MUKTAMAR IMM XX PALEMBANG: KEPENTINGAN DI ATAS SEGALANYA

Jakarta, Lampumerah.id – Minat mahasiswa dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan dalam hal kuantitas.

Hal ini juga berimbas terhadap IMM. Mahasiswa saat ini banyak yang terjebak pada budaya hedonisme. Sebuah budaya yang memposisikan faktor pleasuresebagai hal yang utama.

Mahasiswa yang seharusnya menjadi garda terdepan sebagai agen perubahan, kini sudah tidak terbiasa dalam menghadapi permasalahan-permasalahan umat. Menurut Freud, adalah hal yang biasa ketika manusia (mahasiswa) melaksanakan segala hal yang bertujuan menghindari kecemasan.

Namun menjadi tidak wajar ketika mahasiswa menjadi terjebak dalam budaya hedonisme karena untuk menghindari kecemasan bagi Gramsci, kaum-kaum terdidik (mahasiswa) seharusnya didorong untuk menjadi kaum intelektual organik. Yakni kaum-kaum yang sadar dengan posisinya didalam kerangka struaktur kemasyarakatan. Dan juga kaum terdidik yang mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat.

Kontribusi positif tidak selalu ditunjukkan dengan sikap resistensi terhadap pemerintah walaupun pada kenyataannya banyak kebijakan pemerintah yang tidak pro dengan rakyat.

Sangat disayangkan perkaderan dalam IMM saat ini belum bisa menyentuh ranah sosial kemasyarakatan dan mewujudkan cita-cita mulia sesuai keinginan para founding father dahulu.

Kader-kader IMM kadang terjebak dalam ekslusifitas intelektual. Kader-kader IMM masih banyak yang hanya menyibukkan diri mengurus internal organisasi dan mengasah keintelektualan pribadi daripada terjun ke Masyarakat dalam rangka membantu dalam pemecahan terhadap permasalahan yang ada.

Menanggapi permasalahan yang ada dalam lingkup perkaderan ini tentunya tak terlepas dari formulasi pengawasan dari pusat ke daerah dimana asas desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dan kewenangan dari pusat kepada daerah, di mana kewenangan yang bersifat otonom diberi kewenangan untuk dapat melaksanakan pemerintahannya sendiri tanpa intervensi dari pusat. Dalam mewujudkan hal ini tentunya harus dirancang formulasi di daerah hingga cabang sehingga dapat menemukan pemimpin yang cocok dan relevan sesuai dengan permasalahan yang terjadi. Sehingga diharuskan menemukan sosok yang pas dan sesuai tidak hanya yang penting terisi.

Jika ditengok realitas yang saat ini terjadi, dirasa sangat jauh melenceng keinginan karena para pemimpin di daerah hingga cabang memposisikan diri sebagai pendukung kepentingan senior-seniornya sehingga dampak yang terjadi hingga sampai ke komisariat.

Dalam melaksanakan roda perkaderan, para pimpinan pusat, daerah hingga cabang sangat jauh melenceng dari cita-cita dan perwujudan yang telah disusun rapi oleh para founding father IMM yang dahulu ingin menuju IMM sebagai organisasi untuk beramal, mengabdi dan berjuang. Realitanya komisariat sebagai ladang perjuangan utama dalam membentuk kader yang mampu melaksanakan cita-cita tersebut tidak dirawat sebagaimana mestinya.

Malah justru posisi yang didapatkan di pusat, daerah maupun cabang digunakan untuk mencapai keuntungan pribadi yang sangat berbau pragmatisme, dan tentunya tidak sejalan dengan pedoman di dalam IMM, terlebih Muhammadiyah itu sendiri.

Sementara itu, baru-baru ini IMM Komisariat Al-Zahrawi pada bulan desember 2023 mengeluarkan press release untuk membubarkan diri sebagai komisariat tanpa sepengetahuan dan konfirmasi kepada pimpinan cabang selaku pimpinan tertinggi IMM di Malang Raya.

Hal ini menunjukkan indikasi ketidakpedulian dan ketidakbecusan pimpinan cabang Malang Raya terhadap keberlanjutan perkaderan yang merupakan tanggungjawab utamanya. Maka dari itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kondisi IMM hari ini sangat jauh melenceng dari yang seharusnya dan hal ini tidak bisa dibiarkan berlarut.

Dengan adanya momentum muktamar ke-XX yang Tengah dilaksanakan di Palembang, penulis menyatakan mosi tidak percaya terhadap DPP, DPD dan PC yang seharusnya menjadi garda terdepan dalam memastikan keberlanjutan Nasib perkaderan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.

Apapun yang menjadi hasil muktamar nantinya, harapan kami selaku kader akan tetap ada, namun tak lagi percaya terhadap kanda-yunda yang ada di sana!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *