Lamer | Jakarta – Mantan preman, John Kei masuk politik. Dia bergabung saat HUT PKPI ke-21, 15 Januari 2020. Sekjen PKPI, Verry Surya Hendrawan membenarkan.
John Kei (51) bebas bersyarat dari penjara di Nusakambangan pada 26 Desember 2019.
Dia terbukti membunuh bos PT Sanex Steel, Tan Harry Tantono alias Ayung di Jakarta, 27 Januari 2012. Kini dia bergabung ke PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia).
Sekjen PKPI Verry Surya Hendrawan menceritakan, John Kei tertarik untuk bergabung ke PKPI lantaran mengidolakan sosok AM Hendropriyono, pendiri partai tersebut.
Verry Surya Hendrawan dalam keterangan tertulis, Senin (20/1/2020) menyatakan:
“John Kei sejak muda telah mengidolakan tokoh Kopassus, Jenderal Purnawirawan TNI Profesor Doktor AM Hendropriyono yang kebetulan adalah juga Dewan Pembina dan Kehormatan PKPI,”
Sekilas Kasus John Kei
Pada akhir 2012, Majelis Hakim menjatuhkan vonis terhadap John Kei 12 tahun penjara. Karena terbukti membunuh Ayung.
Vonis tersebut lebih ringan dibandingkan dengan tuntutan jaksa yang 14 tahun penjara.
Pada 29 Juli 2013, Mahkamah Agung (MA) menjatuhkan hukuman yang lebih berat kepada John Kei dari 12 tahun menjadi 16 tahun penjara.
John Kei pun bebas bersyarat pada 26 Desember 2019.
Alasan John Kei Bertobat
John Kei kini telah mengubah tujuan hidupnya untuk menjadi pribadi yang berbeda saat keluar dari penjara.
John Kei menceritakan pada acara Kick Andy yang diunggah melalui saluran YouTube Kick Andy Show pada Jumat (12/4/2019).
Dia menceritakan bagaimana dirinya bisa berubah dari pembunuh bengis menjadi sosok yang membawa perubahan satu penjara.
John Kei mengakui sejak remaja dirinya sudah mulai membunuh orang.
Bahkan dia menegaskan tidak ada penyesalan setelah menghilangkan nyawa orang lain.
Menurut John Kei, dirinya yang saat itu justru merasa lebih hebat jika sudah berhasil membunuh orang.
Namun, John Kei menjelaskan jika dirinya tidak akan melukai orang lain jika orang tersebut tidak melukai dirinya.
Saat Andy menanyakan John Kei alasan sang pembunuh sadis ini berubah, John Kei pun menceritakannya.
Bermula saat John Kei ditempatkan di penjara khusus.
John Kei ditempatkan di dalam satu kamar dengan kamera yang mengintai sepanjang waktu.
Selain semua aktivitasnya terpantau oleh kamera, ia juga dilarang berinteraksi dengan napi lainnya.
Ia juga dibatasi untuk keluar dari sel. Dalam sehari hanya boleh satu jam.
Kunjungan keluarga pun dibatasi di lapas Nusakambangan.
Hal itu harus dialami oleh John Kei selama masa tiga bulan.
Selama itu, awalnya John Kei memberontak dan ingin kabur. Tapi, ini Nusakambangan.
“Aku dengar bisikan: Kamu ngapain teriak-teriak? Sampai tuli tidak ada gunanya. Bener saya denger sendiri,” cerita John Kei pada Andy.
John Kei pun merenung dan ingin mati masuk surga tidak neraka, hal ini membuat dirinya semakin rajin membaca Alkitab.
John Kei menegaskan semua terserah pada semua orang menilai perubahan dirinya.
“Orang mau ngomong apa itu urusan mereka. Tapi saya punya keyakinan dan saya yakin sampai mati saya melayani Tuhan,” tegas John Kei.
John Kei sudah mempersiapkan jika keluar tidak akan kembali seperti dulu.
“Kitab Injil Matius ayat 33 itu meyakinkan saya, kalau saya melayani Tuhan, Tuhan nggak mungkin lupa saya, Tuhan akan memberikan lebih dari yang aku butuhkan. Waktu yang akan membuktikan,” jelas John Kei.
Berikut ini kehidupan John Refra Kei yang dihimpun dari berbagai sumber.
- John Kei Berasal dari Maluku
John Refra Kei lahir pada 10 September 1969. Saat usia 20-an, John Kei merantau ke Surabaya.
Selama di Surabaya, John Kei menggelandang dan ditolong untuk membantu Hamba Allah di sebuah gereja.
Hingga dirinya memutuskan untuk pindah menuju ibu kota, tepatnya di kawasan Berlan, Jakarta Pusat.
Sejak saat itu, John Kei justru dipertuankan dan dipercaya oleh banyak orang.
- Jadi Ketua AMKEI
John Kei kemudian menjadi Ketua Angkatan Muda Kei sejak tahun 1998.
Beberapa sumber menyebut, organisasi itu dibentuk setelah kerusuhan di Tual, Pulau Kei, Maluku, pada awal tahun 2000.
Berawal dari seorang diri, John Kei akhirnya punya belasan ribu pengikut setia.
- Berjuluk ‘Godfather of Jakarta’
John Kei disebut-sebut memiliki bisnis jasa pengamanan, jasa penagihan, jasa konsultan hukum, dan pemilik sasana tinju Putra Kei yang memberi pemasukan pada keluarga John.
Namun kehidupan John Kei tidak bisa lepas dari catatan kriminal.
Bahkan John Kei sempat disandingkan dengan mafia di Italia dan diberikan gelar ‘Godfather of Jakarta’ karena bisnisnya seperti mafia.
- Kasus John Kei yang Berurusan dengan Aparat
12 Oktober 2004, nama John Kei kembali dikaitkan dengan Basri Sangaji.
Basri tewas ditembak di bagian dada saat berada di dalam kamar 301 Hotel Kebayoran Inn, Jakarta Selatan.
Di dalam kasus ini, John Kei lolos dari jeratan hukum karena tidak terbukti terlibat.
11 Agutus 2008, John bersama adiknya, Tito Refra, benar-benar harus hidup di balik bui atas vonis Pengadilan Negeri (PN) Surabaya karena menganiaya dua pemuda
4 April 2010, massa Kei bentrok di klub Blowfish, Jakarta, dengan massa Thalib Makarim dari Ende, Flores.
Dua anak buah John Kei tewas.
Perseteruan antara massa dari Flores dengan loyalis John juga kembali terjadi saat persidangan kasus Blowfish digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tanggal 29 September 2010.
Terakhir, John Kei berurusan dengan aparat pada kasus pembunuhan Tan Harry Tantono alias Ayung.
Ayung sempat menjadi sorotan saat dirinya muncul dalam kasus Hambalang dengan terdakwa mantan ketua umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
Nyawa Ayung dihabisi di sebuah kamar hotel 2701 di kamar Swiss-Belhotel, Sawah Besar, Jakarta Barat, Selasa, 27 Januari 2012.
Ia ditemukan tewas dalam keadaan luka parah di bagian leher dan puluhan luka tusukan pada sekujur tubuhnya.
- Vonis 16 Tahun Penjara
MA pun menjatuhi hukuman John Kei terkait kasus pembunuhan Ayung menjadi 16 tahun.
Vonis itu lebih lama dua tahun dari tuntutan jaksa.
“Diputuskan Rabu, 24 Juli 2013. Vonisnya 16 tahun penjara,” ujar Kepala Biro Hukum dan Humas MA Ridwan Mansyur, Senin (29/7/2013).
Ridwan enggan menjelaskan alasan majelis memperberat vonis bagi John Kei.
- John Kei di Mata Keluarga
Adik kandung John Kei, Tito Kei sempat cerita tentang John Kei.
“Terkadang ada adik-adik kita yang buat onar dan bilangnya anak buah John Kei. Padahal, sama sekali tidak disuruh, karena kadang mereka kesal kakak saya diapain, terus mereka tidak terima dan bertindak sendiri,” ungkap Tito.
“Coba saja yang kenal dekat dia. Pasti akan bilang dia orang paling baik karena dia sangat peduli dengan adik-adik atau orang-orang susah. Orangnya dermawan,” tutur Tito.
- Sisi Putih John Kei
Tito Kei menyebutkan, John Kei telah membangun sebuah gereja dan rumah pastor di kampung halaman mereka di Pulau Kei.
“Kami mulai dari nol. Tukang dan bahan semua kami bawa dari Jawa,” katanya.
Gereja itu dibangun selama empat tahun dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Dana pembangunan didapat dari pemerintah daerah sebesar Rp 100 juta.
“Tapi gereja itu biayanya miliaran, akhirnya kakak saya yang bantu semua,” jelas Tito lebih lanjut.
Selain membangun gereja, John juga membantu memperbaiki 20 rumah warga di Pulau Kei yang masih beratapkan jerami.
- John Kei Kini Telah Bertobat
John Kei mengaku menghabiskan waktunya di penjara dengan membaca dan beribadah.
“Saya dulu tidak pernah ada waktu untuk ibadah. Tapi Nusa Kambangan membawa Tuhan hadir di diri saya,” kata John Kei.
Ia pun mengaku menyesal dengan perbuatannya dan ingin menghapus masa lalunya tersebut.
John pun kini menjadi pengkhotbah dan memberikan pencerahan bagi narapidana lainnya.
“Saya ingin menjadi manusia baru ketika saya keluar dari penjara. Saya menyerahkan hidup saya pada Tuhan,” pungkas John. (*)