LAMONGAN | lampumerah.id – Sejumlah peternak ayam petelur di Kabupaten Lamongan, mengeluhkan rendahnya harga jual telur di pasaran.
Para peternak telur ini, tersebar di Kecamatan Sugio, Mantup, Tikung, Deket, Solokuro, Brondong dan Kecamatan Paciran.
Ironisnya, disaat harga telur anjlok harga pakan justru naik drastis. Akibatnya, banyak peternak yang tidak berani menambah jumlah ayam yang dipelihara.
Saat ini, harga telur di kandang Rp 22 ribu per kilogram. Sedang di pasaran, harganya Rp 24 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram. Idealnya, harga telur di kandang Rp 24 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.
“Jika bisa menyentuh harga ideal, barulah peternak bisa mendapat untung meski tidak begitu besar,” ujar Hardy, seorang peternak skala besar.
Ditambahkan Hardy, harga pakan konsentrat saat ini tembus Rp 490 ribu per sak. Harga jagung dari Rp 5.500 per kilogram, kini menjadi Rp 7,500 hingga Rp 8.000 per kilogram. Dedak dari Rp 4.200 per kilogram menjadi Rp 5.000 per kilogram.
“Kami sebagai peternak, sejak awal 2014 sudah buntung. Karena harga pakan, jagung naik tinggi. Kalau kondisi seperti ini dibiarkan, kami bisa rugi bahkan gulung tikar,” ujarnya.
Diungkapkan Hardy, untuk.menyiasati harga jual telur yang rendah sejumlah peternak membuat strategi dengan tidak menambah ayam tetapi melanjutkan yang tersisa.
Sedangkan untuk mengurangi biaya produksi peternak menyiasati dengan membeli pakan jadi dari pabrikan atau siap saji, karena ada selisih harga.
“Kami harap pemerintah hadir mengendalikan harga pakan. Agar kami, peternak telur, tidak gulung tikar,” ujar Hardy. (san)