Realisasi Pendapatan Negara Dimasa Transisi Pemerintahan: 63,4% atau Rp. 1.777,0 Triliun.

Jakarta | Lampumerah.id – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati memaparkan postur APBN menjeang periode transisi pemerintahan hingga akhir Agustus 2024. Dalam keterangan pers terbuka Menkeu menyebut kinerja APBN masih terjaga baik meskipun terdapat devisit APBN sebesar -0,68% PDB) atau defisit Rp. 153,7 triliun atau turun 2,5% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara belanja negara meningkat 15,3% disbanding periode tahun sebelumnya.

-Pendapatan negara Rp1.777,0 triliun (63,4% target) 🔽 2,5% yoy

-Belanja negara Rp1.930,7 triliun (58,1% pagu) 🔼 15,3% yoy

-Defisit APBN Rp153,7 triliun (-0,68% PDB)

“APBN 2024 masih terjaga sesuai rancangan awal meskipun kinerja pendapatan negara sedikit melambat, namun tetap lebih baik jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara, belanja negara tetap tumbuh dan berkualitas. Dengan kinerja APBN yang terjaga baik, kita optimis pertumbuhan ekonomi pada kuartal tiga 2024 akan tetap relatif stabil di sekitar 5%,” papar Sri Mulyani di kantornya, Gedung Kemenkeu RI, Jakarta, (23/9/24)

Kondisi faktual ini, lanjut Sri Mulyani, didukung oleh situasi ekonomi global yang meski tetap dinamis dan cenderung stagnan, namun mulai memberikan sinyal positif, terutama dengan mulai menurunnya suku bunga The Fed dan juga bank sentral di Eropa dan Inggris.

“Ini memberikan dampak postif pada penurunan volatilitas pasar keuangan. Untuk Indonesia, dampak penguatan kembali nilai tukar rupiah yang akseleratif kita rasakan, serta pemulihan arus modal masuk ke dalam negeri,’’ jelasnya.

Kemudian, dari sisi indikator perekonomian dalam negeri juga masih memberikan sinyal positif. Tren kenaikan Indeks Keyakinan Konsuman di 124,4 menunjukkan optimisme masyarakat terjaga, sejalan dengan tren Mandiri Spending Index di 277,6, dan juga Indeks Penjualan Riil di 5,8% di banding periode yang sama tahun lalu. Inflasi Indonesia juga semakin terkendali di angka 2,12%

Menurutnya, PMI Indonesia menjadi hal yang perlu diwaspadai dengan masuknya ke zona kontraktif, seperti sebagian besar negara dunia lainnya. Meski begitu, PMI Sektor Jasa secara global tetap resilien, menunjukkan terjadinya transformasi dari sektor manufaktur menuju sektor jasa yang didorong oleh perkembangan teknologi.

“Dengan ekspor-impor yang tetap tumbuh positif, kita berharap bisa mendorong kembali kegiatan manufaktur Indonesia. Mari kita kawal terus kinerja APBN, jaga kesehatan dan keberlanjutannya sebagai instrumen andalan untuk melindungi dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia,’’ tutupn Sri Mulyani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru