Liku-liku Pembunuhan Akibat Selingkuh

Lamer | Metro – Kisah selingkuh ini berakhir maut. Suami-isteri, Agus (43) dan Endang (36) sudah tidak harmonis. Muncul-lah Dedi (33) mengakrabi Endang.

Dedi dan Endang akhirnya membunuh Agus. Dengan tipu daya yang sangat halus. Dan, sudah direncanakan selama dua bulan.

Tragedi cinta ini diungkap aparat Polres Lampung Selatan. Tidak sampai 24 jam, dari saat penemuan mayat Agus, Selasa (18/2/2020) pagi.

Kronologi Awal

Kapolres Lampung Selatan, AKBP Edi Purnomo kepada wartawan di Mapolres Lampung Selatan, Rabu (19/2/2020) menceritakan:

Awalnya, ditemukan mayat pria di pinggir jalan. Di Dusun Sukarame, Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, pada Selasa (18/2/2020) pagi.

Pada mayat ditemukan beberapa luka parah, terutama bagian kepala. Tulang kepala remuk. Posisi saat ditemukan, tertelungkup di tanah.

Warga setempat pun heboh.

Polisi menyelidiki. Diyakini, itu korban pembunuhan.

Kemudian diketahui identitasnya adalah Agus. Warga Desa Halangan Ratu, Kecamatan Negeri Katon, Pesawaran, Lampung Selatan. Lokasi rumah Agus tak jauh dari tempat penemuan mayatnya.

Agus adalah ayah dua anak. Suami dari Endang.

Seketika itu polisi langsung bekerja. Mencari keterangan beberapa orang, termasuk Endang.

Interogasi terhadap Endang

Orang yang paling jadi perhatian polisi adalah Endang. Dialah orang terakhir yang bersama Agus, suaminya.

Apalagi, lokasi penemuan mayat, tak jauh (berjarak sekitar 500 meter) dari tempat kerja Endang di pabrik roti Jordan Bakery di dusun tersebut.

Ternyata, Endang punya alibi kuat. Pada saat Agus diperkirakan dibunuh, Endang sedang bekerja di pabrik roti Jordan Bakery.

Saksi yang menyatakan bahwa Endang bekerja, juga banyak. Para karyawan pabrik. Juga atasannya di pabrik.

Bagaimana cerita Endang kepada polisi?

Endang cerita, Selasa (18/2/2020) pagi dia bangun tidur sudah tidak ketemu suaminya.

“Pagi saya bangun dia (Agus) udah gak ada. Motornya sama HP dibawa. Tapi saya gak coba telepon karena saya kira dia ke sawah,” kata Endang kepada polisi.

Apakah kebiasaan Agus tiap pagi ke sawah? Dijawab Endang, ya.

Ditanya, apakah ada percekcokan sebelumnya? Endang menjawab, tidak.

Bahkan, Endang memperjelas, bahwa tidak ada masalah dalam perkawinannya. Semua dalam kondisi baik. Suami-isteri itu dikaruniai dua anak.

Bagaimana proses Endang tahu, suaminya tewas?

“Anak saya telepon ngabarin bapak meninggal. Anak saya lihat kiriman di Facebook. Sedangkan, HP saya gak bisa buka Facebook,” ujar Endang.

Ia menambahkan, kata anaknya, lokasi penemuan jasad suami di dekat pabrik roti, tempat ia bekerja. Hanya berjarak sekitar 500 meter.

Endang mengaku, ia baru mendapatkan kabar tersebut satu jam setelah jenazah dibawa ke RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung.

Polisi mengamati reaksi Endang saat bercerita. Kadang datar, tanpa ekspresi. Kadang sedih berlebihan.

Polisi bertanya, mengapa kabar duka itu datang pada Endang begitu lambat? Bukankah lokasi penemuan mayat hanya 500 meter dari tempat kerja Endang?

“Lagi kerja, jadi gak boleh bawa HP. Saat istirahat, anak saya telepon,” katanya.

Jadi, HP Endang dan karyawan pabrik lainnya, dititipkan di tempat penitipan. Ini sesuai prosedur. Saat istirahat kerja, HP boleh dipegang pemiliknya. Saat itulah Endang menerima telepon duka dari anaknya.

Tapi, bukankah ini kabar sangat penting? Mestinya atasan di pabrik bisa langsung memberitahu.

Polisi hanya mencatat keterangan Endang.

Kemudian polisi menjelaskan, bahwa kematian Agus akibat pembunuhan. Apakah Endang tahu, apakah suaminya punya musuh?

Endang menjawab tidak. Dia mengatakan:

“Motor sama HP ada. Jadi saya juga gak tau penyebabnya apa,” katanya.

Maksud Endang, barangkali adalah: Dia tidak menduga ada perampokan. Sebab, barang berharga utuh.

Terungkap Ada Affair

Tim polisi menggali informasi dari berbagai sumber. Tetangga dan kerabat.

Kemudian diketahui, bahwa Endang akrab dengan tetangganya bernama Dedi (33). Berbau affair. Berbau asmara.

Segera, polisi mendatangi rumah Dedi yang tak jauh dari rumah Endang.

Ternyata, reaksi Dedi sangat berlebihan. Dia berusaha menghindar saat hendak ditemui polisi.

Bahkan, Dedi langsung berusaha kabur.

Polisi mengingatkan Dedi, jangan kabur. Tapi, Dedi tetap berusaha kabur.

Diberi tembakan peringatan. Dedi justru lari semakin cepat. Maka, polisi menembak. Kena kaki Dedi. Langsung dilumpuhkan.

Menghadapi situasi begini, persoalan sudah terang-benderang. Polisi tinggal melakukan interogasi.

Jika sebelumnya pertanyaan-pertanyaan polisi bersifat menggali keterangan, selanjutnya sudah bersifat interogasi. Terutama terhadap Dedi dan Endang.

Jatuh Cinta Lagi

Dalam interogasi, Endang memberikan keterangan berbeda. Dibanding keterangan dia sebelumnya. Bahkan kontradiksi.

Endang mengaku, pernikahannya dengan Agus tidak harmonis. Meski mereka sudah dikaruniai dua anak.

Apa penyebabnya?

Endang menjawab: “Dia (suami) kerap marah-marah tiap hari. Tapi kalau mukul gak pernah,” kata Endang.

Lantas, Endang akrab dengan Dedi. Yang rumahnya hanya beberapa meter dari rumah keluarga Endang.

Sejak kapan itu? “Sejak sekitar setahun lalu,” kata Endang.

Mengapa, hanya dimarahi suami lalu Endang selingkuh? Endang mengaku, dia kesal selalu dimarahi suami.

Didesak polisi, apakah Endang berhubungan seks dengan Dedi? Endang tak menjawab. Tidak membenarkan, juga tidak membantah. Diam saja.

Polisi beralih menginterogasi Dedi. Dari situlah terungkap semuanya.

Dedi kepada polisi, mengakui, dia mencintai Endang. Mengapa? Bukankah Endang bersuami?

Dedi mengatakan, karena mereka selalu berdekatan. Juga, Endang selalu curhat tentang suaminya yang begini-begitu.

Dari situlah bara api asmara membara. Kian lama kian dalam. Endang 36 tahun, Dedi 33 tahun.

Keintiman mereka pun tercium Agus. Tapi belum terbukti. Agus hanya curiga.

Sekitar dua bulan lalu, Endang melontarkan ide kepada Dedi, sebaiknya Agus dibunuh. Agar hubungan mereka lancar.

Dedi tidak keberatan terhadap ide tersebut.

Maka, Dedi dan Endang merancang pembunuhan terhadap Agus. Berdasarkan keterangan Dedi dan Endang kepada polisi, rencana pembunuhan ini matang.

Lantas disusunlah rancangan. Intinya, Endang harus punya alibi kuat. Yakni, pembunuhan harus terjadi saat Endang sedang bekerja. Eksekutornya Dedi.

Asmara mereka sudah berkobar-kobar. Dedi menyatakan siap jadi eksekutor.

Selanjutnya dirangkai skenario. Potongan kejadian demi kejadian. Secara detil.

Kronologi Pembunuhan

Selasa (18/2/2020) dini hari, Endang cerita kepada suaminya, bahwa dia berselingkuh dengan pemuda berinisial K.

K, juga tetangga mereka. Tetangga desa. Tetangga agak jauh. Sedangkan, Dedi tetangga dekat.

Endang main drama, pura-pura menangis. Seolah-olah menyesal.

Kontan, di pagi itu Agus pusing. Mendadak cemburu luar-biasa. Emosi meluap-luap. Seketika.

Dia berjalan mondar-mandir di dalam rumah. Dia tidak menekan isterinya. Melainkan marah pada K. Mungkin, karena curhat isterinya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah K yang salah.

Dalam kondisi emosi, Agus mengambil parang. Bukan untuk isterinya. Melainkan siap-siap mendatangi rumah K.

Di saat Agus emosi, dan keluar rumah, di luar ternyata ada Dedi. Yang seolah kebetulan berada di halaman rumah Agus.

Dedi memancing pertanyaan ke Agus. Lalu Agus keceplosan cerita tentang K.

Dedi ikut mengompori. Jadilah kemarahan Agus meluber-luber. Seketika itu juga Agus mengambil motornya, hendak mendatangi rumah K.

Dedi menyatakan, dia siap menemani Agus, menyerang K.

Akhirnya mereka berangkat. Naik motor Agus. Posisi Agus di depan, Dedi di boncengan. Dedi membawa shock breaker motor (belum terjelaskan, untuk apa).

Motor melaju di pagi buta itu, Mengarah ke rumah K.

Masih di tengah jalan. Di Dusun Sukarame, Desa Haduyang, Kecamatan Natar, Lampung Selatan, Agus menghentikan motor.

Ternyata Agus kencing di pinggir jalan. Di dusun, hal seperti ini sering terjadi.

Saat itulah Dedi mendatangi Agus. Dari arah belakang. Besi shock breaker motor dipukulkan ke kepala Agus sekuatnya. Prak…

Agus tumbang. Tertelungkup. Kemudian Dedi menghajar Agus bertubi-tubi. Dengan shock breaker.

Setelah itu Dedi membawa motor Agus. Kembali pulang ke rumah Agus. Kemudian motor dikembalikan di halaman depan rumah.

Pada saat itu, Endang sudah berangkat bekerja. Yang mestinya melewati lokasi, tempat tubuh Agus tergeletak di pinggir jalan.

Polisi menginterogasi mereka. Dan, mereka kemudian mengakui, bahwa cerita tentang K adalah rekayasa mereka.

Tujuannya, kata polisi, hanya untuk memancing emosi Agus. Juga agar Agus keluar rumah, dan langsung disambut Dedi.

Dengan kronologi seperti ini, jelas pembunuhan berencana. Melanggar pasal 340 KUHP dengan ancaman hukuman terberat.

Kapolres Lampung Selatan, AKBP Edi Purnomo, mengatakan: “Mereka disangkakan melanggar pasal 340 KUHP. Ancaman hukuman mati atau paling tidak, penjara 20 tahun.” (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *