3 Persen Penerima “Tidak Mempan” Divaksin COVID-19, Dosis Lengkap Sekalipun

Jakarta | lampumerah.id – Salah satu tujuan vaksinasi COVID-19 untuk menciptakan kekebalan atau antibodi di dalam tubuh. Hal tersebut agar tidak mudah terinfeksi COVID-19. Jikapun terinfeksi, vaksin bisa mencegah perburukan gejala bahkan kematian.

Biar begitu, spesialis penyakit dalam, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI, mengatakan vaksinasi tidak menjamin kekebalan tubuh seseorang akan terbentuk, meski sudah divaksin dengan dosis kedua sekalipun.

“Jadi dalam vaksinasi ternyata ada yang disebut dengan non-responder. Non-responder itu artinya orang yang ketika divaksin ternyata gak membentuk respons kekebalan tubuh. Nah, itu terjadi sekitar pada 2 sampai 3 persen yang menerima vaksinasi,” ungkapnya, Sabtu (4/9/2021).

Dokter Suzy menegaskan, kondisi ini vaksin yang “tidak mempan” ini bukan hanya terjadi pada vaksinasi COVID-19. “Jadi pada vaksin-vaksin yang lain pun yang sudah kita gunakan selama ini, ada sekitar 2–3 persen yang tidak merespons kekebalan tubuhnya,” ujarnya.

Suzy memastikan angka kejadian non-responder COVID-19 vaccine ini jumlahnya sangat kecil dibandingkan orang-orang yang merespons kekebalan tubuh atau antibodi.

“Tapi, itu jumlah yang kecil kalau dibandingkan dengan sekitar 97–98 persen orang yang merespons. Sebenarnya efek perlindungan atau efek respons kekebalan yang dicetuskan dari vaksinasi itu adalah suatu hal yang sangat baik,” kata dia.

Suzy menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi non-responder atau sistem imunnya tidak merespons terhadap vaksin.

“Yang pertama faktor genetik, kedua usia. Biasanya usia ekstrem muda, ekstrem tua, sistem kekebalan tubuhnya belum bagus atau tidak bagus lagi jadi kurang merespons,” tuturnya.

Faktor berikutnya adalah kondisi kesehatan orang yang bersangkutan. Misalnya orang tersebut menderita penyakit tertentu, kekebalan tubuhnya mengalami penurunan atau status gizinya juga turut memengaruhi.

“Tapi, kalau saya sebut 2-3 persen sebenarnya jumlah yang sangat kecil, dibandingkan dengan keseluruhan penerima vaksinasi,” kata dr. Suzy Maria.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *