KLB Demokrat, Ada Santet dan Tangis

Oleh: Djono W. Oesman

Entah drama, atau bukan. Tangis pecah, warnai kemelut Partai Demokrat. Di konferensi pers di Jakarta, kemarin, Dr Damrizal nangis. Sesenggukan. Katanya, ia menyesal menjadikan SBY Ketum di kongres 2015 Surabaya. “Sampai lahir rezim diktator ini,” ujarnya.

Damrizal, mantan Wakil Ketua Komisi Pengawas Partai Demokrat. Di konferensi pers, ia bicara selaku tokoh, yang mempertemukan para kader Demokrat dengan Moeldoko. Sehingga muncul KLB, yang memilih Moeldoko sebagai Ketum.

Bisa disebut: Ia biangnya KLB.

Siapa Damrizal? Ia lahir di Padang, Sumatera Barat, 6 September 1963. sarjana Pertanian, Universitas Ekasakti Padang. Peraih gelar magister hukum Universitas Gadjah Mada. Peraih doktor Ilmu Sosial, Universitas Pasundan, Bandung.

Ia pendiri Partai Demokrat (PD), bersama Subur Budhisantoso, Umar Said, I Wayan Sugiana, Agus Abubakar, dan Jhoni Allen Marbun. Jauh sebelum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di-Capreskan PD. Damrizal bisa juga disebut, biangnya PD.

Damrizal menceritakan awal munculnya KLB di Sumut. Dari rasa tidak puas kader. Jumlahnya banyak. Tidak puas, karena PD dipimpin oleh pemimpin kurang kuat. Politik dinasti. Kader lalu curhat ke Damrizal.

Damrizal punya ide, minta bantuan Moeldoko. Untuk mengatasi PD yang dikeluhkan para kader. “Saya yang melobi Pak Moeldoko. Saya yang mempertemukan dengan kader PD,” kata Damrizal.

Ketemu-lah. Ngopi-ngopi. “Jadi, Pak Moeldoko tidak berinisiatif apa-apa. Tidak tahu, kalau akan dijadikan Ketum. Tidak ada rencana ke situ,” tuturnya. Dari situ kemudian lahirlah ide KLB, sampai memilih Moeldoko.

Sebenarnya, mayoritas parpol di Indonesia pernah pecah. Tapi, paling heboh ada dua. Pertama pecahnya PDI – PDIP. Menimbulkan tragedi berdarah disebut Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli), 27 Juli 1996. Dan, PD.

Di pecahnya PD ini sampai ada bupati yang – entah bergurau atau serius – akan menyerang Moeldoko dengan santet. Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, mengaku siap menyantet Moeldoko. Karena, Iti Ketua DPD PD Banten.

Bahkan, Ketum PD, Agus Harimurti Yudhoyono minta tolong Presiden Jokowi, melarang Moeldoko meng-kudeta PD. Begitu hebohnya.

Bagaimana nasib PD ke depan? Pakar hukum, Yusril Ihza Mahendra memprediksi, bakal diselesaikan di pengadilan. Tahap awal, dirapatkan internal PD, dulu.

“Pertama, di mahkamah partai. Kalau ada pihak tidak puas, dapat menggugat ke pengadilan. Namanya gugatan perdata sengketa internal partai politik,” kata Yusril dari YouTube @tvOneNews, Sabtu (6/3/2021).

Tapi, di mahkamah partai, pasti ada yang tidak puas. Jadi, bakal diselesaikan pengadilan. Contoh: Pecahnya Partai Golkar, beberapa waktu lalu. Antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu Agung Laksono.

Kubu Aburizal Bakrie terpilih di Munas di Nusa Dua, Bali. Kubu Agung Laksono hasil Munas Jakarta. “Akhirnya diputuskan pengadilan, kubu Aburizal Bakrie menang,” jelasnya.

Pemerintah menanggapi santai saja. Menkumham, Yasonna Laoly, kepada pers di Gedung DPR, Selasa kemarin, menyatakan, pemerintah akan profesional soal kemelut PD.

“Itu (KLB Demokrat) masalah internal partai. Belum ada dokumen yang diterima Kemenkumham terkait hasil KLB PD Deli Serdang,” katanya.

Yasonna malah sudah titip pesan ke SBY, selaku Ketua Majelis Tinggi PD. Pesannya, agar ayah-anak (SBY-AHY) tidak panik, lantas main serang, tanpa dasar hukum. Terkait KLB PD.

Yasonna tidak menyebut soal serangan santet. Tidak. Ia tidak menyebut itu. Ia juga tidak menyebut, bahwa PD sudah mendesak Presiden Jokowi terkait ini. Tidak.

“Saya pesan, kepada salah seorang pengurus Demokrat kemarin: Tolong, SBY dan AHY jangan tuding-tuding: Pemerintah begini… pemerintah begitu… Sebaiknya, tunggu saja… Kita objektif kok. Jangan main-main serang-serang yang tidak ada dasarnya,” ujarnya.

Sebab, parpol pecah sudah biasa. Terlalu sering. Semua diselesaikan sesuai jalur hukum. “Jangan tuding-tuding pemerintah, tanpa dasar,” ujarnya.

Penjelasan Yassona itu bisa disimpulkan, SBY terlalu berlebihan mereaksi kondisi di partai tersebut. Berlebihan atau lebay.

Mungkin, karena reaksi SBY begitu, maka dibalas dengan tangis Damrizal, pecah di konferensi pers, kemarin. Lihat saja, ada santet, lebay, dan tangis di situ. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *