relation East Region PT Pertagas, sebagai pihak pemberi bantuan CSR ( corporate social responsibility) di Desa Penatar Sewu.
Berkomitmen untuk memberikan bantuan CSR secara berkesinambungan.
Usai memberikan sarana bak sampah dan alat angkut. Ia memikirkan bagaimana caranya sampah bisa diolah dan bermanfaat.
Setelah konsultasi dengan akademisi maupun para pakar untuk mengatasi sampah yang menumpuk, supaya bisa dimanfaatkan.
“Kami memilih membudidayakan maggot, hewan seperti lalat,” ujarnya.
Selang beberapa waktu, ide itu diwujudkan oleh pihak PT. Pertamina Gas, dengan membangun rumah budidaya maggot dan mendatangkan bibitnya.
“Lagi-lagi pak Mustahid, sebagai Local Hero yang diserahi tanggung jawab, untuk memelihara maggot. Meskipun ia tak paham cara budidaya maggot,” paparnya.
Mustahid mengakui jika ia tak paham terkait apa itu maggot. Selanjutnya Pak Tedi meminta tolong pakar maggot dari Bandung, untuk mengajari. Tak butuh waktu lama Mustahid sanggup membudidayakan maggot mulai dari proses bertelur hingga jadi maggot dewasa. Sekaligus memilihkan sampah organik untuk makanan maggot. Rata-rata sampah rumah tangga untuk makanan maggot itu.
“Sampai saya paham memelihara maggot, guru yang mengajari itu tak pernah kesini. Saya diajari lewat video call,” ujar Mustahid sambil tersenyum.
Lanjut Mustahid, singkat cerita PT Pertamina Gas juga mendatangkan Tiga mesin yakni mesin untuk membuat tepung atau selep, kedua mesin pengaduk dan ketiga mesin pembuat pellet makanan ternak. Ternyata mesin-mesin itu untuk memproduksi makanan ternak yang berbahan pokok maggot, dengan ditambahkan tepung jagung, tepung sisik ikan dan bekatul.
“Saya belajar lagi, untuk memproduksi makanan ternak. Dan Alhamdulillah berhasil. Dan Pellet hasil produksi di kemas dalam plastik dengan harga perkilo 8 ribu, lebih murah 5 ribu dari pakan ternak umumnya,” terangnya.
Pakan ternak berbahan maggot itu hanya diperjual belikan pada petani ikan yang ada di Penatar Sewu. Semua keberhasilan ini adalah tak lepas dari peran semua pihak.
“Peran utamanya adalah PT. Pertamina Gas, yang selalu support,” pungkasnya Mustahid.