Lamer | Jakarta – Jilbab bagi Muslimah, disoal lagi. Gegara isteri KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Sinta Nuriyah, menyatakan, Muslimah tidak wajib berjilbab.

Itu dikatakan Sinta di talkshow yang tayang di channel Youtube Deddy Corbuzier, 15 Januari 2020.

Maka, timbul pro-kontra di media sosial. Ada yang menyebut liberal, tidak sesuai ajaran Islam, dan banyak lagi.

Menanggapi itu, putri Sinta Wahid, Alissa Wahid angkat bicara.

Lewat akun twitternya, @AlissaWahid; pada Selasa (21/1/2020), Alissa menegaskan perdebatan tentang jilbab di Indonesia telah ada sejak lama. Sejak setengah abad lalu.

Hanya saja Alissa mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak menghakimi ataupun memaki ibunya apabila berbeda pendapat.

“Rame soal jilbab ya? Bagus dong ada perdebatan soal ini. Perdebatan pandangan itu baik. Yang penting tidak pakai maki-maki atau menghakimi,” ungkap Alissa.

“Sebab menghakimi orang lain shalih/tidak krn beda pandangan, itulah yang lebih bermasalah daripada pandangan yang berbeda2 itu sendiri,” tambahnya.

Alissa pun mengingatkan perbedaan pendapat senyatanya sangat baik dalam mendalami suatu permasalahan.

Terlebih perdebatan tentang jilbab yang ditegaskan tidak wajib dikenakan seorang muslimah dipicu oleh pernyataan ibu kandungnya.

“Bagus juga debat ini dipicu Ibu Sinta Wahid. S1 dr Syariah UIN, jd paham hukum Islam. S2 dr UI, Doktor HC dari UIN atas keahlian kajian teks2 perempuan,” ungkap Alissa.

“8 jam wiridan tiap hari. Puasa Daud sejak dara. Bukan orang kacangan yg belajar dari gugel lalu merasa jadi ahli agama,” tambahnya nyinyir.

Namun, lanjutnya, hal terpenting adalah Alissa meyakini, Sinta Wahid merupakan sosok perempuan yang tegas dan tidak terpengaruh dengan cibiran.

Sebab dibangakannya, Sinta Wahid telah menjadi istri daru Gus Dur, ulama sekaligus Presiden Republik Indonesia keempat.

“Yg terpenting: Ibunda Sinta Nuriyah adalah perempuan yg punya mental toughness (kuat). Dibully & diancam? Kagak ngefek,” bangga Alissa.

Hidupnya dihabiskan utk membela mereka yang lemah. Jadi istri #GusDur berat lho.

Lha beliau selain jadi istri tokoh, juga jadi pejuang in her own rights (dalam memperjuangkann haknya),” jelasnya.

Perdebatan Setengah Abad

Perdebatan tentang pemakaian jilbab diungkapkan Alissa telah ada sejak setengah abad lalu.

Perdebatan katanya bukan semata memperjuangkan akidah ataupun menutupi aurat.

Perdebatan katanya dipicu juga ideologi dan politik identitas di Indonesia.

“Nah penting juga untuk paham, bahwa urusan jilbab (beda lho dg urusan aurat) bukan hanya urusan aqidah. Urusan jilbab di Indonesia 50th terakhir ini membawa muatan ideologi & politik identitas,” papar Alissa.

“Makanya akhir2 ini banyak intimidasi & diskriminasi soal jilbab. Hati-hati, ah,” ujarnya mengingatkan.

Sebab, lanjutnya, apabila perdebatan penggunaan jilbab hanya didasarkan pada hukum agama Islam, menurutnya:

KH Hasyim Asy’ari, juga KH Bisri Syansuri dan ulama lainnya akan dipertanyakan tentang kealimannya.

Sehingga pihak yang menyebutkan Sinta sesat, ataupun maksiat, menurutnya, sama halnya menghakimi keturunan Rasulullah SAW di Yordania.

Sebab muslimah di Yordania tidak berjilbab.

“Pikniklah… biar lihat keberagaman di dunia,” imbuh Alissa.

Sedangkan, pihak yang menyebutkan Ibundanya liberal menurutnya serupa dengan menyebut KH Wahid Hasyim liberal.

Sebab diakuinya, istri dari KH Wahid Hasyim, yakni Nyai Wahid Hasyim tidak berjilbab.

Apabila demikian, KH Bisri Syansuri pendiri Nahdlatul Ulama (NU), ayah dari Nyai Wahid Hasyim pun ditegaskan Alissa, seorang liberal.

“Krn Nyai Wahid Hasyim adalah putrinya. Saya hanya ambil contoh yg terdekat dg saya, yaa…,” ungkap Alissa.

Sedangkan bagi pihak yang menyebutkan ibunya akan masuk neraka karena tidak mengenakan jilbab, Alissa kembali memberikan analogi sederhana.

“Yang bilang Ibu saya auto-neraka krn tdk berjilbab, gimana? Wiiih, panitia po? Piye sih dulu belajar soal timbangan amal-dosa?,” papar Alissa.

“Berarti semua ulama buesar-buesar yang saya sebutkan tadi, juga masuk neraka, hanya gara2 tak wajibkan jilbab? Hayuk belajar lagi soal surga neraka,” jelasnya.

Terkait adanya beda pendapat tersebut, Alissa mengingatkan agar semua pihak dapat bersikap tenang.

Sebab, beda pendapat menurutnya lumrah terjadi.

Hanya saja dirinya tidak menginginkan adanya baku hantam. Ataupun melibatkan aparat penegak hukum dalam perdebatan.

“Sebagai bangsa, kita memang masih harus belajar berbeda tapi asyik bersaudara. Tapi ada yg menyesatkan dan menghina kita? Kita tidak menjadi hina karena dihina orang lain,” tegas Alissa.

“Justru mereka yang menghina kita sejatinya sedang menghinakan dirinya sendiri. Allah mengukur kita dari ketaqwaan kita kok, bukan dari penghakiman orang lain,” ungkapnya.

Oleh karena itu, dirinya mengaku tidak akan menanggapi undangan perdebatan ataupun tantangan.

Karena menurutnya tidak semua undangan harus dipenuhi, khususnya undangan untuk berkelahi.

“Ada yang mancing dan ngajak berantem? Ya jangan disambut. Wong agenda mereka memang ngundang berantem. Kalau kita sambut, ya terpenuhi dong tujuan mereka bikin kisruh,” tegas Alissa.

“Gitu saja kok repot,” tutupnya.

Tidak wajib Pakai Jilbab

Pernyataan Sinta Nuriyah Wahid yang menyebutkan wanita muslim tidak diwajibkan untuk berjilbab terekam dalam channel Youtube milik Deddy Corbuzier pada tanggal 15 Januari 2020.

Dalam talk show tersebut, Sinta mengakui pemahaman tersebut sejalan dengan suaminya, Almarhum Gus Dur.

“Iya (tidak diwajibkan mengenakan jilbab,” ungkap Sinta menjawab pertanyaan Deddy Corbuzier tentang pemakaian jilbab.

Hal tersebut pun ditegaskan Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wahid.

Inayah katanya tidak pernah diminta Gus Dur untuk mengenakan jilbab.

“Dari dulu enggak pernah,” ungkap Inayah.

Pernyataan keduanya tentang wanita muslim tidak diwajibkan untuk berjilbab menuai kontroversi.

Ratusan komentara dituliskan dalam kolom komentar hingga media sosial hingga saat ini. (*)