Lamer | Jakarta – Revitalisasi Tugu Monas dicurigai Anggota DPRD Jakarta, William Aditya. “Proyek Rp 71,3 miliar, kantor kontraktornya, kok di kampung kumuh, gitu?” katanya di Twitter, Selasa (21/1/2020).
Anggota DPRD Jakarta, William Aditya dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Dia masih muda (23 tahun) dan kritis. Dia yang menyoal anggaran lem aibon Rp 83 miliar yang heboh itu.
William menduga, proyek revitalisasi kawasan Monas dimenangkan oleh perusahaan yang kurang bonafit.
Pasalnya, kantor pemenang proyek itu berada di kawasan perkampungan wilayah Jakarta Timur.
Dia pun sudah mengungkapkan hal tersebut lewat akun Twitter-nya dan meminta kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menjelaskan hal tersebut.
“Proyek di Monas sampai Rp 71,3 miliar tapi pemenang tender lokasinya pas dicek di google map kok di perkampungan begitu? Bisa dijelaskan pak gub @aniesbaswedan,” cuit akun @willsarana, Selasa (21/1/2020).
Revitalisasi kawasan Monas merupakan proyek dari Dinas Cipta Karya, Pertanahan, dan Tata Ruang Pemprov DKI Jakarta.
Proyek yang menebang banyak pohon ini nilainya mencapai Rp 71,3 miliar, dimenangkan oleh PT Bahana Prima Nusantara.
William menyatakan, perusahaan yang menang tender besar itu seharusnya memiliki kualitas.
Bahkan penempatan lokasi kantornya pun harus jelas.
Sayangnya, saat dicek melalui website layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) milik pemerintah, tidak menunjukkan hal tersebut.
“Jadi kami menemukan, kami kan cek di website LPSE cek pengadaan, kita cek karena revitalisasi monas itu sedang ramai, gimana sih kejelasan proyek itu, kita lihat ternyata pemenangnya PT Bahana itu, kita cek alamatnya kok di perkampungan,” kata William.
Dia mengaku juga telah mendapat laporan bahwa lokasi kantor PT Bahana Prima Nusantara di Ciracas, Jakarta Timur itu nebeng gabung dengan usaha digital printing.
“Menurut saya harus yang bonafit dong perusahaannya,” tegas dia.
Maka, tujuan dia mencuit ini agar mendapat penjelasan dari Pemprov DKI Jakarta.
Pasalnya, banyak anggota DPRD DKI Jakarta yang kaget serta tidak mengetahui profil perusahaan pemenang.
“Ya sekarang coba dijelaskan dulu kenapa bisa seperti itu, Rp 71,3 miliar itu kan besar, menurut saya perusahaannya harus bonafit,” kata dia.
“Harusnya kantornya juga menunjukkan kualitasnya dong, masa lokasi di taruh begitu saja. beberapa media juga cek katanya gabung sama digital printing kantornya, itu kan semakin mencurigakan seperti itu,” tambahnya. (*)