Jakarta | lampumerah.id – Posisi Indonesia sebagai Presidensi G20 atau pemimpin 20 negara perekonomian terbesar di dunia, sedang dalam ujian berat. Saat Indonesia harus menghadapi persoalan keseimbangan akibat tekanan Amerika Serikat dan negara sekutu yang menolak kehadiran Rusia akibat invasinya ke Ukraina.

Ancaman walkout Amerika Serikat pada KTT G20 di Bali akhir tahun ini, jika Indonesia tetap mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin, mengusik penunjukan Maudy Faza Ayunda sebagai juru bicara G20 kembali menuai kritik.

Akademisi dan pengamat militer Conie Bakri menilai aktris penyanyi pop berusia 27 tahun itu belum memiliki jam terbang mumpuni untuk mewakili diplomasi internasional. Dirinya heran, memakai jubir G20  dengan situasi saat ini akan sangat riskan jika menggunakan diplomat muda dan belum berpengalaman.

“Pertama ini adalah bagaimana kedaulatan dan kebijakan stretgi sikap Indonesia sebagai presidensi G20. Seorang jubir dia harus akan ada banyak country intervensi. Amerika intervensi, Australia intervensi. Ini persoalan serius dan itu betul betul berhubungan dengan jam terbang jubir. Gak bisa dihandle diplomat muda,’’ tukasnya.

Jika juru bicara G20 itu dipilih yang cantik, muda, dan smart tentu conie setuju. “Saya bilang itu top banget deh. Fine. Tapi akan lebih top jika jubir G20 itu kalau menghadirkan diplomat berpengalaman yang punya jam terbang tinggi karena nilai strategis G20 Indonesia beda dengan negara lain,” papar Conie kepada wartawan di Jakarta, (19/4/22)

Conie menggambarkan seorang pilot yang punya jam terbang tinggi akan sangat berbeda sense dan kepekaannya disaat harus berhadapan dengan medan sesungguhnya. Menurutnya juru bicara G20 wajib memiliki kepekaan demi menjaga persoalan keseimbangan anggota G20 akibat invasi rusia ke ukraina. Karena nama baik bangsa menjadi pertaruhan.

“Karena pilot yang punya 33 ribu jam terbang dengan 100 jam itu beda. Sekali lagi muda, cantik, smart its fine. Tapi  jadi dia harus tau betul. Kenapa? Karena ada masalah yang beda dengan G20 lain. Ada masalah high hanging fruit dan bukan low hanging fruit terkait masalah G20. Dimana flaying ours to members beda dengan KTT G20 negara lain,’’ jelas Conie.

Karena nama baik negara menjadi pertaruhan, idealnya pemerintah Indonesia menunjuk diplomat – diplomat ulung. “Seperti Pak Marty Natalegawa itu sangat smart. Ambassador Rusia Djauhari Uratmangun, sekarang Ambassador China. Dia lama di Rusia dia tahu betul denga apa yang terjadi di sana,’’ pungkasnya.