JAKARTA | lampumerah.id – Komitmen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) mendukung pelestarian lingkungan terus dibuktikan melalui penggunaan bahan bakar dari pemanfaatan biomassa, limbah industri, hingga sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF).
Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, sampah dan limbah yang tidak terkelola dengan baik tidak hanya dapat merusak lingkungan dan mengurangi daya dukungnya (carrying capacity), tetapi juga timbulnya penyakit.
Inisiatif ini juga menunjukkan komitmen kuat Perusahaan untuk mendorong penggunaan energi terbarukan yang ramah lingkungan. SIG juga menggunakan bahan baku alternatif dari limbah industri seperti limbah padat tembaga (copper slag), debu batu bara (fly ash), abu batu bara (bottom ash), limbah padat kertas (paper sludge) dan lainnya.
“Saat ini, tingkat emisi karbon yang dihasilkan dari produksi semen PCC SIG sebesar 494kg CO2/ton semen, atau lebih rendah dibandingkan rata-rata semen konvensional sebesar 800kg CO2/ton semen. Emisi karbon produk semen PCC SIG juga tercatat lebih rendah hingga 38 persen, dibandingkan emisi karbon semen konvensional,” kata Vita Mahreyni melalui rilis yang diterima redaksi
Vita Mahreyni menjelaskan, melalui penggunaan bahan baku dan bahan bakar alternatif, SIG telah membantu pemerintah dan industri dalam mengatasi persoalan sampah dan limbah, bahkan memberikan manfaat ekonomi bagi petani dari pemanfaatan limbah pertanian (biomassa) yang berpotensi menimbulkan gas metana jika dibiarkan terdegradasi.
Komitmen keberlanjutan ini diperkuat dengan kehadiran Nathabumi, sebuah divisi pengelolaan limbah ramah lingkungan yang dioperasikan anak usaha SIG, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Sistem pengelolaan sampah dan limbah oleh Nathabumi dilakukan melalui metode co-processing, dengan memanfaatkan temperatur tanur semen hingga 1.500 derajat Celcius, sehingga mampu memusnahkan limbah tanpa residu.
“Sebagai perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengalaman, SIG siap berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk berkontribusi dalam pencapaian Net Zero Emission 2050 melalui penerapan prinsip ekonomi sirkular,” ujar Vita Mahreyni.