Pasca Akui Salah Tembak, Iran Dilanda Demo Masif

Lamer | Teheran – Setelah pemerintah Iran mengakui, tidak sengaja menembak Ukraine International Airlines yang menewaskan 176 orang, gelombang demo mewarnai Iran.

Seperti diberitakan, dikutip Lamer dari Associated Press, Sabtu (11/1/2020) yang disampaikan pemerintah Iran Sabtu (11/1/2020) dikatakan:

Bahwa pesawat sipil Ukraina tersebut telah secara keliru, dikira sebagai “target musuh”.

Dilanjut: Setelah pesawat itu (Ukraine International Airlines) mengarah menuju “pusat militer sensitif” Garda Revolusi.

Disebutkan bahwa saat itu, militer Iran dalam “kesiapan level tertinggi” di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS.

“Dalam kondisi seperti itu, dikarenakan kesalahan manusia dan dalam cara yang tak disengaja, penerbangan itu ditembak.” Pemerintah Iran meminta maaf.

Akibatnya, warga Iran demo, menuntut pemerintah.

Dikutip dari Reuters, protes terjadi di seluruh Iran, termasuk di Teheran, Shiraz, Esfahan, Hamedan, dan Orumiyeh. Meski para pejabat tinggi Iran dan pihak militer sudah minta maaf atas insiden tersebut.

Warga menuntut pengunduran diri pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Dalam sebuah video yang direkam oleh New York Times, para pendemo yang marah meneriakkan “kematian bagi diktator,” dan “tidak tahu malu”.

Tuntutan dari Luar Negeri

Pemerintah luar negeri pun mengutuk Iran atas kasus jatuhnya pesawat tersebut.

Ukraina menuntut kompensasi atas kesalahan ini. Juga, Kanada, Ukraina, dan Inggris. Mereka menyebut bahwa pengakuan Teheran sebagai langkah awal yang penting.

“Apa yang diakui oleh Iran sangatlah serius. Menembak jatuh pesawat sipil sangat buruk. Iran harus mengambil tanggung jawab penuh,” kata Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau.

Dia pun berkomitmen dengan Presiden Iran Hassan Rouhani untuk berkolaborasi dengan penyelidik Kanada, bekerja sama menurunkan ketegangan di wilayah tersebut, serta melanjutkan dialog.

Krisis Legitimasi

Kasus penembakan pesawat Ukraina tersebut membuat pemimpin Iran harus menghadapi krisis legitimasi di tengah kemarahan rakyatnya.

Sementara, Garda Revolusi Iran juga telah meminta maaf dan menerima tanggung jawab penuh.

Terlambatnya pengakuan Garda Revolusi Iran atas kasus tersebut dianggap menyia-nyiakan persatuan nasional yang muncul setelah terbunuhnya Soleimani.

Komandan Garda Senior, Amirali Hajizadeh mengatakan, ia telah diberitahu otoritas Iran pada Rabu (8/1/2020) tentang serangan yang tidak disengaja.

Mengutip Reuters, sebuah pernyataan politik mengatakan bahwa pesawat Ukraina terbang mendekat ke lokasi Garda Revolusioner yang tengah berada pada status siaga tinggi.

Sebaliknya, pihak Ukraina mengatakan bahwa pesawatnya berada dalam jalur penerbangan normal.

Hal tersebut pun disampaikan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Iran.

Ukraine International Airlines juga menegaskan Iran seharusnya menutup bandaranya.

Pihaknya menyebut, tidak menerima indikasi bahwa akan menghadapi ancaman. Bahkan, sudah diizinkan untuk lepas landas.

Penembakan pesawat tersebut memang meningkatkan tekanan internasional terhadap Iran setelah berbulan-bulan berkonflik dengan Amerika Serikat dan serangan tit-for-tat.

Presiden Iran Menyesal

Sementara itu, Presiden Iran Hassan Rouhani juga menyatakan penyesalan melalui akun Twitternya.

“Republik Islam Iran sangat menyesal atas kesalahan yang membawa malapetaka ini,” tulis Rouhani melalui Twitter.

Dia bersama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy juga telah sepakat bekerja sama untuk memecahkan kode kotak hitam dari pesawat yang jatuh.

Volodymyr juga mendesak mitra internasional Ukraina untuk bersatu hingga penyelidikan selesai.

https://www.facebook.com/GlobalNational/videos/1192188990976596/

Penjelasan Lengkap

Seperti diketahui, Iran memberikan penjelasan lengkap setelah mengakui mereka menembak jatuh pesawat Ukraina pada Rabu (8/1/2020).

Pesawat Ukraine International Airlines itu jatuh pada pukul 06.12 waktu setempat di Bandara Imam Khomeini, Teheran.

Sebanyak 176 orang tewas dalam insiden pesawat Ukraina jatuh, dengan dugaan burung besi itu ditembak rudal buatan Rusia.

Sempat membantah, Iran akhirnya mengakui mereka menjatuhkan maskapai Ukraine International Airlines di mana mereka menyatakan tidak sengaja.

Militer menuturkan, pesawat jenis Boeing 737 itu dikira sebagai musuh karena memasuki “zona militer sensitif”.

Dilansir AFP Sabtu (11/1/2020), berikut merupakan penjelasan yang dirilis oleh angkatan bersenjata setelah dilakukan penyelidikan:

  1. Angkatan bersenjata Iran berada dalam status siaga tinggi setelah meluncurkan misil pangkalan Irak yang menampung pasukan AS, menyusul “ancaman dari presiden Amerika dan para komandannya yang kriminal”.
  2. Intensitas penerbangan pesawat militer AS di sekitar makin meningkat sejak operasi, dengan beredar laporan adanya pesawat yang menargetkan “pusat strategis” di Republik Islam.
  3. Setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini Teheran, penerbangan UIA PS752 berbelok, dan mendekati “situs sensitif militer” milik Garda Revolusi, dan nampak terbang seperti “pesawat musuh”.

Karena “kesalahan manusia”, pesawat itu hancur, menyebabkan “martirnya sejumlah kompatriot kami dan warga negara asing”.

  1. Pernyataan ini menunjukkan “belasungkawa dan simpati” kepada keluarga korban tewas, dan menjanjikan “aksi serupa tidak akan terjadi”.

Pasukan bersenjata juga akan membawa “pelaku” ke hadapan pengadilan.

  1. Akhirnya, “pejabat relevan dari Garda Revolusi” harus segera memberikan penjelasan selengkapnya kepada keluarga korban di media nasional

Semula Otoritas Iran Selalu Berkelit

Sebelumnya, Menteri Iran menyebut, jatuhnya pesawat Boeing 737 Ukraina yang menewaskan 176 orang karena “kecerobohan AS”.

Pesawat maskapai Ukraine International Airlines jatuh sesaat setelah lepas landas di Bandara Imam Khomeini, Teheran, Rabu (8/1/2020).

Insiden itu terjadi setelah Iran menyerang pangkalan AS dan sekutunya di Ain al-Assad dan Irbil, Irak, dengan rudal.

Sejumlah negara Barat seperti Kanada, Inggris, maupun AS menyebut terdapat bukti bahwa rudal Teheran tak sengaja menembak pesawat Boeing 737 milik Ukraina itu.

Awalnya, Teheran membantah. Bahkan, mereka siap mengundang sejumlah negara untuk ikut bagian dalam penyelidikan.

Dalam bantahan mereka, pesawat berusia tiga tahun tersebut sempat berusaha kembali ke bandara karena ditemukan “keadaan darurat”, tanpa merinci seperti apa itu.

Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, dalam kicauannya di Twitter, memaparkan temuan awal dari militer Iran.

“Kesalahan manusia di tengah krisis yang diakibatkan kecerobohan AS telah berujung kepada bencana ini,” ucap Zarif. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *