DEA Indonesia Ada di MAPPI

Lamer | Jakarta – DEA (Drug Enforcement Administration) adalah penegak hukum narkoba Amerika. Seperti BNN (Badan Narkotika Nasional) Indonesia.

Tapi DEA yang ini bukan DEA Amerika. Melainkan singkatan nama-nama tokoh Profesi Penilai:

Damianus, Enry, Arif. Lengkapnya, Damianus Ambur, Enry Kastono, Ahmad Arif Maulana. Mereka para Penilai handal.

Mereka bakal maju ke pemilihan paket pengurus MAPPI (Masyarakat Profesi Penilai Indonesia). Munas MAPPI bakal digelar Januari 2020 nanti.

DEA muncul dengan program yang saat ini jadi kegelisahan hampir semua Penilai di Indonesia yang jumlahnya sekitar 5.000 orang.

Yakni, masalah pendidikan.

Sebab, dari 5.000 Penilai itu tidak sampai 5 persen yang bersertifikat (Penilai S, kependekan dari Sertifikat). Selebihnya Penilai biasa (Penilai P).

Mengapa bisa begitu?

“Sebab, biaya pendidikan yang hanya ada di MAPPI, sangat mahal. Sudah ikut pendidikan, sangat kecil kemungkinan lulus (bersertifikat),” kata Pakar Penilai, Marwan Muchtar kepada wartawan Rayapos.

Dibenarkan oleh Pakar Penilai, Enry Kastono, pelopor Paket DEA. Dia mengatakan: “Sekitar lima tahun lalu, biaya hotelnya saja di Bandung Rp 8,5 juta.” Itu hanya biaya hotel.

Maka, Tim Paket DEA mencetuskan gagasan luar biasa: Pendidikan Murah. “Semurah-murahnya. Segampang-gampangnya lulus. Bersertifikat,” kata Enry Kastono.

Bottleneck Raih Sertifikat

Bisa dibayangkan. Seandainya Paket DEA terpilih jadi Pengurus MAPPI. Maka, jumlah Profesi Penilai bersertifikat bisa ribuan orang.

Marwan Muchtar, selaku pelopor Profesi Penilai di Indonesia, justru berharap, bahwa Profesi Pernilai mestinya puluhan ribu orang. Sebab, volume pekerjaannya puluhan juta.

“Biarkan sebanyak-banyaknya Profesi Penilai ahli dan bersertifikat. Jangan ditahan-tahan.” kata Marwan Muchtar. “Indonesia harus maju. Bukan terhambat.”

Bisa disimpulkan, bahwa Profesi Penilai selama ini bagai air yang dikeluarkan dari dalam botol. Tertahan – atau ditahan – leher botol (bottleneck) MAPPI.

Sehingga, program milik Paket DEA ini paling menonjol.

Ada Paket AMG. Kependekan dari nama-nama Penilai: Amin, Mustakim, Guntur. Nama lengkapnya Muhammad Amin, M.A. Muttaqin, dan Guntur Pramundyanto.

Program AMG: Melakukan reformasi menuju kebaikan bersama. Begitu saja.

Ada juga Paket YAD. Kependekan yang unik. Mirip singkatan Yang Akan Datang. Berarti belum datang.

YAD Kependekan dari nama-nama Penilai Yufrizal Yusuf, Asno Minanda, edy Mohamad. Belum mempublikasikan programnya kepada pers.

Ada lagi, Paket SPT. Kalau di Perpajakan, SPT kependekan dari Surat Pemberitahuan Tahunan.

Tapi, di Munas MAPPI, Januari 2020 nanti, SPT berarti kependekan nama-nama Penilai:

Setiawan, Budi Prosodjo, Abdullah Fitriantoro. Mereka Pengurus selama ini. Juga belum mempublikasi program ke pers.

Maka, bagaimana para anggota MAPPI memilih Pengurus di Munas, Januari 2020 nanti, bakal menentukan nasib profesi ini ke depan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *