Lamer | Solo – Sopir bus Wonogiri – Jakarta – Bogor, kena corona. Sopir yang dirahasiakan identitasnya itu kini diisolasi di RSUD Mangun Suwarso, Wonogiri.

Tapi, sejak dia dinyatakan suspect sampai dengan positif (5 hari) dia nyopir bawa penumpang. Dan, pemerintah setempat kesulitan melacak, siapa saja penumpang yang bisa berjumlah ribuan orang.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, menerangkan sebelum dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan uji laboratorium yang dikirim Balitbangkes RI ke Wonogiri, sopir bus tersebut hanya suspect Corona.

Yakni awal mula terungkap pada Senin 16 Maret 2020.

“Jadi, dia pernah dirawat di RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri 16 Maret 2020,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (26/3/2020).

Bahkan setelah dirawat 4 hari lamanya, sopir tersebut mengalami peningkatan kesehatan sehingga dipulangkan pada 20 Maret 2020 sembari menunggu hasil dari Balitbangkes RI.

“5 hari berselang pada 25 Maret 2020 ternyata hasil uji laboratorium dinyatakan positif Corona,” aku dia.

Maka, sopir itu dicari semua pihak terkait. Ketemu.

“Semalam yang bersangkutan langsung dibawa ke RSUD untuk diisolasi di ruang khusus,” jelasnya.

Joko Sutopo menambahkan, saat ini tim dari Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Wonogiri telah melakukan tracking terhadap sopir itu.

“Termasuk memantau kondisi sopir tersebut yang dirawat intensif di isolasi,” ungkapnya.

Sementara, untuk riwayat pria itu sampai terjangkit corona masih dilakukan pelacakan.

Ia menambahkan, DKK melakukan penanganan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan pemerintah pusat.

Dengan bertambahnya pasien positif Corona ini, tercatat ada dua orang yang sudah positif Covid-19 di Wonogiri, yakni dengan rincian satu orang meninggal, dan satu masih dilakukan perawatan medis.

Tak Bisa Larang Mudik

Joko Sutopo menyatakan, Pemkab Wonogiri tidak bisa melarang para perantau mudik ke Wonogiri di saat wabah corona menerpa Indonesia.

Untuk mengendalikan perantau mudik ke kampung halaman, harus ada kebijakan terintegrasi antara Pemprov DKI dengan Pemkab Wonogiri dan pemerintah daerah lainnya.

“Pemkab Wonogiri tidak memiliki otoritas, maka harus kebijakan yang terintegrasi Pemprov DKI dan kabupaten lain termasuk Wonogiri.”

Kalau kami melarang sementara daerah lain tidak, karena perantau tidak hanya dari Wonogiri saja,” ujar Joko.

Tak hanya itu, kata Joko, tidak ada kebijakan lockdown dan tidak ada kebijakan pembatasan efektif maka konsekuensi terjadi arus urbanisasi baik yang masuk maupun keluar.

Untuk itu, ia menerapkan kebijakan seluruh kendaraan yang masuk dan keluar Wonogiri harus masuk ke terminal Giri Adipura .

Saat berada di terminal, seluruh penumpang, pengemudi dan kru dilakukan pengecekan awal hingga diberikan sosialisasi bahaya virus corona.

Dari screening awal itu didata untuk deteksi dini. Bila menemukan ada penumpang suspect corona maka ditindaklanjuti.

Selama empat hari pengecekan, kata Joko, belum ditemukan penumpang, pengemudi ataupun kru bus yang suspect corona.

Budaya jelang puasa

Banyaknya warga yang mudik merupakan siklus tahunan menjelang puasa.

Pasalnya, menjelang puasa banyak warga yang memiliki hajatan sehingga banyak warga yang mudik ke Wonogiri.

“Ini bagian kultur di mana Wonogiri masih kental sekali budaya jagong sehingga aktivitas mudik itu tidak hanya mendekati lebaran saja,” ujar Joko.

Untuk mengantisipasi penularan corona, Jekek sudah membuat surat edaran kepada warga hingga tingkat desa.

Intinya meminta warga menunda acara resepsi hajatan setelah wabah corona selesai teratasi.

Bagi perantau asal Wonogiri, Joko meminta warga perantau untuk membuat skala prioritas mengingat pemerintah sudah mengeluarkan kondisi darurat nasional karena pandemic covid-19.

Bila tidak mendesak dan tidak penting, sebaiknya warga menunda mudik ke kampung halaman. (*)