‘Rembuk Akur’ Upaya Bersama PTFI, Pemda dan Masyarakat Wujudkan Gresik Tangguh

GRESIK | lampumerh.id – Untuk ketiga kalinya, PT Freeport Indonesia (PTFI) Smelter bersama Pemkab Gresik dan masyarakat sekitar menggelar Rembuk Akur, Senin (18/9).

Aripin Buman, Vice President Business Process, Smelter & Refining PTFI Smelter mengatakan, Rembuk Akur merupakan salah satu upaya PTFI Smelter untuk memperkuat sinergi dalam mewujudkan Gresik Tangguh dengan membuka dialog bersama pemerintah, organisasi masyarakat sipil, serta sektor swasta lainnya atas berdirinya smelter di Kecamatan Manyar.

Dalam Rembuk.Akur yang pertama, pada 23 Februari lalu, peserta menyepakati tata kelola dan pemetaaan isu prioritas sehingga dapat menjadi panduan PTFI, dalam membangun rencana strategis pemberdayaan masyarakat yang optimal di masa mendatang.

“Pada Rembuk Akur kali ini, peserta akan mempelajari hasil studi Universitas Airlangga mengenai ketahanan sosial, ekonomi, dan lingkungan di Kabupaten Gresik. Selanjutnya dengan tetap mempertimbangkan visi dan misi, akan kita gunakan sebagai acuan dalam menentukan prioritas kegiatan bersama,” ungkap Aripin Buman.

Ditambahkan Aripin, pihaknya menyampaikan apresiasi kepada Pemda Kabupaten Gresik, atas dukungannya terhadap PTFI. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Universitas Airlangga yang telah melakukan studi sosial serta kepada Partnership-ID selaku fasilitator Rembuk Akur.

“Semoga melalui forum konsultasi dan diskusi ini,.PTFI dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan juga lingkungan di sekitar PTFI,” kata Aripin.

Misbahul Munir, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gresik berharap, melalui kegiatan ini nantinya masyarakat tidak lagi menjadi objek namun turut menjadi subjek terhadap kemajuan industri Indonesia.

“Perusahaan melakukan pengkajian yang kemudian kita rembuk bersama, sehingga apa yang nanti menjadi kebutuhan masyarakat akan terintegrasi dengan PTFI,” ungkap Misbahul.

Untuk itu, Misbahul menghimbau agar masyarakat bersabar dalam mengikuti proses ini karena diskusi memang membutuhkan waktu.

“Metode ini merupakan metode yang baik, karena melibatkan semua elemen masyarakat,” kata Misbahul Munir. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *