Pria Ngamuk di RS Siloam, Teori The IMS

Oleh: Djono W. Oesman

Penganiayaan perawat RS Siloam Palembang, viral. Gubernur Sumsel, Herman Deru, menyesalkan itu. “Buruk, bagi citra daerah,” ujarnya ke pers, Sabtu (17/4/21). Pelaku, Jason Tjakrawinata (38), ditahan di Polrestabes Palembang. Di ilmu Kesehatan Mental, ia mengidap The Irritable Male Syndrome (IMS).

Kasubbag Humas Polrestabes Palembang, Kompol M Abdullah kepada wartawan, Jumat (16/4/2021) membenarkan peristiwa tersebut. “Pelaku tersangka, ditahan,” ujarnya.

“Laporan korban di SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu) Polrestabes Palembang, kejadian di RS kawasan Ilir Barat I,” kata Abdullah. “Kini disidik.”

Berdasar laporan, kronologi begini: Anak Jason, usia 2 tahun, yang beberapa hari dirawat di RS Siloam, boleh pulang. Ia ditunggui ibunya.

Kamis (15/4/21) pukul 11.00 proses pemulangan diurus. Infus pada bayi, dilepas perawat Christina Remauli (27).

Belum diketahui detilnya bagaimana, darah mengucur dari bekas jarum infus. Perawat Christina, segera bertindak semestinya. Tapi darah tetap mengucur.

Direktur Keperawatan RS Siloam, Tata, mengatakan, saat pelepasan infus, bayi digendong ibunya. “Anak segitu aktif-aktifnya. Maka, hal tak diinginkan terjadi,” kata Tata pada wartawan Jumat (16/4/21).

“Melihat itu, perawat langsung mengganti plester yang berdarah. Berusaha menghentikan darah,” bebernya.

Pukul 14,00 (tiga jam kemudian) Jason tiba di RS. Dari tokonya. Ia pedagang spare part mobil di Palembang. Menjemput anak-isteri. Dalam kondisi sudah marah.

Tata menduga, isteri Jason lapor ke Jason soal pendarahan. Sebaliknya, Jason mengatakan, saat ia tiba, darah mengucur. Ngamuk-lah dia.

Jason minta ditemukan dengna perawat Christina. Tata memanggil Christina, diajak masuk ruang Perawat nomor 6026. Jason minta ketemu empat mata dengan Christina. Tapi, Tata sudah melihat gelagat buruk, ngotot bertemu ramai-ramai. Christina didampingi tiga perawat lain.

Di dalam ruangan, Jason bertanya ke Christina, mengapa sampai terus berdarah? “Christina belum menjelaskan, langsung ditampar pipi. Lalu, pelaku minta Christina bersujud minta maaf. Saat itu juga pelaku menendang perut, juga menjambak perawat kami,” tutur Tata.

Bisa dibayangkan, situasi kacau. Jason meledak-ledak. Ngamuk. Ia mengaku anggota polisi. Tiga perawat pendamping, kewalahan.

Teriakan panik, mengundang semua orang masuk ruang tersebut. Amuk Jason berhenti, setelah seorang polisi melerai. Kebetulan, polisi di situ karena menunggu keluarganya dirawat. Keributan selesai. Jason bersama anak-isteri, pulang.

Setelah koban melapor, polisi mendatangi rumah Jason di kawasan Ogan Komering Ilir (OKI). Waktu tempuh dari Polrestabes Palembang sekitar dua jam dengan mobil polisi.

Jason ditangkap di rumahnya tanpa perlawanan. Ia dibawa ke Mapolresta, tiba pukul 24.00. Diperiksa, dinyatakan tersangka, langsung ditahan. “Melanggar Pasal 351 KUHPidana. Ancaman hukuman 2 tahun 8 bulan penjara,” ujar Kompol Abdullah.

Sabtu (17/4/21) polisi gelar perkara. “Motif tersangka, emosi sesaat. Ia mengaku saat itu lelah, sudah empat hari menjaga anaknya di rumah sakit tersebut. Ia emosional melihat tangan anaknya yang terluka,” kata Kapolrestabes Palembang Kombes Irvan Prawira saat jumpa pers di Mapolrestabes, Sabtu (17/4/2021).

Di situ Jason mengatakan: “Mendengar anak saya menangis, pada saat hendak pulang dari RS Siloam, saya emosional. Sampai nekat mendatangi perawat tersebut.” Ia menyatakan, menyesal dan minta maaf.

Kronologi sederhana. Sering terjadi. Bisa menimpa siapa saja. Emosi meluap-luap.

Jason ‘ngamukan’. Prof Ronald C. Kessler (73), sosiolog, guru besar Harvard Medical School, Amerika, mencetuskan teori The Irritable Male Syndrome (IMS) untuk pria macam Jason. “IMS gampang emosional. Apalagi, jika ada pemicu,” tulis Prof Kessler di teori tersebut.

Kessler, peneliti sosiologi – psikologi, yang teori-teorinya banyak dikutip media massa di Amerika dan dunia. The IMS, salah satu teorinya paling terkenal.

Prof Kessler menggambarkan emosional pria sebagai berikut:

“Emosi akibat depresi. Pada anak-anak, ketika depresi, mereka tidak bisa berbicara tentang sedih. Mereka langsung marah. Bisa berontak brutal, sebagai kompensasi depresi,” tuturnya.

Karena: “Anak-anak tidak memiliki kapasitas kognitif, untuk memahami semua perasaan mereka. Ada banyak kesamaan antara anak-anak dan laki-laki dewasa,” (Kessler, 2003).

Itu tidak terjadi pada wanita. Maka, disebut The IMS (male). Pria dibesarkan dengan didikan sebagai lelaki. Dilarang cengeng, curhatan, ngedumel, nggrundel. Ini didikan anak lelaki sejak kecil. Akibatnya, mereka memendam depresi. Setelah meluap, meledak-ledak. Seperti Jason.

Sedangkan wanita, menurut Prof Kessler, sebaliknya. Dididik dibiarkan curhat, menangis, mengeluh. Depresinya lumer di situ.

Teori Kessler diterapkan di insiden RS Siloam: Jason pulang kerja. Menerima curhatan isteri. Juga melihat kondisi anak berdarah. Maka, ia (secara psikologis) dilarang curhat pula. Apalagi menangis. Yang terjadi, ngamuk.

Dari teori The IMS, ada pelajaran. Isteri tidak menyadari teori ini. Curhat ke suami. Bisa berlebihan. Tanpa sadar, menaikkan emosi suami yang IMS. Akibatnya fatal.

Mirip isteri curhat ke suami, membandingkan harta mereka dengan tetangga, atau teman kerja suami. Akibatnya, suami korupsi. Ingat, The IMS. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terbaru