Jakarta Sudah Aman? Mari Tengok Data Mobilitas, Kasus Corona, dan Vaksinasinya

Jakarta | lampumerah.id – Sudah dua pekan ke belakang, DKI Jakarta berada di status Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3. Kondisi ini menunjukkan perbaikan setelah Jakarta berada di PPKM level 4 sebelum 24 Agustus 2021.

Aktivitas kegiatan masyarakat pun kembali bergeliat seiring dengan dilonggarkannya sejumlah pembatasan. Mulai dari dibukanya mal dan pusat perbelanjaan, makan dine in, hingga sekolah tatap muka.

PPKM Periode
Pra PPKM Darurat
PPKM Darurat 3-20 Juli 2021
PPKM Level Jilid I 21-25 Juli 2021
PPKM Level Jilid II 26 Juli-2 Agustus 2021
PPKM Level Jilid III 3-9 Agustus 2021
PPKM Level Jilid IV 10-14 Agustus 2021
PPKM Level Jilid V 15-23 Agustus 2021
PPKM Level Jilid VI 24-30 Agustus 2021
PPKM Level Jilid VII 31 Agustus-6 September 2021
Seperti apa peningkatan kegiatan masyarakat di DKI Jakarta selama sebelum pemberlakuan PPKM Darurat hingga PPKM level jilid VII yang berlaku pada 31 Agustus-6 September saat ini?

Menggunakan data Google Mobility Report, data mobilitas Jakarta pada periode 1 Juni hingga data terakhir tersedia pada 30 Agustus 2021.

Periode yang diawali 1 Juni dipilih lantaran tanggal itu adalah sebelum berlakunya PPKM Darurat. Selain itu, ada pertimbangan perkiraan masyarakat banyak terkena corona sehingga ketika di masa inkubasi hal itu membuat kenaikan corona 2 pekan setelahnya karena baru terdeteksi.

Hasilnya 5 dari 6 sektor mobilitas masyarakat mengalami tren yang sama: grafik menurun lalu meningkat lagi menuju titik setinggi saat sebelum PPKM Darurat berlangsung.

Setidaknya tren peningkatan mobilitas tersebut terbaca pada sektor retail dan rekreasi, pasar dan apotek, taman dan pantai, terminal, dan tempat kerja. Meningkatnya grafik sektor-sektor ini menunjukkan bahwa kegiatan masyarakat di luar rumah pun turun naik.

Sementara ada satu sektor yang justru mengalami tren sebaliknya: grafik naik dari sebelum PPKM darurat, menuju puncak saat pengetatan berlangsung, lalu justru turun lagi. Sektor yang memiliki karakteristik seperti ini adalah sektor pemukiman.

Sektor pemukiman menunjukkan seberapa besar mobilitas masyarakat berada di rumah saja. Jika mengalami peningkatan artinya lebih banyak orang di rumah, sementara makin sedikit angka di sektor ini maka orang lebih banyak pergi ke luar rumah.

Data mobilitas Google tersebut menunjukkan bahwa kegiatan masyarakat di luar rumah di tengah pandemi sudah mulai meningkat lagi. Skala peningkatannya menuju ke arah mobilitas sebelum PPKM Darurat diberlakukan.

Orang di Jakarta, sebagian di antaranya mulai beraktivitas ke luar seperti bekerja, mengunjungi tempat wisata, hingga pergi ke pusat perbelanjaan/retail.

Tingkat mobilitas yang meningkat juga terlihat pada data kemacetan yang dirilis Tomtom Traffic Index. Data ini mengukur penambahan waktu tempuh perjalanan normal dengan persentase.

Misalnya, Anda pergi dari Pasar Minggu ke Mampang Prapatan naik kendaraan 10 menit di waktu normal. Namun ketika indeks kemacetannya 30 persen, maka rumus waktu tempuhnya adalah 10 menit + (10 menit x 30%) = 13 menit.

Data pada rata-rata angka grafik indeks kemacetan harian Jakarta periode sebelum PPKM darurat hingga PPKM level 3 kini periode 1 Juni-3 September 2021, menunjukkan tren yang serupa dengan data mobilitas yang dirilis Google Mobility Report.

Pada awal Juni, indeks kemacetan sempat menunjukkan angka tertinggi sebesar 34 persen. Lalu pada saat PPKM darurat berlangsung, indeks kemacetannya sempat berada di level terendah sebesar 1,08 persen.

Seiring waktu, secara gradual rata-rata indeks kemacetan harian di jakarta naik lagi. Teranyar, pada 3 September indeksnya mencapai 22 persen.

Sudah Amankah?

Ketika data-data mobilitas masyarakat menunjukkan peningkatan secara gradual, pertanyaan selanjutnya adalah apakah memang data pandemi corona yang selama ini menjadi ancaman sudah membaik?

Kita lihat dari paparan data kasus positif dan kematian corona terlebih dahulu. Data pertumbuhan kasus positif sempat mencapai puncak dalam sehari sebesar 14.169 pada 12 Juli 2021.

Kasus positif corona harian tersebut kemudian berangsur turun. Bahkan sudah lebih dari setengah bulan, tepatnya 16 hari terakhir, pertumbuhan corona sehari selalu di bawah 1.000 kasus.

Adapun dari data kematian, puncaknya dalam sehari pernah tercatat sebesar 268 jiwa melayang karena corona pada 20 Juli 2021 (hari terakhir PPKM Darurat diberlakukan). Selanjutnya, data kematian menurun secara bertahap.

Bahkan dalam 3 hari terakhir DKI Jakarta mencatat masing-masing 10 orang yang meninggal, jauh ketimbang saat pertengahan Juli yang mencapai ratusan.

Selain indikator kasus corona dan kematian, positivity rate harian juga ikut turun. Indikator yang merupakan hasil bagi kasus corona harian per jumlah tes individu ini sempat mencapai angka tertingginya pada 7 Juli sebesar 46,3 persen.

Angka positivity rate kemudian berangsur turun hingga hanya 3,4 persen saat ini. Artinya, kini hanya ada 3-4 orang yang positif corona dari 100 orang yang dites.

Standarnya, WHO menetapkan corona terkendali jika positivity rate sudah berada di bawah angka 5 persen. Kabar baiknya, standar itu sudah tercapai sejak 26 Agustus dan konsisten tak pernah naik lagi di atas itu di hari-hari berikutnya.

Gambaran umumnya, kematian dan kasus baru corona di DKI sudah menurun saat ini jauh berbeda ketimbang saat berlangsungnya PPKM darurat. Standar positivity rate juga sudah tercapai konsisten dipertahankan selama lebih dari sepekan terakhir.

Upaya Menekan Corona

Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk menekan kasus corona dan kematian yang diakibatkannya. Mulai dari melakukan pembatasan, menggenjot jumlah vaksinasi, menggunakan aplikasi untuk screening, hingga menurunkan harga tes PCR-antigen

Apakah kemudian usaha tersebut memiliki korelasi dengan membaiknya kasus corona kini?

Pertama terkait vaksinasi di Jakarta. data Kemenkes, total vaksinasi dosis 1 dan 2 harian mulai 1 Juni ke 4 Juli 2021.

Grafik vaksinasi tersebut (garis warna tosca) meningkat terus hingga mencapai titik puncak pada 6 Agustus sebesar 282.700 dosis disuntikan dalam sehari. Setelahnya berangsur turun dan melandai.

Beriringan dengan meningkatnya vaksinasi pada grafik di atas, grafik batang berwarna kuning (kasus harian) dan merah (kematian harian) naik juga, akan tetapi lalu menurun sebelum grafik berwarna tosca mencapai puncak.

Artinya, upaya peningkatan jumlah suntikan dosis vaksinasi ini berbanding lurus dengan menurunnya pertumbuhan kasus corona dan kematian yang diakibatkannya.

Pemerintah juga sempat berupaya menurunkan harga tes PCR pada 16 Agustus dan antigen pada 1 September. Meski demikian tren setelahnya cenderung landai dan tidak mengalami peningkatan.

Bahkan, di masa-masa penurunan harga tes corona tersebut, tes corona tidak setinggi pada saat PPKM Darurat. Di tanggal 13 Juli 2021, tes sempat mencapai puncak sebesar 43.067 orang sehari. Sedangkan teranyar pada 3 September tes hanya 10.685 orang.

Rupanya harga tes yang turun tidak langsung membuat data tes corona individu naik.

Sementara itu, upaya screening menggunakan aplikasi sebelum masuk mal juga sudah mulai diberlakukan. Orang yang bepergian atau melakukan sesuatu di tempat umum juga diwajibkan menunjukkan sertifikat vaksin.

Ke depan, vaksin menjadi syarat melakukan banyak hal. Hal ini juga ditegaskan oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

“Ini akan menjadi kebiasaan ke depan. Boleh melaksanakan aktivitas paling tidak sudah divaksin,” kata Sigit usai meninjau vaksinasi yang digelar Akpol 1995 di Bekasi, Jumat (3/9).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *