Lamer | Jakarta – Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto kerap ke luar negeri sejak dilantik 23 Oktober 2019. Sudah ke 7 negara dalam 3 bulan.

Juru bicara Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyebut bahwa kunjungan luar negeri adalah bagian dari diplomasi pertahanan yang dilakukan Prabowo.

Dahnil Anzar Simanjuntak kepada wartawan di Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Kamis (16/1/2020) mengatakan:

“Diplomasi pertahanan itu penting sekali. Itu adalah bagian penting konsep besar pertahanan kita, kita hidup di dunia terdiri dari negara-negara yang besar.”

Prabowo telah berkunjung ke 7 negara sejak dilantik pada Oktober 2019.

Antara lain, Malaysia, Thailand, Turki, China, Jepang, Manila dan terbaru Prancis.

Menurut Dahnil, diplomasi pertahanan yang dimaksud meliputi kerjasama industri pertahanan dan kerjasama pertahanan itu sendiri.

Tidak hanya kemampuan alutsista yang ditingkatkan, tetapi juga kemampuan sumber daya manusianya.

“Diplomasi pertahanan itu ya salah satunya kerja sama industri pertahanan di satu sisi. Di sisi lain, tentu kerja sama pertahanan. Kerja sama pertahanan itu banyak hal. Industri pertahanan apa? Pembelian senjata salah satunya,” sebut Dahnil.

“Kerja sama termasuk kerja sama pertukaran kadet taruna, kayak kita di Jepang ngirim taruna kita yang belajar di sana, dan negara-negara lain banyak yang kirimkan tarunanya atau perwiranya. Dalam rangka apa? Selain dalam rangka diplomasi pertahanan juga untuk meningkatkan kapasitas perwira kita,” dia menambahkan.

Dahnil mengatakan Prabowo sedang berencana memodernisasi alutsista pada enam bulan pertama masa kerjanya.

Prabowo akan berkeliling ke negara-negara sahabat untuk mencari alutsista terbaik untuk kemudian dipresentasikan di depan Presiden Jokowi.

“Iya, semuanya akan beliau kasih pertimbangan (ke Presiden), soalnya akan lebih bagus ini ini ini (alutsistanya). Makanya yang turun langsung Pak Prabowo,” lanjut Dahnil.

Pembelian alutsista menurut Dahnil juga bukan hanya perkara barang bagus. Keputusan juga diambil berdasarkan pertimbangan geopolitik saat ini.

“Misalnya saya memberikan contoh, kita beli dari Rusia, Amerika ada CAATSA (Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act), jadi ada itu. Kita beli dari China, atau kita beli dari mana, ada macam macam. Jadi ada geopolitik, ada geostrategis, makanya diplomasi pertahanan sangat dibutuhkan,” jelas Dahnil.

Dahnil pun menyindir balik seorang pengamat politik yang menyindir Prabowo karena sering berkunjung ke luar negeri. Ia menilai pengamat politik tersebut tidak paham tugas Menhan.

“Nah, kritik kenapa harus sering ke luar negeri, berangkat dari pengamat politik yang nggak paham tentang pertahanan. Padahal tugas Menhan adalah diplomasi pertahanan,” ujar Dahnil. (*)