Keluarga Cikeas, JK hingga Gatot Nurmantyo Disebut-sebut sebagai Bekingan PA 212

Jakarta | Lampumerah.id – Reuni massa aksi PA 212 saat ini masih menjadi topik perbincangan hangat di media sosial. Yang menariknya, nama Jusuf Kalla, Gatot Nurmantyo dan ‘Cikeas’ disebut-sebut sebagai bekingan massa aksi ini.

Hal tersebut disuarakan oleh pegiat media sosial Eko Kuntadhi, di acara kanal Youtube Cokro TV yang dilansir pada akhir November 2021.

“Dulu boleh saja mereka merasa berhasil menggelar demo besar-besaran di Jakarta, karena wajar saat itu pentolan di pemerintahan seperti memberi angin pada kelompok-kelompok seperti ini,” kata Kuntadi dalam YouTube-nya yang berjudul Reuni 212, ‘Tempat Berkumpulnya Para Pecundang’.

Eko Kuntadhi mengungkapkan alasan mengapa acara Reuni Akbar 212 dipindahkan dari yang rencana diadakan di Monas, Jakarta Pusat menjadi di Masjid Az Zikra, Sentul, Kabupaten Bogor. Pemindahan lokasi tersebut, kata Kuntadhi, lantaran tidak ada lagi nama-nama besar yang jadi ‘beking’ atau pendukungnya.

Adapun nama-nama ‘beking’ tersebut, menurut Kuntadhi, adalah mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, keluarga Cikeas, hingga mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.

“Kita ingat saat demo 212 digelar berkenaan dengan Pilkada Jakarta, Yusuf Kalla waktu itu masih menjabat sebagai Wapres dan kita tahu dia adalah pendukung Anies Baswedan nomor satu. Sementara panglima TNI dipimpin Gatot Nurmantyo, sang jenderal berkopiah putih saat itu,” jelasnya.

“Dan jangan lupa juga ketika Pilkada keluarga Cikeas berkepentingan dengan gerakan 212 tersebut karena anaknya AHY juga calon gubernur,” lanjut Kuntadhi.

Namun hal tersebut tentu berbeda dengan kondisi sekarang. Kata Kuntadi, para petinggi aparat keamanan TNI-Polri sudah dijabat oleh sosok tegas yang sangat tidak menyukai gerakan memecah belah bangsa dan negara.

“Sekarang kondisi berubah. Petinggi-petinggi TNI sudah berubah wajah, Jenderal Andika Perkasa duduk sebagai Panglima TNI, sedangkan Jenderal Dudung Abdurachman sebagai KASAD, dan Kapolda masih dijabat Fadil Imran,” tutur Kuntadhi.

“Ketiga petinggi aparat ini dadanya dikenal sangat merah putih, mereka risih dengan usaha membenturkan agama dengan negara. Makanya para kelompok pengasong agama sebel banget sama mereka,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *