Bekasi | Lampumerah.id – Rencana aksi unjuk rasa mahasiswa gabungan Cipayung Plus di Kabupaten Bekasi yang dijadwalkan berlangsung pada Senin, 1 September 2025, batal terlaksana. Keputusan penundaan aksi itu menuai spekulasi dikalangan publik.

Terutama setelah beredar dugaan adanya kompromi antara mahasiswa dan DPRD Kabupaten Bekasi, surat resmi penundaan disampaikan sehari sebelumnya kepada Kapolres Metro Bekasi, Namun, di balik sikap resmi tersebut, muncul berbagai tafsir.

Kalangan sejumlah pengamat menilai penundaan aksi bukan semata demi menjaga kondusifitas daerah, melainkan terkait dengan dinamika politik di legislatif.

“Situasi ini agak janggal, biasanya mahasiswa tetap konsisten turun ke jalan walau ada berbagai tekanan, namun dibalik itu publik bisa saja menilai ada bentuk dugaan kompromi dengan DPRD,” ujar Pengamat Bekasi Development Institute vincen.

Ia menambahkan, dalam sejarah gerakan mahasiswa di Bekasi, jarang sekali ada aksi yang dibatalkan mendadak kecuali ada intervensi atau pertimbangan politik.

“Mahasiswa itu biasanya menjadi kekuatan moral yang lantang mengkritik. Kalau tiba-tiba memilih menunda, apalagi di tengah isu nasional yang sedang panas, wajar bila masyarakat curiga. Apakah ada ruang negosiasi di balik layar? “Apakah ada tawar-menawar politik yang membuat mereka menahan diri ? Itu jadi pertanyaan besar,” lanjutnya.

Menurutnya, dugaan kompromi ini bisa berimplikasi buruk terhadap citra mahasiswa sebagai agen perubahan.

“Kalau benar ada kompromi, mahasiswa bisa kehilangan kepercayaan publik, mereka akan dianggap sama saja dengan politisi, mudah diarahkan dengan iming-iming atau kepentingan jangka pendek. Padahal, kekuatan moral mahasiswa justru lahir dari independensinya,” tegasnya.