Lamer | Jakarta – Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Kongres II relawan Projo. Jokowi mengaku senang melihat semangat para relawannya belum turun.
Presiden Jokowi di JIExpo, Kemayoran, Sabtu (7/12/2019) mengatakan:
“Saya sore hari ini sangat berbahagia sekali, sangat senang sekali karena melihat Projo semangatnya belum turun.”
Dilanjut: “Mempertahankan semangat seperti ini tidak mudah. Kalau tadi saya di depan ribuan yang belum bisa masuk, di dalam juga sama, itulah saya berikan apresiasi.”
Jokowi kemudian bercerita soal pembangunan yang membutuhkan semangat dan keberanian.
Dia menyebut pembangunan infrastruktur bakal terus dilakukan.
“Lima tahun kemarin kita fokus pembangunan infrastruktur. Belum selesai. Akan kita lanjutkan lima tahun ke depan,” ucapnya.
Jokowi menyebut, infrastruktur sangat penting bagi masyarakat. Itulah inti pembangunan suatu negara. Selain pembangunan bidang lainnya.
Dia mengaku pernah datang ke Papua dan mendapat cerita kalau warga harus berjalan 4 hari 4 malam di hutan untuk menuju rumah sakit terdekat.
“Lima tahun yg lalu, saat saya ke Wamena, rakyat kita itu butuh 4 hari 4 malam berjalan di tengah hutan. Kadang seminggu. 4 hari 4 malam coba bayangkan. Kalau ada yang sakit butuh 4 hari 4 malam. Bayangkan. Inilah Indonesia yang sangat besar yang nggak mungkin hanya di Pulau Jawa,” tuturnya.
Jokowi juga mengaku pernah datang ke Nduga. Dan, tak melihat warga. Padahal, penduduk di kabupaten itu tercatat berjumlah 123 ribu orang.
Ternyata warga di kabupaten itu tersebar dan jarak permukiman ke permukiman lain, jauh.
“Empat tahun yang lalu ke Nduga (Papua). Saya ke sana. Saya tanya ke bupati, ‘Penduduknya berapa?’ ‘123 ribu jiwa’. Kok banyak sekali,” tutur Jokowi.
Dilanjut: “Pas saya turun heli, nggak ada 1 orang pun. Nggak ada orang.”
Dilanjut, Jokowi berdialog dengan bupati: “Pak, saya ingin ketemu penduduk yang ada di Nduga.”
Dijawab bupati: ” Bisa. Bapak berjalan ke distrik terdekat, 8 jam, Pak.”
Jokowi melanjutkan: “Bayangkan, saya diajak jalan 8 jam di tengah hutan. Pasti nggak mungkin lah. Inilah yang harus kita cerita apa adanya,.” (*)


