Lamer | Jakarta – Ada drama luar biasa terkait corona di Naples, Italia. Perempuan bernama Teresa Franzese (47) meninggal di rumahnya akibat corona, Sabtu (7/3/2020). Mayatnya tergolek di ranjang, sampai berhari-hari.
Ada seorang adik Teresa Franzese bernama Luca Franzese (42) menunggui jenazah kakaknya itu.
Persoalannya, tidak ada orang yang mau mengurus jenazah tersebut. Termasuk pemerintah setempat.
Kemudian, Luca Franzese mengunggah video kakaknya tergeletak di ranjang, dan protes kepada pemerintah. Baru, kemudian ada ambulance mengambil jenazah untuk dikuburkan.
Dikutip dari Facebook, Jumat (13/3/2020) Luca Franzese dan kakaknya, Tersesa Franzese tinggi di selatan kota Naples, Italia.
Luca Franzese menyampaikan permohonan memilukan melalui Facebook.
Dijelaskan Luca Franzese, Teresa Franzese sudah demam sejak sepekan sebelum Sabtu (7/3/2020).
Kemudian, kesehatan Teresa memburuk dengan cepat. Sempat dibawa ke rumah sakit, dan diperiksa darah. Kemudian pulang lagi.
Belum sempat hasil tes medik Teresa keluar, pada Sabtu (7/3/2020) dia meninggal. Setelah itu, barulah keluar hasil tes, bahwa Teresa positif corona.
Setelah itu, Luca Franzese mengumumkan kematian kakaknya. Dia menghubungi kerabat, teman, rumah sakit, dan pihak pemerintah setempat. Tapi, tak ada yang mau datang mengurus jenazah.
Sedangkan Luca Franzese sendiri mengaku, tidak bisa sendirian mengurus pemakaman kakaknya.
Di Facebook, Luca mengatakan begini:
“Kakak perempuan saya sudah mati, di tempat tidur. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Saya tidak bisa memberi pemakaman yang pantas baginya karena lembaga-lembaga itu telah meninggalkan saya.”
Luca Franzese, seorang pelatih kebugaran, menunjukkan tubuh saudarinya yang terbaring di ranjang di belakangnya.
“Kami hancur. Italia telah meninggalkan kami. Mari tetap kuat bersama. Silakan bagikan video ini di mana-mana,” katanya, sambil berjuang menahan emosi.
Akhirnya, setelah menunggu selama 36 jam, pengurus yang mengenakan pakaian pelindung tiba.
Mereka membawa jenazah Teresa Franzese yang sudah membusuk. Petugas membawanya langsung ke pemakaman setempat.
Teresa Franzese dikebumikan dengan sangat cepat. Tanpa upacara apa-apa.
Keluarganya harus tetap dikarantina di rumah karena khawatir mereka mungkin juga menderita penyakit ini.
Luca Franzese mengatakan, saudara perempuannya menderita epilepsi. Ketika kondisinya memburuk, dia mengatakan, dia bersikeras bahwa dia dites untuk virus corona.
“Untuk membuatnya tetap hidup, aku mencoba memberikan resusitasi dari mulut ke mulut. Tidak ada yang peduli,” katanya.
Hasil akhir menunjukkan bahwa Teresa Franzese menderita virus corona.
Tes selanjutnya menunjukkan bahwa dua anggota keluarga lainnya menderita penyakit itu juga, tapi bukan Luca Franzese, menurut laporan televisi Le Iene, yang mewawancarainya.
Menurut Franzese, pihak berwenang telah memutuskan Teresa Franzese meninggal karena epilepsi.
“Bagaimana mereka bisa tahu jika pemeriksaan postmortem tidak dilakukan?” kata di halaman Facebook-nya.
Ini videonya:
Italia Ditutup sampai 3 April 2020
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Italia menutup seluruh wilayahnya dari Selasa (10/3) sampai 3 April 2020.
Itu demi menekan penyebaran jenis baru virus corona (COVID-19), demikian pengumuman dari Perdana Menteri Giuseppe Conte, Senin (9/3/2020).
Dua hari lalu, penutupan itu hanya berlaku untuk wilayah utara, tetapi saat jumlah korban tewas COVID-19 terus meningkat, pemerintah memutuskan menutup keseluruhan wilayah serta membatasi aktivitas warga di luar ruangan.
“Saat ini, keputusan yang tepat adalah untuk tetap berada di rumah. Masa depan kita dan masa depan Italia ada di tangan kalian. Tangan-tangan ini harus memikul tanggung jawab lebih pada hari ini dibandingkan dengan hari-hari yang lain,” kata Conte, seraya mengatakan kebijakan tersebut mulai diterapkan hari ini.
Akibat kebijakan itu, 60 juta warga Italia hanya dapat ke luar rumah untuk urusan pekerjaan, kesehatan, dan situasi darurat.
Seluruh sekolah dan kampus, yang sebelumnya ditutup sampai 15 Maret, tidak akan kembali dibuka sampai bulan depan.
Penularan jenis baru virus corona di Italia pertama terungkap di Milan pada 21 Februari.
Sejak saat itu, sekitar 9.172 pasien dinyatakan positif tertular virus dengan 463 di antaranya meninggal dunia akibat COVID-19.
PM Conte mengatakan seluruh kegiatan di luar ruangan akan dilarang, sementara penyelenggaraan pertandingan olahraga, termasuk kompetisi sepakbola Seri A, terpaksa ditunda.
“Kita tidak punya banyak waktu. Jumlah pasien tertular terus bertambah, banyak orang menjalani perawatan intensif, belum lagi jumlah korban tewas,” ujar Conte dengan nada suram.
“Kebiasaan kita harus diubah sekarang. Kita harus berkorban untuk Italia”.
Pemerintah Italia menetapkan aturan berpergian ketat dari sejumlah wilayah Italia utara, seperti Lombardy, Veneto, Piedmont, dan Emilia-Romagna, Minggu. Aturan itu diperluas ke seluruh wilayah.
Pemerintah juga memerintahkan bioskop, teater, dan museum berhenti beroperasi, sementara pertokoan dan restoran masih diizinkan buka asalkan pemilik menjamin pengunjung dapat menjaga jarak setidaknya satu meter.
Seluruh restoran dan bar wajib tutup pada pukul 06:00 sore, sementara resort ski di wilayah Pegunungan Alpine diperintahkan tutup.
Namun, transportasi publik tetap dapat digunakan di seluruh wilayah Italia.
Rusuh di Penjara
Kebijakan jam tutupresto dan bar, serta resort ski, yang diumumkan pada akhir pekan lalu, menyebabkan sebagian besar jalan di Milan, sepi pada Senin (9/3/2020).
Banyak toko-toko dan kafe tutup. Meskipun beberapa buka, tak ada pembeli datang ke toko.
“Tidak ada siapa pun. Saya tidak pernah melihat suasana seperti ini,” kata seorang penjaga toko di pusat perbelanjaan Rinascente, Milan.
Aturan itu paling berdampak pada sejumlah penjara dengan kelebihan kapasitas di Italia.
Kebijakan baru pemerintah menyebabkan waktu kunjungan dihentikan sementara sehingga menyulut kerusuhan antartahanan.
Akibat bentrok, tujuh tahanan tewas, demikian informasi dari Kementerian Hukum Italia.
Kebijakan baru pemerintah itu telah menelan biaya besar bagi perekonomian, padahal Italia berada di ambang resesi.
Aturan itu diyakini jadi beban berat bagi Italia, negara dengan tingkat utang terbesar kedua di Eropa setelah Yunani.
Bursa di Milan kembali turun 11 persen, Senin, setelah sempat turun sekitar 17 persen sejak virus mewabah di Italia utara.
Akibatnya, kinerja saham di Milan jadi yang terburuk dibandingkan dengan pasar saham negara-negara lain di kawasan.
Walaupun demikian, aturan penutupan seluruh wilayah Italia baru diumumkan setelah pasar tutup.
Jika tidak demikian, pengumuman itu dapat memicu aksi jual saham yang berpotensi membuat Italia jatuh pada krisis masa lalu.
Tidak hanya itu, utang Italia juga cukup tinggi apabila dibandingkan dengan minggu lalu.
Imbal hasil obligasi pemerintah sempat naik tajam pada Senin, membuat jarak Italia dan Jerman semakin dekat di atas 200 basis poin.
Angka itu diperoleh pertama kali sejak Agustus 2019.
Pemerintah Italia berjanji akan mengalokasikan 7,5 miliar euro (sekitar 8,57 miliar dolar AS) untuk mengurangi dampak krisis ekonomi, tetapi PM Conte mengatakan negara itu kemungkinan butuh lebih banyak uang untuk bertahan.
Seorang sumber dari pemerintah mengatakan Departemen Keuangan mempertimbangkan meningkatkan nilai defisit jadi 2,8 persen pada tahun ini, sementara pada minggu lalu, berencana menaikkan defisit dari target awal 2,2 persen jadi 2,5 persen. (*)