Oleh: Djono W. Oesman
Putus cinta Kaesang Pangarep – Felicia Tissue, membias. Dikomentari politikus Ferdinand Hutahaean: “Suami-isteri bisa putus, apalagi pacaran,” tulisnya di Twitter. Ditujukan ke mama Felicia, Meilia Lau, yang mengungkap janji Kaesang menikahi Felicia, Desember 2020, meleset.
Kasus ini menggelinding, sebab Kaesang putera bungsu Presiden Jokowi.
Jadi gunjingan publik, setelah Meilia Liu menulis di medsos, bahwa puterinya, Felicia, di-PHP Kaesang.
Kaesang-Felicia pacaran lima tahun di Singapura, berbisnis bersama. Akhirnya Kaesang janji menikahi Felicia, Desember 2020.
Menjelang Desember 2020 Kaesang tak menghubungi Felicia. Dihubungi pun tak bisa. Menghilang begitu saja. Setelah unggahan Meilia Liu, Kaesang muncul di rekaman video beredar di medsos, kemarin.
Kaesang mengaku, ia dan Felicia putus Januari 2021. Ia mengaku, pernyataan putus itu membuat ia dimarahi (oleh Felicia). “Yo wis. Biar aja,” ujarnya.
Memutus cinta diam-diam, gaya Kaesang itu, oleh warganet disebut Ghosting (hilang bagai hantu). Ngilang plencing, kata arek Suroboyo.
Associate Professor Psikologi dan Ketua Departemen Psikologi di Albright College, Pennsylvania, Amerika, Prof Gwendolyn Seidman, mengatakan, ghoster (pelaku ghosting) orang yang jiwanya tertekan. Karena tertekan, maka tidak berani berpamitan baik-baik.
Dikutip dari Psychology Today, Prof Seidman mengatakan, ia bersimpati pada korban ghoster. Lantas ia menasihati korban: “Hindari mengingat mantan. Karena mengingatnya, hanya menyakiti diri sendiri.”
“Mantan yang ghoster menyebabkan emosi. Dan, usaha mencari tahu mengapa mantan jadi ghoster (tidak pamitan), justru menimbulkan kesakitan jiwa terus-menerus. Tidak bakal ditemukan jawaban, mengapa dia jadi ghoster,” tuturnya.
Prof Seidman menasihati korban ghoster, jangan melihat foto-foto lama (bersama mantan). Kalau perlu buang foto-foto itu. Karena, melihat foto-foto mantan bakal menyiksa jiwa.
Disarankan, korban ghosting mencari pengalih perhatian. “Ketahuilah, bahwa ini bukan tentang Anda, atau kesalahan Anda. Dalam hal ini Anda tidak bersalah,” katanya.
Perilaku ghosting menunjukkan, pelakunya tidak jantan. Tidak berani berhadapan muka dengan pacar. Tidak berani mengatakan “putus”. Atau “batal menikah”. Padahal, pacaran putus cinta adalah biasa. Suami-isteri pun bisa bercerai. Tapi, perilaku ghosting menunjukkan kelemahan pelakunya.
“Itu, mirip perilaku anak-anak, yang takut dimarahi ortu,” kata Prof Seidman. “Jadi, itu salah ghoster. Bukan salah korban ghoster.”
Terus, mengapa mama Felicia begitu emosi mengumbar di medsos, bahkan mention medsos Presiden Jokowi? Ternyata, karena Felicia terlalu galau.
Itu diungkap kakak Felicia, bernama Daryl, melalui video yang beredar di medsos juga. Daryl menceritakan, adiknya begitu galau, gegara tidak dihubungi dan tidak bisa menghubungi Kaesang.
Menurut Daryl, Kaesang menghilang setelah berjanji akan menikahi Felicia pada Desember 2020. “Padahal, mereka sudah pacaran lima tahun,” katanya.
Sejak itu, Felicia sulit menghubungi Kaesang. Felicia menghubungi keluarga Kaesang, juga tak ada respons. Sebab, hal itu memang urusan Kaesang pribadi.
Sampai-sampai Felicia DM (Direct Message) ke Presiden Jokowi. Ya, tenu saja, tidak ada jawaban. Karena, murni urusan Kaesang.
Daryl heran adiknya tetap percaya pada Kaesang. Felicia bahkan pergi ke sejumlah rumah ibadah untuk berdoa agar Kaesang kembali.
“Saya heran, adik saya begitu emosional. Saya hanya bisa berdoa untuknya dan salut betapa kuatnya dia,” kata Daryl.
Digambarkan Daryl, Felicia terlalu terbawa emosi (baper). Felicia berdoa di gereja, agar bisa bertemu Kaesang. Bahkan, “Ke candi, sesuai akar leluhur nenek moyang saya. Juga, ke masjid. Mendoakan Kaesang,” tegasnya.
Daryl menyesali sikap Kaesang, yang menghilang begitu saja. “Seandainya Kaesang menjelaskan baik-baik, mengapa mereka putus. Lalu mereka putus baik-baik, tidak ada masalah,” katanya. “Memang menyakitkan sementara waktu, tapi semuanya jelas.”
Tidak semua pria jadi ghoster. Juga tidak semua wanita baper-an, setelah jadi korban ghoster. Tergantung kepribadian. Setiap orang berbeda.
Tapi, korban ghoster sampai berdoa di gereja, candi, dan masjid, sudah keterlaluan. Bisa keterlaluan baperan. Bisa juga keterlaluan sakit hatinya. (*)