Lamer | Jakarta – Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, ditanya wartawan soal banjir Jakarta. Apa jawabnya?

“‎Kita harus percaya, Pak Anies itu lebih pinter ngatasinnya,” jawab Ahok.

Itu saat dia ditemui wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/1/2020),

Dia meminta, semua pihak mempercayakan penanganan banjir kepada Anies Baswedan.

K‎etika ditanya, apakah bakal memberikan masukan menangani banjir untuk Anies Baswedan? Ahok menjawab selama ini sudah banyak yang memberikan masukan.

“Udah banyak yang kasih masukan, kok,” ucapnya.

Ditanya tanggapannya atas aksi demo di depan Balai Kota yang menuntut Anies Baswedan mundur karena tidak mampu tangani banjir, Ahok enggan ‎menanggapi.

“Kalau soal demo aku tidak tahu. Aku kan sudah lulusan Mako Brimob, sudah lupa aku,” cetus Komisaris Utama PT Pertamina Persero tersebut.

Debat Anies Baswedan vs Basuki Hadimuljono

Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyebut penyebab banjir di wilayahnya adalah kiriman air dari daerah lain. Bogor.

Ia bahkan sempat beradu argumen dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, soal penyebab banjir di Jakarta pada awal tahun 2020.

Keduanya berbeda pendapat saat menyampaikan pernyataan pers di kawasan Monas, setelah memantau dampak banjir melalui udara.

Basuki Hadimuljono menilai banjir terjadi akibat luapan air sungai.

Dari 33 kilometer Kali Ciliwung, baru 16 kilometer yang dinormalisasi.

Menurutnya, luapan air tidak terjadi pada aliran sungai yang dinormalisasi.

“Mohon maaf Bapak Gubernur, selama penyusuran Kali Ciliwung, ternyata sepanjang 33 kilometer itu yang sudah ditangani, dinormalisasi 16 kilometer.”

“Di 16 kilometer itu kita lihat insyaallah aman dari luapan,” kata Basuki Hadimuljono di Monas, Rabu (1/1/2020).

Menurut Basuki Hadimuljono, harus didiskusikan sisa panjang sungai yang belum dinormalisasikan itu.

Termasuk, Kali Pesanggrahan yang menuju Banjir Kanal Timur.

Pihaknya, kata Basuki Hadimuljono, sedang menunggu kesepakatan dengan masyarakat untuk pembebasan lahan yang akan terdampak normalisasi sungai.

“Kami menunggu sekarang kesepakatan dengan masyarakat.”

“Alhamdulillah menurut beliau masyarakat sudah diskusi dan insyaallah masyarakat bisa menerima itu, mudah-mudahan bisa kita tangani,” tuturnya.

Mendengar pernyataan tersebut, Anies Baswedan yang berada di sebelah Basuki Hadimuljono, langsung menyanggahnya.

Menurut Gubernur, selama tidak ada pengendalian air yang masuk ke Jakarta, maka upaya apa pun yang dilakukan tidak akan berdampak signifikan.

“Mohon maaf Pak Menteri, saya harus berpandangan karena tadi bapak menyampaikan.”

“Jadi, selama air dibiarkan dari selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari selatan.”

“Maka apa pun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta, tidak akan bisa mengendalikan airnya, ” paparnya.

Anies Baswedan mencontohkan wilayah Kampung Melayu yang tetap dilanda banjir pada Maret lalu, padahal sungai yang ada di sekitarnya sudah dinormalisasi.

“Artinya kuncinya itu ada pada pengendalian air sebelum masuk pada kawasan pesisir,” urainya.

Anies Baswedan mengapresiasi keputusan Kementerian PUPR yang membangun dua bendungan di Bogor, Jawa Barat, untuk mengendalikan air yang masuk ke Jakarta.

Kementerian PUPR membangun Bendungan Sukamahi dan Bendungan Ciawi di Megamendung, Bogor, Jawa Barat.

Dua bendungan tersebut diprediksi akan rampung pada 2020.

“Kalau dua bendungan itu selesai, maka volume air yang masuk ke pesisir bisa dikendalikan.”

“Kalau bisa dikendalikan, insyaallah bisa dikendalikan.”

“Tapi selama kita membiarkan air mengalir begitu saja, selebar apa pun sungainya, maka volume air itu akan luar biasa.”

“Karena makin banyak kawasan yang digunakan untuk perumahan, sehingga air pun mengalir ke sungai,” paparnya.

Saat mengunjungi lokasi banjir di Kantor Wali Kota Jakarta Barat dan Kampung Pulo di Jakarta Timur, Kamis (2/2/2019), Anies Baswedan menyebut banjir disebabkan air kiriman dari kawasan pegunungan.

“Kalau air hujan yang di Jakarta itu munculnya Senin pagi.”

“Di Manggarai Senin pagi siaga satu, tetapi tidak cepat bergeraknya, lambat, karena itu air lokal.”

“Tapi begitu malam hari airnya itu bergerak begitu cepat bergolak, karena air kiriman dari daerah pegunungan,” tuturnya, Kamis (2/1/2019).

Namun, tegas Anies Baswedan, pihaknya kini hanya berfokus untuk merespons situasi di lokasi terdampak banjir, ketimbang mencari-cari kesalahan.

“Menyangkut cuaca dan curah hujan yang tidak mengenal wilayah administrasi, datang ke semua kawasan,” kata mantan Mendikbud ini.

Ia mengklaim, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah terbiasa dan menganggap kondisi ini bukan hal baru.

“Kita (Pemprov DKI Jakarta) siap dan bukan hal baru ini.”

“Sering kita hadapi, kita bersiap, pencegahan terutama untuk air yang jatuhnya di Jakarta,” tambah dia.

Pada April 2019, Jakarta juga sempat diterjang banjir.

Kala itu, Anies Baswedan mengaku sudah mendapat kabar sejumlah titik di Ibu Kota tergenang banjir sejak Kamis (25/4/2019) malam.

Ia mengatakan banjir Jakarta terjadi akibat kiriman dari Bogor, Jawa Barat. Sebab, Jakarta seharian tidak diguyur hujan.

“Di tempat (yang banjir) itu tidak ada hujan sebetulnya. Kita ini menerima air dari hulu, ketika di sana hujannya deras,” ujar Anies Baswedan di Gedung Teknis Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (26/4/2019).

“Ini contoh situasi banjir karena kiriman dari selatan,” sambung Anies Baswedan.

Ia menjelaskan, ketinggian air di Bendung Katulampa yang berada di Bogor naik hingga siaga 220 sentimeter, atau siaga 1.

“Tadi malam sekitar pukul 21.00 di Katulampa sudah siaga 1. Tempat-tempat di tepi sungai yang berpotensi terkena limpahan banjir kiriman ini sudah diantisipasi sejak malam,” papar Anies Baswedan.

Bahkan, Anies Baswedan telah menyiagakan beberapa petugas dari Dinas Sumber Daya Air dan Petugas Prasarana dan Sarana Umum (PPSU), di kawasan yang rawan banjir.

“Seluruh petugas kita sejak malam sudah bekerja di lapangan untuk bersiaga mengantisipasi datangnya air kiriman dari hulu,” jelas Anies Baswedan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) lantas menanggapi banjir yang melanda sejumlah wilayah ibu kota pada April 2019 itu.

BTP mengaku sudah tidak mengurusi DKI Jakarta hampir tiga tahun, terutama soal sungai yang oleh Pemerintah Provinsi DKI sekarang bakal dinaturalisasi.

“Saya sudah hampir tiga tahun enggak tahu urusan.”

“Soal kata-kata begitu, Pak Gubernur sekarang lebih pintar dari saya,” kata BTP di rumah dinas Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetio Edi Marsudi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (30/4/2019).

BTP menceritakan soal pengalamannya selama menjadi Wakil Gubernur DKI hingga Gubernur DKI dalam menangani banjir.

“Kalau pengalaman saya pasti sebenarnya Jakarta itu pompanya sudah cukup oke, tanggul juga sudah oke,” ujarnya.

“Jadi perhatikan saja, biasa kalau hujan sama kemarau kalau langsung hujan memang kayu ranting nutupi saringan,” sambung BTP.

BTP mengatakan, dahulu alat berat selalu stand by untuk mengeruk material-material demi menurunkan volume air.

“Dan tentu pasukan oranye mesti keliling, pasukan biru mesti keliling. Setiap kali hujan Jakarta kan banyak, seperti ada buang sampah jangan nyumbat. Kalau nyumbat, volume air turunnya telat,” ulasnya.

“Sama pompa mesti diperhatikan, jalan jamnya mesti dipenuhi. Jangan menghidupkan pompa telat. Kalau telat enggak keburu,” tambahnya. (*)