Jakarta | lampumerah.id – Direktor Film Dokumenter Atas Nama Daun (AND) Mahatma Putra mengawali premier dengan kesaksian semasa hidupnya pernah menjadi seorang penikmat ganja rekreasional. Sebagai salah satu fase pengalaman meditatif pertamanya.

Bahkan saat berpartisipasi dalam pameran foto di Galeri Jurnalistik Antara tahun 2006, melalui karya fotografi esaiku berjudul “Manusia”, Putra berusaha realis merenungi eksistensi kita sebagai manusia lewat potret para pemakai ganja.

​“Kebetulan sekarang aku tidak lagi menikmati ganja. Aku bahkan sudah tidak merokok. Aku menemukan cara-cara meditatif lain untuk merenungi kehidupan, salah satunya, ya meditasi,’’ ungkapnya, saat opening premier di Pavilion 9, Bintaro, Selasa, (19/4/22)

​Mahatma Putra mengakui keberuntungan sebagai penikmat ganja itu dilakukan ketika menempuh bangku kuliah dan tidak pernah ketangkap polisi. Tapi yang membuat dirinya miris dan terkejut tatkala mengetahui hasil riset dan karya ilmiah Aristo. Terkait proses penegakan hukum dan lapas yang over kapasitas hingga 600% oleh pengguna narkoba (sebagian besar ganja).

“Ada perasaan miris yang mengganggu hati. Awalnya yang hanya sebuah eksplorasi visual, kemudian menjadi isu yang dekat. Seandainya aku sial dan ketangkep hanya karena eksplorasi meditatif di masa mudaku, mungkin hidupku akan lain sekarang,’’ terangnya.

Puncaknya, saat AND menjadi debut pertama teaternya di pemutaran komunitas di seluruh negeri. Ketika Putra harus bertemu dengan narasumber film,  Sang tokoh hidup yang membuka matahatinya.

“Bahwa persoalan ganja bukan melulu soal kenikmatan. Ada aspek sejarah, politik, hukum, medis, dan kemanusiaan yang krusial, yang sedang menggedor-gedor hati mereka yang peduli. Atas Nama Riset, Atas Nama Hukum, Atas Nama Cinta, dan Atas Nama Hak Asasi,’’ tegasnya.