SURABAYA l Lampumerah.id | Sanggar Seni Omah Ndhuwur menggelar seni dan kebudayaan dengan tema Mbangunredjo Art Festival 2025. Sanggar yang berdomisili di kawasan X-lokalisasi yakni Bangunredjo, Surabaya. Atau yang akrab dengan sebutan BR.
Sang mpunya Sanggar Seni Omah Ndhuwur, Abdoel Semut (Bambang Siswanto). Pria yang kini memasuki usia setengah abad ini menyampaikan susunan acara yang akan digelarnya. Sabtu, (26/7/25).
5 Juli Omah Ndhuwur mengadakan jamasan pusaka. Dan 20 Juli 2025 Lomba mewarnai anak-anak. Tidak hanya itu, acara seni yang terbilang akbar untuk ukuran kegiatan kampung. Mendapat respon positif dari warga sekitar.
“Lima Juli jamasan pusaka. Tanggal 20 ada lomba mewarnai anak-anak-anak,” paparnya pada Lampumerah.id.
Bahkan pria gondrong jebolan Teater Kusuma Untag Surabaya juga menyampaikan bawa acara tersebut digeber hingga bulan Oktober. Dengan agenda acara sebagai berikut: Drama Monolog dan Diskusi yang diselenggarakan pada tanggal 28 September 2025.
Sedang untuk di kalender 5 Oktober 2025 ada agenda Serasehan Budaya dan Launching Buku 12 Tahun Mbangunredjo Art Festival. Diikuti kalender berikutnya tepatnya 12 Oktober 2025 ada pemutaran film dokumenter dan diskusi langsung.
“Ada Drama monolog plus diskusi. Serasehan sekaligus launchingnya buku 12 tahun mbangunredjo art festival. Lali pemutaran film dokumenter plus diskusinya,” jelas Abdoel Semut.
Membuka Ruang Publik
Jauh dari sekedar berkesenian itu sendiri. Pria beranak dua ini juga menuturkan. Bahwa pentingnya membuka ruang publik sebagai media budaya dan berekspresi, khususnya di kampung-kampung yang difokuskan untuk anak-anak dan kaum perempuan.
Hal ini menjadikan kesenian sebagai alat transformasi sosial dan penguatan identitas kolektif bagi warga kota yang terus berubah.
“Pasalnya masih melekatnya stigma negatif bagi warga Dupak Bangunrejo X-lokalisasi. Terutama kaum perempuan. Hal inilah yang harus disikapi dengan bijak. Melalui pendekatan berkesenianlah kami akan berbicara tentang kebudayaan seutuhnya,” lanjutnya.
Masih dituturkan Aboel Semut. Dengan berkesenian tidak terasa sudah 12 tahun warga Dupak Bangunrejo berkarya dan menyalurkan bakat dan potensi. Bahwa warga Dupak Bangunrejo juga berbudaya.
Untuk itu sanggar seni omah ndhuwur tidak hanya sekedar menjadi ruang berkesenian, tetapi ruang inklusif. Sekaligus sebagai rumah pulang yang merangkul semua elemen masyarakat. Khususnya bagi warga Dupak Bangunrejo dan umumnya bagi warga Surabaya.
“Semoga di acara Mbangunredjo Art Festival ini memfasilitasi dan kolaborasi antar komunitas seni. Lembaga pemerintahan dan masyarakat untuk mendukung dan memajukan kebudayaan ditingkat akar rumput,” pungkasnya. (peq)