Lamer | Jakarta – Film dokumenter “Jihad Jane” yang kini beredar di Eropa, berdasarkan kisah nyata. Kisah wanita Amerika, Colleen La Rose (56) yang dipanggil sebagai Jane.
Colleen La Rose atau Jane, bule Amerika. Rambutnya pirang, matanya kelabu, lahir dan dibesarkan di Amerika.
Dikutip Lamer dari The Sun, Sabtu (15/2/2020), Colleen La Rose adalah wanita yang saat ini dikenal dengan nama Jihad Jane.
Kisahnya mengejutkan sampai dibuat sebuah film dokumenter, yang rilis di bioskop pada 14/2/2020.
Film tersebut menceritakan La Rose (56) warga Amerika pergi ke Waterford di Irlandia pada Agustus 2009. Dia bergabung dengan jaringan teroris jihad Ali Charaf Damache.
Tujuannya adalah untuk merencanakan serangan mematikan ke Eropa. Juga membunuh Lars Vilks, artis Swedia yang menggambar Nabi Muhammad SAW.
Namun bagaimana cara seorang wanita Amerika, tanpa hubungan kuat dengan agama Islam, menjadi wanita Amerika pertama yang ditahan atas aksi teroris?
Rupanya, kisah itu dimulai sejak ia kecil.
La Rose lahir pada Juni 1963 di Michigan. Di masa kecil dia mengalami kekerasan dan kekejaman dari ayahnya.
Jurnalis Reuters, John Shiffman, yang mempelajari kisah Colleen La Rose selama 6 bulan, menceritakan:
Kedua orang tua Colleen La Rose adalah pemabuk dan cerai saat La Rose umur 3 tahun.
Di masa balita yang sangat menyedihkan itu, membuat derita La Rose berkelanjutan.
Dia sering dibully di sekolah. Karena selalu tampak kumuh. Dia pernah datang ke sekolah dengan gigitan tikus di jari-jarinya karena rumahnya kotor.
Colleen La Rose hanya sampai pendidikan setara kelas 1 SMP. Putus sekolah.
Saat dia berumur 8 tahun, ayahnya memperkosanya dan saudarinya, Pam, yang berumur 11 tahun.
Trauma yang ia emban selama 5 tahun diperkosa terus menerus tersebut masih diperparah setelah ia minggat dari rumahnya.
Ia lalu tinggal di jalan sebagai pelacur. Karena hanya itu yang bisa dia lakukan untuk mencari makan.
Sejak jadi pelacur, La Rose tidak pernah kembali untuk sekolah. Lalu dia mengalami ketergantungan alkohol dan narkoba.
Akhir tahun 1980 saat umurnya baru 17 tahun, dia menikah dengan pria berumur 32 tahun bernama Sheldon Barnum, yang dia gambarkan, bahwa lelaki itu punya pribadi yang asyik dan menyenangkan.
La Rose segera hamil. Tapi kemudian keguguran. Hal itu menyebabkan dia tidak dapat memiliki anak lagi. Akhirnya mereka bercerai.
Setahun kemudian La Rose sampai di Runaway House, penampungan para remaja di Memphis, Tennessee, AS.
Kondisinya, diceritakan oleh pembimbing di sana menyedihkan:
Rambut pirangnya perlu dicuci. Mata terlihat seperti kecanduan kokain dan heroin dan juga mengidap penyakit kelamin (karena pernah jadi pelacur remaja).
Ia lalu pindah ke Texas di umur 25 (tahun 1988) ia menikah kedua kalinya, dengan pria bernama Rodolfo Cavazos.
Pernikahan itu gagal lagi. Cerai lagi. Selanjutnya ia bertemu pacarnya Kurt Gurman, yang setuju membayari operasi pembesaran payudaranya.
Hidupnya masih selalu bermasalah. Di tahun 2005 (usia 42) ia berusaha bunuh diri. Tapi, gagal mati.
Kemudian La Rose ditemukan oleh Michael Devlin. Pria yang depresi atas kematian ayah dan kakak laki-lakinya.
Selanjutnya bersama Gorman, ia mengikuti liburan ke Amsterdam tahun 2007.
Namun pada suatu malam saat perjalanan tersebut, mereka bertengkar hebat dan Gorman pergi, meninggalkan La Rose di bar tempat mereka minum-minum.
Setelah itu wanita itu didekati oleh pria Muslim Timur Tengah tampan yang menggodanya.
Dia pulang dengan pria itu. Maksud La Rose, dia berniat membuat marah Gorman.
Pertemuan dengan pria muslim itu membuatnya tertarik dengan Islam, bahkan setelah ia kembali ke Amerika bersama Gorman.
Dia mulai rajin membuka situs Muslim dari komputernya. Kemudian mendaftar situs kencan bernama Muslima.com untuk bertemu pria Muslim.
Ia gunakan kartu kredit Gorman untuk membayar biaya pendaftaran.
Ia selanjutnya bertemu pria Turki dari situs itu, yang mengajari Rukun Islam, dan La Rose lalu membeli Al Quran.
Hanya sebulan dari pertemuannya dengan pria tampan Muslim tadi, ia menjadi mualaf dan pindah agama ke Islam sembari mengirim pesan dengan pria Arab Saudi.
Ia mengambil nama Fatimah, seperti nama anak Nabi Muhammad, sebagai nama barunya.
Namun, Gorman sama sekali tidak tahu mengenai ketertarikan La Rose dengan Islam. Bahkan, tetangga mereka tetap mengatakan, La Rose masih seperti ibu rumah tangga biasa.
Berbulan-bulan, ia semakin terikat dengan pria Muslim yang menjadi pengelola aktivitas jihadnya.
La Rose berkata begini: “Aku bicara dengan mereka lewat online dan sangat sering sampai aku rasakan mereka adalah saudaraku dan mereka sangatlah taat dengan Islam.”
“Aku merasakan cinta kepada mereka. Aku menyayangi saudara-saudaraku, dan saat mereka katakan sesuatu, aku akan dengarkan mereka.”
La Rose menjadi sangat marah saat menonton peperangan di Timur Tengah melalui televisi Al-Jazeera.
Ia marah melihat anak kecil sekarat dan tidak ada orang di dekatnya tahu atau peduli.
Saat itulah ia memutuskan ikut aksi teroris melawan Barat. Kemudian menjadi vocal terhadap keyakinannya di online.
La Rose merasa, ia menemukan tujuan hidupnya. Di situlah Al-Qaeda mengetahui La Rose.
Maret 2009, operator Al-Qaeda yang diklaim bersembunyi di Pakistan, menyuruhnya terbang ke Eropa untuk berlatih sebagai pembunuh bayaran dan kemudian pergi ke Swedia untuk membunuh Vilks.
Dia dimanfaatkan karena dia diyakini lebih mudah membaur dengan kulit putih, rambut pirang, aksen Texas dan paspor Amerika.
Setelah datang ke Eropa, ia bertemu Ali Charaf Damache, pria yang mengatakan ia akan ikut kamp pelatihan untuk misi selanjutnya.
Kehadiran La Rose di Al-Qaeda lalu disusul oleh wanita Amerika yang juga telah teradikalisasi radikalisme, Jamie Paulin-Ramirez. Janda beranak satu.
Jamie dan Ali Charaf Damache kemudian menikah. Mereka berbagi apartemen satu kamar beserta anak Jamie.
Pengusutan FBI membawa bahwa Damache tidak pernah berniat menyusun serangan dan menggunakan penyamaran teroris untuk menggaet wanita.
La Rose kemudian frustasi. Karena tidak ada aksi yang terjadi, walaupun dia sudah dilatih secara militer.
Dalam kondisi frustrasi, La Rose malah menghubungi FBI melalui telepon dari perpustakaan umum.
Sepertinya ia tidak sadar jika ia telah mengakui kejahatannya sendiri.
Berharap FBI dapat memberinya tiket pulang, ia mengirim email kepada FBI dengan tulisan begini:
“Jika kamu membolehkanku pulang, aku akan beritahu kenyataan yang ingin kamu ketahui.”
Pihak FBI dengan segera memulangkannya. Tapi, FBI segera menangkapnya setelah ia turun di Amerika pada Oktober 2009.
Selanjutnya dia didakwa dengan konspirasi menyediakan bahan dukungan untuk teroris, konspirasi membunuh di luar negeri dan memberi pernyataan palsu ke FBI serta percobaan pencurian identitas.
La Rose bebas dari penjara pada 2018. Setelah bebas, dia menyatakan penyesalan atas masa lalunya.
La Rose menyalahkan latar belakang hidupnya untuk radikalisasinya.
“Aku memberontak karena apa yang dilakukan ayahku. Dan, ibuku tidak mencoba menghentikannya.”
Jurnalis Reuters, John Shiffman menyebut La Rose, atau Jihad Jane, tidak pernah tahu bahaya teroris yang pernah ia wakili.
Colleen La Rose hanya korban. Karena masa lalunya yang kelam. (*)