Bekasi | Lampumerah.id – Warga yang mengikuti Job Fair “Bekasi Pasti Kerja”, pada Selasa (27/05) kemarin, saat ini para pencari kerja sedang menunggu dan berharap dapat diterima di perusahaan yang mereka lamar
Seperti warga asal Desa Pasir Gombong, Cikarang Utara, bernama Ira Rahmawati, yang datang pagi-pagi bahkan rela berdesakan, berharap bisa langsung bertatap muka dengan HRD pada saat itu.
Namun setelah berada didalam lokasi, kekecewaan pun muncul, mereka malah diarahkan untuk scan berkode sebagai syarat melamar kerja. Bukan interview atau seleksi langsung seperti yang dibayangkan peserta para pencari kerja.
“Kirian saya langsung interview, eh tau-tau pas didalam cuma scan barkot doang, dah antrian dari pagi berdesakan-desakan, sampai ada yang pingsan juga disana,” kata Ira kepada wartawan
Selain itu dirinya juga sampai saat ini masih menaruh harapan dan menunggu jawaban dari perusahaan yang mereka lamar melalui scan berkode di Jab fair “Bekasi Pasti Kerja” kemarin.
“Sampai sekarang belum ada info perkembangan, kalau job fair itu tidak ada kelanjutan saya merasa dirugikan lah, saya sudah rela berdesakan-desakan,”ucap Ira .
Beberapa peserta pencari kerja menyebutkan informasi awal job fair kurang transparan. Tidak semua tahu bahwa prosesnya berbasis digital, bukan wawancara langsung.
Fenomena memperlihatkan betapa banyaknya pencari kerja yang aktif. Tapi juga menunjukkan bahwa harapan terhadap sistem rekrutmen konvensional sudah tak sejalan dengan kenyataan.
Job fair seharusnya memberi ruang interaksi langsung. Ketika semuanya dibatasi ke format digital, maka fungsi sosial dan psikologis acara ini jadi berkurang.
Di tengah krisis lapangan kerja, harapan masyarakat pada job fair tinggi. Tapi sistem rekrutmen tak selalu memenuhi ekspektasi publik. Minimnya transparansi dan komunikasi penitia kepada masyarakat berharap dapat dievaluasi kedepannya.