Pertama di Indonesia, Petrokimia Gresik Hadirkan Pupuk Berteknologi Nano

GRESIK | lampumerah.id – Menanggapi pujian Menteri Pertanian (Mentan) Republik Indonesia, Syahrul Yasin Limpo (SYL) terkait program “Smart Precision Farming” Direktur Utama Petrokimia Gresik, Dwi Satriyo Annurogo menjelaskan, program tersebut akan dijalankan dengan mengembangkan teknologi baru pada pertanian Indonesia.

Seperti penggunaan produk pupuk dengan teknologi nano, serta pemanfaatan drone untuk pemupukan maupun pemantauan pertumbuhan tanaman.

“Pupuk Petrokimia Gresik berteknologi nano ini akan menjadi yang pertama diproduksi oleh produsen pupuk Indonesia, yang akan kami luncurkan di hari ulang tahun ke-51 Petrokimia Gresik,” ujar Dwi Satriyo.

Pupuk Nano, katanya,. memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya pengaplikasian yang jauh lebih efektif dan efisien. Pupuk nano ini nantinya akan diaplikasikan ke lahan pertanian, dengan menggunakan drone yang beberapa waktu lalu telah di uji coba oleh Petrokimia Gresik.

Pemanfaatan drone untuk pemupukan akan menghemat biaya produksi bagi petani, karena biaya termahal dalam budidaya pertanian adalah tenaga kerja. Sedangkan drone cukup dioperasikan oleh satu orang, dan bisa menjangkau hingga 20 Hektare lahan setiap harinya.

Drone ini telah dilengkapi dengan alat pendeteksi kondisi tanaman, jika ada tanaman yang kekurangan pupuk maka akan melakukan penambahan dosis pupuk sesuai kebutuhan. Sebaliknya, jika tanaman sudah subur maka dosis pupuknya juga akan dikurangi, sehingga pemupukannya lebih presisi.

Petrokimia Gresik saat ini memiliki dua drone, dan akan ditambah hingga menjadi 100 unit drone. Harapannya nanti di setiap area ada skuadron drone, yang kerjanya melengkapi Mobil Uji Tanah (MUT) Petrokimia Gresik dan keliling ke seluruh Indonesia.

“Ini merupakan inovasi dari Insan Petrokimia Gresik, dalam memberikan kontribusi bagi kemajuan pertanian di Indonesia di masa mendatang,” tandasnya.

Dwi Satriyo mengatakan, “Smart Precision Farming” sebagai sarana meningkatkan ketertarikan generasi muda terjun di sektor pertanian, karena generasi muda identik dengan teknologi dan segala sesuatu yang praktis.

“Ini adalah angin segar bagi sektor pertanian Indonesia, yang harus terus kita dorong dengan kemajuan teknologi,” ujarnya. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *