NGERI, Boeing Diserukan Stop Bikin 737 MAX, Sebelum Tragedi Lion

Lamer | Jakarta – Boeing ternyata mengabaikan seruan penghentian produksi pesawat 737 MAX yang terlibat dalam dua kecelakaan maut.

Seruan ini disampaikan salah satu manajer produksi Boeing, yang menyadari situasi ‘mengkhawatirkan’ sebelum tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines.

Dilansir dari Associated Press dan CNN, Kamis (12/12/2019), sejumlah whistleblower di rapat dengar pendapat di Komisi Transportasi House of Representatives (HOR) Rabu (11/12) waktu setempat, mengungkapkan:

Kekhawatiran soal budaya dalam tubuh Boeing dan Otoritas Penerbangan Federal AS atau FAA. Komisi Transportasi DPR AS sedang menyelidiki pengawasan FAA atas Boeing dan pesawat 737 MAX.

Salah satu whistleblower, disebut bernama Edward Pierson, yang merupakan manajer produksi Boeing yang sudah pensiun dan pernah bekerja pada program Boeing 737 MAX.

Pierson mengungkapkan kondisi ‘mengkhawatirkan’ di pabrik Boeing yang ada di Renton, Washington, yang menjadi tempat dirakitnya dua pesawat Boeing 737 MAX yang mengalami kecelakaan pada Oktober 2018 dan Maret lalu.

Disebutkan Pierson dalam testimoninya bahwa perakitan terlambat jauh dari jadwal pada pertengahan tahun 2018.

Karena masalah-masalah kaskade. Dimulai dengan terlambatnya pengantaran suku-suku cadang penting.

Disebutkan Pierson bahwa tidak ada cukup mekanik dan pekerja saat itu.

Namun Boeing tetap melanjutkan rencananya untuk meningkatkan produksi dari 47 unit menjadi 52 unit pesawat setiap bulannya.

“Pada Juni 2018, saya mulai merasakan kekhawatiran besar bahwa Boeing memprioritaskan kecepatan produksi dibanding kualitas dan keselamatan,” kata Pierson dalam testimoninya.

“Saya menyaksikan pabrik dalam kekacauan dan melaporkan kekhawatiran serius soal kualitas produksi kepada kepemimpinan senior Boeing beberapa bulan sebelum kecelakaan pertama (pada Oktober 2018),” imbuhnya.

Ditambahkan Pierson bahwa dirinya kembali menyampaikan kekhawatiran yang sama sebelum kecelakaan kedua terjadi pada Maret lalu. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *