MALANG l Lampumerah.id — Di balik senyum tulus dan kesabaran tanpa batas, para terapis di Malang Autism Center (MAC) terus menorehkan kisah inspiratif dalam mendampingi anak-anak dengan spektrum autisme. Mereka bukan sekadar pengajar, tapi juga sahabat dan pahlawan kecil yang membantu anak-anak istimewa menemukan dunianya sendiri.
Salah satunya adalah Arum (23), terapis MAC yang telah mengabdi sejak 2022. Dengan penuh kasih, ia mendampingi Ageng (10), bukan nama sebenarnya, anak dengan ADHD atau gangguan kurang fokus. Berkat terapi rutin, perkembangan Ageng menunjukkan hasil menggembirakan.
“Ini anak saya yang saya tangani, namanya Ageng. Umurnya 10 tahun. Dia mengalami ADHD atau gangguan kurang fokus,” ujar Arum saat ditemui di serambi MAC, Jumat (17/10/2025).
Menurutnya, terapi yang diberikan bertujuan memperkuat motorik kasar, otot, dan saraf anak.
“Latihan fisioterapi penting untuk membantu mereka agar lebih stabil dalam gerak dan konsentrasi,” jelasnya.
Arum menuturkan, keberhasilan terapi sangat bergantung pada komitmen orang tua.
“Biasanya tergantung keinginan orang tuanya. Ada yang ingin anaknya bisa bicara, ada juga yang ingin anaknya lepas dari gadget. Jadi kami sesuaikan dengan tujuan itu,” katanya.
Ia juga mencontohkan anak lain, sebut saja Bim, yang menjalani terapi untuk mengurangi kecanduan bermain game. “Game sebenarnya bisa membantu menstimulasi motorik anak, tapi kalau screen time terlalu tinggi justru bisa mengganggu fokusnya,” tambah Arum.
Untuk Ageng sendiri, hasil terapi mulai terlihat sejak 2024. “Dulu dia tidak bisa bicara sama sekali. Sekarang Alhamdulillah sudah mulai lancar, sudah banyak bicara dan lebih jelas,” tuturnya dengan senyum bangga.
Namun, proses pendampingan anak berkebutuhan khusus tentu tak selalu mudah. Menurut Arum, tantrum menjadi salah satu tantangan yang kerap dihadapi.
“Kalau sedang tantrum, dia kadang memukul kepala sendiri atau menggigit. Tapi itu wajar, karena mereka mengekspresikan emosi dengan cara berbeda,” katanya.
Meski demikian, di balik tantangan itu selalu ada kejutan kecil yang menghangatkan hati.
“Ageng tidak tahu hari atau tanggal, tapi selalu tahu kapan waktunya pulang. Biasanya dijemput eyangnya sebulan sekali, dan dia bisa tahu waktunya sendiri,” ungkap Arum sambil tersenyum.
CEO Malang Autism Center (MAC), Muhammad Cahyadi, menegaskan bahwa setiap anak di MAC mendapatkan pendampingan menyeluruh, dengan fokus pada pembenahan perilaku dan keterampilan dasar hidup (basic life skill).
“Semua anak yang kami terima umumnya bermasalah di basic life skill, jadi kami latih mereka agar lebih mandiri,” ujarnya.
Cahyadi menjelaskan, sekitar tiga bulan sebelum anak selesai menjalani terapi di MAC, orang tua diminta memberi pemberitahuan terlebih dahulu.
“Waktu tiga bulan itu kami gunakan untuk melatih terapis rumah yang akan melanjutkan pendampingan setelah anak keluar dari MAC,” jelasnya.
Tujuannya, agar hasil terapi di MAC tidak berhenti di pusat terapi saja, tetapi bisa berlanjut di rumah.
“Autisme itu sangat rentan terhadap gangguan eksternal. Karena itu, kesinambungan terapi menjadi kunci agar anak tidak kembali ke kondisi awal,” tutup Cahyadi.(peq)