Ditangkap, Pendukung Dana Teroris

Oleh: Djono W. Oesman

Lama tanpa bom teroris, Densus 88 Polri giat menangkapi. Puluhan terduga teroris ditangkap sebulan terakhir. Terbaru, AM (54) ditangkap di Tangerang, Rabu (24/3/21). Diduga, sebagai pelatih wirausaha teroris. Mungkin, potensi mereka kian lemah.

Paling banyak penangkapan ternyata di Jawa Timur. Awal Maret 2021 ada 22 terduga teroris itu ditangkap di Jatim. Yakni, Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya, Mojokerto, Malang dan Bojonegoro.

Menyusul, seorang lagi ditangkap di Surabaya. Total Jatim jadi 23 tersangka.

Lantas, polisi mengembangkan perkara. Mengorek dari tersangka. Hasilnya, 19 Maret 2021, dua terduga teroris dicokok di Jakarta. Dikembangkan lagi. Mereka yang tertangkap, diinterogasi.

Hasilnya, enam terduga teroris ditangkap di Sumatera Barat, Lampung dan Batam. Segera merambah,14 terduga teroris lagi ditangkap di Sumatera Utara.

Saat Densus 88 menangkap 14 di Sumut, langsung ada empat lagi ditangkap di sana. Total di Sumut 18 tersangka.

Pada 18 Maret 2021, ke-22 tersangka teroris asal Jawa Timur dipindahkan ke Rutan Mako Brimob, Cikeas, Jakarta, guna pemeriksaan lanjutan.

Dengan ditangkapnya AM di Tangerang, total 50 tersangka teroris ditangkap dalam sebulan terakhir. Mungkin ini penangkapan teroris terbanyak bagi Densus 88, berdasar durasi waktu.

Para tersangka teroris ini terkait teroris Upik Lawanga yang ditangkap Densus 88 Antiteror pada 23 November 2020 di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. Dari Upik, berkembang jadi sekian banyak.

Tentang penangkapan AM, Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Rusdi Hartono kepada pers, di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (24/3/21) mengatakan, tersangka AM bertugas sebagai pencari dana. Terafiliasi dengan kelompok Jamaah Islamiyah (JI).

“Tersangka ditangkap jam 07.15 WIB. Atas nama AM berumur 54 tahun. AM ini bertugas sebagai pencari dana atau dikenal di Jamaah Islamiyah sebagai Iqtishad,” kata Rusdi.

Dijelaskan, AM juga bertugas memberikan pelatihan kewirausahaan kepada anggota JI.

“Ketika usaha anggota JI berkembang, tentunya akan memberi nilai lebih, infaq yang semakin besar yang masuk keuangan organisasi. Itu jadi bagian perkembangan JI,” katanya.

Keterangan Polri ini menunjukkan, terjadi perubahan pola sumber dana teroris. Dari semula merampok, kemudian menyebar kotak amal di toko-toko swalayan, kini bisnis sendiri dilatih AM.

Rabu, 8 Mei 2013, Abu Roban tewas ditembak Tim Densus 88. Di sebuah desa di Kecamatan Limpung, Batang, Jawa Tengah. Abu Roban punya banyak nama. Untung Hidayat alias Bambang Nangka.

Ia pimpinan Halaqoh Ciledug, yang sebelumnya dipimpin Abu Omar. Abu Roban pemimpin perampokan, yang hasilnya untuk membiayai jaringan teroris.

Karopenmas Polri (waktu itu) Brigjen Boy Rafli Amar, mengatakan, jaringan teroris Abu Roban memiliki kaitan erat dengan kelompok teroris Abu Omar.
“Meskipun Abu Omar sudah tertangkap, diduga kuat lapisan bawahnya masih terlibat dengan kelompok Abu Roban dalam memasok senjata untuk aksi teroris,” kata Boy kepada pers, Jumat, 10 Mei 2013.

Boy mengatakan, Abu Roban merupakan bagian dari gerakan aksi teror di Poso, khususnya kelompok Santoso.

Kelompok ini juga masih berkaitan dengan kelompok teroris yang belum lama ini terungkap di Tambora, Beji, dan Bekasi. “Petugas terus mencermati dan mengembangkan,” katanya.

Menurutnya, kelompok Abu Roban lebih banyak merampok dan memasok senjata. “Senjata yang mereka jual dipakai untuk perbuatan teror,” ujar Boy.

Jaringan ini belum berhasil merealisasikan teror menggunakan bahan peledak. Mereka baru pernah membakar Pasar Glodok di Jakarta Utara. “Tetapi gagal. Waktu itu berhasil digagalkan masyarakat sebelum api membesar,” kata Boy.

Catatan kepolisian, kelompok Abu Roban pernah merampok bank, kantor pos, dan toko emas di Grobogan, (Jawa Tengah), Batang (Jawa Tengah), Lampung, Tambora (Jakarta), dan Bandung (Jawa Barat). Perampokan ini untuk mendanai perang atau teror.

Perampokan Tambora sempat menggegerkan karena dilakukan tepat di depan kantor polisi. Khusus perampokan bank, polisi mencatat tiga aksi perampokan dengan total kerugian Rp1,8 miliar.

Perampokan itu di Bank BRI Batang dengan kerugian Rp790 juta, BRI Grobogan Rp630 juta, dan BRI Lampung Rp460 juta.

Setelah kelompok Abu Roban ditumpas, diperkirakan sumber dana teroris sudah tertutup.

Tahu-tahu, Februari tahun terungkap temuan baru. Sekitar 13.000 kotak amal tersebar di minimarket dan pusat perbelanjaan, dihimpun kelompok teroris.

Regional Head for Counter-Terrorism Financing and Anti-Money Laundering di IACSP Southeast Asia, Garnadi Dharmaputra, mengatakan, penggalangan dana lewat kotak amal yang diletakkan di minimarket maupun pusat belanja menunjukkan fleksibilitas pendanaan kelompok teroris.

Dalam penelitian dilakukan pihaknya, sejauh ini kelompok teroris memang mendapatkan pendanaan lewat lembaga penggalang dana masyarakat berkedok gerakan kemanusiaan.

Hal ini tentu sudah masuk dalam radar dan pengawasan lembaga berwenang. Sebut saja, PPATK, OJK, Kemendagri, dan tentu saja Polri.

Mabes Polri mencatat sejumlah daerah yang menjadi tempat penyebaran kotak-kotak amal tersebut. Kotak-kotak amal disebarkan oleh Yayasan ABA (Abdurahman bin Auf).

Antara lain, di Medan, Lampung, Jakarta, Temanggung, Solo, Semarang, Pati, dan Yogyakarta. Kemudian diketahui, tersebar di Magetan, Surabaya, Malang, Ambon, Lombok. Juga di Lampung dan Sumatera Utara.

Rabu (24/3/21), terungkap bahwa AM pelatih wirausaha para teroris. Pola pendanaan berubah ke bentuk bisnis kecil. Terus, apa kaitannya dengan dugaan dukungan dana internasional? Soal ini belum terungkap jelas. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *