Suami bunuh isteri, sering. Tapi, Praka TNI (eks) Marten Priadinata Chandra (34) membunuh isterinya, Ayu Restari (28), direncanakan detil. Ada gladi resik eksekusi. Itu diungkap di sidang vonis terdakwa Winda Nopi Yanti Simanjuntak (29) di PN Sibolga, Sumut, Kamis (11/02/21). Pembunuhan model ini, jarang.
Marten – Ayu menikah di Bandung, 2012. Waktu Marten selaku anggota TNI bertugas di Bandung. Ayah Ayu juga tentara. Marten – Ayu dikaruniai seorang anak laki laki, 8 tahun.
Dari Bandung, Marten dipindah tugas ke Korem 023/Kawal Samudera, Sibolga, pada 2017. Pada 2018 Marten selingkuh dengan Winda Nopi Yanti Simanjuntak (salah satu tersangka).
Marten diadili di Pengadilan Militer Medan, Selasa (24/11/20) ia cerita, dulu, terpaksa menikahi Ayu, karena berhubungan seks sebelum nikah. Mereka menikah. Sering cekcok, Marten selingkuh (pengakuan Marten). Soal ini belit-membelit, antara Ayu tidak hormat dan Marten selingkuh.
Marten mengaku, mereka sering cekcok karena Ayu tidak hormat pada suami. Pernah, Ayu melaporkan suami ke komandan, sehingga Marten di-sel. Yang berarti ada KDRT. Itu juga diceritakan Marten kepada selingkuhannya, Winda.
Akhirnya, Marten berniat membunuh Ayu. Kronologi peristiwa sebelum pembunuhan, diungkap detil di sidang vonis Winda (yang divonis 17 tahun penjara). Kronologi:
Marten mengatakan ke Winda, berniat membunuh Ayu. Itu dikatakan pada Maret 2020. Dialognya begini:
“Dek, abang mau nyarik orang untuk menyelesaikan si AYU RESTARI,” ujar Marten ke Winda, berdasar surat putusan hakim nomor 362/Pid.B/2020/PN Sbg di halaman 4.
Winda bertanya ke Marten: “Kenapa sampai seperti itu? Apa tidak ada cara lain untuk berpisah? Sesakit apa sih, hatimu? Apa karena hubungan kita ini? Apa ada masalah lain?.”
Marten menjawab: “Sebenernya bukan karena hubungan ini. Jauh sebelum hubungan ini, aku sudah sakit hati dengan dia. Dia tidak menghargai aku. Kami sering bertengkar. Dia sering melapor ke kesatuan, pada saat aku berdinas di Bandung. Sehingga aku sering ditahan. Keluargaku juga sering diancam oleh dia.”
“Yah, sudah kalau memang begitu. Terserahmu,” balas Winda.
“Akan kucari orang yang mau dibayar untuk membunuh Ayu. Kau cari juga, orang yang bisa membunuh,” perintah Marten.
Winda mengiyakan. Dia akan mencoba mencari orang untuk membunuh Ayu.
Di pertemuan berikutnya, 7 April 2020 Marten menanyakan, apakah Winda sudah mendapatkan pembunuh? Winda menjawab, belum.
Esoknya, 8 April 2020 Marten – Ayu ketemu lagi. Marten mengatakan, ia sudah dapat calon pembunuh. Biayanya Rp2,5 juta. “Tapi uangku ga cukup,” ujarnya.
“Terus bagaimana?” tanya Winda. Marten meminta Winda utang ke temannya, bernama Samaria Magdalena Simaptupang alias Maria. Sore itu juga, Winda menemui Maria di tempat kos.
“Kak, ada uang kakak?” tanya Winda ke Maria. “Untuk apa,” balas Maria.
Winda: “Bang Marten bermasalah dengan istrinya. Ia sakit hati. Jadi, ada niatan mau menyelesaikan istrinya dengan membayar orang Rp2,5 juta,” jelas Winda.
Sampai di sini, Winda sudah menyebarkan rencana menyakiti Ayu kepada Maria. Tapi, tidak menyebut kata “bunuh”. Dan, Maria menyanggupi, meminta agar Marten dipanggil menemui Maria dan Winda di kos-kosan Maria.
Marten datang. Mengatakan utang Rp10 juta. Maria kaget, semula kata Winda Rp2,5 juta. Ternyata lebih. Maria menyatakan tidak punya. Marten batal utang ke Maria.
Marten lalu mengatakan: “Bagaimana kalau kita aja yang mengerjakannya?” tanya Marten.
Maria kaget, bertanya balik: “Bagaimana caranya?” Marten pun menjelaskan cara pembunuhan tersebut. Begini:
“Nanti, motifnya (maksudnya modus) kek model pembegalan gitu. Nanti kalian membuntuti kami dari belakang. Nanti kita pakai alat. Yang bawa motor Winda. Membonceng Maria. Yang megang alat, Maria. Lalu nanti pukul bagian belakang kepala Ayu. Yang, Ayu sedang kubonceng motor,” beber Marten.
Lebih jelas: Ada dua motor. Marten membonceng Ayu, melaju. Di belakangnya, ada motor Winda membonceng Maria. Pembawa alat bunuh (saat itu belum disebutkan) adalah Maria. Juga, Maria yang memukulkan alat ke bagoan belakang kepala Ayu.
Dari percakapan ini, tanda bahwa mereka sudah sangat akrab. Di situ Marten tidak menunjuk Winda sebagai pemukul, melainkan Maria. Dan, ternyata Maria ho’oh saja.
“Siapa yang menyediakan alatnya?” tanya Maria. “Nanti aku yang menyediakan,” balas Marten. “Kapan waktunya,” tanya Maria.
“Kapan waktunya?” ulang Marten, kaget. Ternyata Maria berani. Marten berpikir, lalu mengatakan: “Kita lakukan besok (Kamis, 09 April 2020) malam jam 10 (22.00 WIB) Masalah sepeda motor, nanti titipkan sama teman saya,” ujar Marten. Maksudnya, sebelum dan setelah pembunuhan, motor Maria dititipkan ke rumah teman Marten.
Selanjutnya Marten membeli alat. Ternyata linggis Rp20 ribu pada pagi, 9 April 2020. Linggis ia titipkan di rumah rekannya. Di situ Marten menelepon Winda dan Maria, agar menemuinya di rumah si teman.
Winda dan Maria datang berboncengan motor. Mereka bertiga rapat kemudian rapat. Semacam general repetisi. Marten menjelaskan kepada dua wanita itu, begini:
“Inilah barangnya (memamerkan linggis). Nanti, disini juga nyimpan sepeda motormu. Lokasi kita membunuh Ayu di Jalan PLTA Sipansihaporas (Kelurahan Sibuluan Indah, Kecamatan Pandan. Tapanuli Tengah). Tau kan?”
Dua wanita merenung, membayangkan peta lokasi tersebut. Marten menyela: “Bentar lagi kita ke sana, cek lokasi.”
Marten melanjutkan: “Setelah selesai (membunuh), kita pisah. Winda membawa motorku. Sedangkan aku pulang diantarkan Maria pakai motor Winda. Lalu Maria membawa motor Winda ke rumah temenku, sekaligus bayar Rp2,5 juta (untuk si teman).”
Mendengar penjelasan detil itu, dua wanita tersebut tercengang. Mereka bakal melakukan sesuatu yang mengerikan, nanti malam, atau beberapa jam kemudian. Tapi, ternyata mereka tidak gentar.
Selewat tengah hari, Marten mengajak Winda dan Maria cek lokasi pembunuhan. Marten pinjam motor temannya, sedangkan Winda dan Maria berboncengan. Menuju Jalan PLTA Sipansihaporas. Marten di depan, penunjuk jalan.
Mereka berhenti di suatu lokasi. Marten mengatakan: “Disinilah tempatnya,” katanya. “Kita nanti datang dari arah sana. Motorku di depan, motor kalian di belakangku.”
“Ok bang,” jawab Maria dan Winda.
9 April 2020 pukul 21.00. Semuanya berangkat, sesuai skenario. Marten mengajak Ayu jalan-jalan. Maria mengambil motor dan linggis di rumah rekan Marten.
Lalu Maria menjemput Winda, dan memboncengnya. Maria menyerahkan linggis kepada Winda. Sebaliknya, Winda menerima linggis dengan ragu.
Di situ melenceng dari skenario. Marten menghendaki eksekutornya Maria. Kini diubah Maria, linggis diserahkan ke Winda. Dan, Winda menerima. Mereka berangkat.
Marten sudah lama berputar-putar di sekitar titik lokasi. Karena ia sudah berangkat duluan. Tapi, akhirnya motor Marten bertemu dengan motor yang dikemudikan Maria. Ternyata Marten dan Ayu sama-sama tidak pakai helm.
Di situ Marten melihat, bahwa ada perubahan skenario. Komposisi Maria menyetir, berubah dari skenario. Tapi, ia tidak sempat lagi mengubah. Rencana tetap lanjut.
Awalnya, Marten membuntuti motor Maria – Winda. Begitu tiba di lokasi rencana, Marten menyusul Winda dan Maria. Berikutnya, Maria merapatkan motor ke motor Marten.
Lalu, prak… Winda menghantamkan linggis ke bagian belakang kepala Ayu. Kedua motor oleng. Ambruk bersama. Empat orang terjatuh.
Kepala Ayu bersimbah darah. Dia merintih kesakitan. Berusaha bangkit.
Seketika, Marten mengambil linggis yang terjatuh di aspal. Lantas mendekati Ayu. Menghajar kepala Ayu dengan linggis berkali-kali. Histeris kesakitan. Kemudian diam. Sepi. Selesai.
Skenario Marten, sangat teliti. Titik lokasi yang dipilih di dekat jurang. Maka, ia tinggal mendorong jasad isterinya itu ke jurang.
Jenazah Ayu ditemukan beberapa bulan kemudian. Dalam kondisi tinggal tulang. Dari pemeriksaan forensik, diketahui itu akibat pembunuhan. Tulang tengkorak Ayu pecah di beberapa bagian.
Marten divonis 20 tahun penjara. Winda 17 tahun penjara. Maria masih dalam proses sidang. (*)