Jakarta | Lampumerah.id – Pemimpin Gereja Katolik dunia yang juga Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus menyampaikan pesan yang menjunjung nilai-nilai persaudaraan. Pesan itu disampaikan Paus di Gereja Katedral Jakarta. Ia mengutip perkataan seorang penyair dari abad 20 yang mengatakan bahwa ikatan persaudaraan berarti saling mencintai dengan mengakui perbedaan masing-masing seperti dua tetes air.
“Ungkapan tentang dua tetes air tadi melukiskan persaudaraan secara sempurna. Tidak ada dua tetes air yang sama. Tidak juga dua saudara atau saudari, bahkan saudara kembar pun sama sekali tidak identik,” ujarnya, saat menjumpai para uskup, imam, diakon, biarawan, biarawati, seminaris, dan katekis di Katedral Santa Maria, seperti dilansir Antara, Rabu, (4/9/24)
Menghidupi hubungan persaudaraan menurut Paus, berarti menyambut dan mengakui satu sama lain sebagai sederajat di dalam perbedaan. Nilai ini, kata Paus, sudah akrab dengan gereja Indonesia yang menunjukan keterbukaannya terhadap perbedaan pada aspek budaya, etnik, sosial, dan agama.
Mewartakan Injil bukan berarti memaksakan iman kita atau mempertantangkannya dengan iman orang lain. Bapa Suci mengakui bahwa dirinya terkesan dengan satu sikap saling bergandengan tangan ketika tendensi untuk memecah belah, memaksa, dan memprovokasi satu sama lain terus meningkat.
“Kamu tahu apa yang mempunyai kepentingan atau apa yang memecahbelahkan dan meruntuhkan semua itu? Tentu saja adalah kerja setan, jadi berhati-hati,” kata Paus, mengingatkan
Paus membayangkan Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan yang luas namun orang-orangnya dapat bersatu dan saling merangkul.
“Perumpamaan indah lainnya tentang persaudaraan adalah sebuah permadani besar dari benang cinta yang melintasi lautan. Mengatasi rintangan-rintangan dan merangkul semua perbedaan membuat semua orang menjadi sehati dan sejiwa,” ujarnya.
Paus Fransiskus melakukan perjalanan apostolik ke kawasan Asia-Pasifik selama 3-13 September 2024, untuk mengunjungi empat negara, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Perjalanan selama 11 hari itu akan menjadi lawatan paling lama Bapa Suci berusia 87 tahun tersebut, sejak 11 tahun kepemimpinan atas Tahta Suci Vatikan.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia ini merupakan ketiga kalinya, setelah Paus Paulus VI pada tahun 1970 dan kunjungan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1989.