Bekasi | Lampumerah.id – Lonjakan kasus kematian akibat Covid-19 terjadi di sejumlah wilayah di Jabodetabek dan Pulau Jawa.
Kabar terbaru terjadi antrean pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 di wilayah Bekasi.
Sebelumnya beredar kabar sejumlah truk antre mengangkut peti jenazah orderan rumah sakit di Kota Tangerang.
Sedangkan dari Surabaya dilaporkan sempat terjadi penumpukan jenazah pasien Covid-19 di IGD RSUD Drs Soetomo Surabaya.
Kasus Covid-19 di Jakarta dan kota-kota di sekitarnya meningkat dalam beberapa hari terakhir.
Jumlah warga yang meninggal dunia akibat Covid-19 pun bertambah.

Untuk menekan laju kasus Covid-19, pemerintah pusat menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyaralat (PPKM) Darurat.
PPKM Daurat ini telah resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada Kamis (1/7/2021) kemarin.
Ada sejumlah aturan yang diberlakukan selama masa PPKM Darurat tersebut.
Para kepala daerah di Jawa dan Bali diminta menjalankan aturan ketat selama PPKM Darurat diberlakukan.

Kasus Covid-19 di Bekasi
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui, terjadi antrean pemulasaraan jenazah Covid-19 di wilayahnya, hal ini terjadi akibat lonjakan kasus kematian.
Rahmat mengatakan, pemulasaraan jenazah Covid-19 di Kota Bekasi salah satunya dilakukan di RSUD Chasbullah Abdulmadjid untuk selanjutnya dimakamkan di TPU Pedurenan.
“Kemarin memang ada antrean, di RSUD kita saja banyak jenazah yang belum dimakamkan,” kata Rahmat di Stadion Patriot, Kamis (1/7/2021).

Rahmat menjelaskan, kasus kematian Covid-19 di Kota Bekasi meningkat tajam. Pada 26 – 27 Juni 2021, terdapat 43 kasus kematian.
Lalu pada 28 Juni, terdapat 40 kasus kematian serta puncaknya pada 29 Juni 2021 terdapat 73 kasus kematian dalam sehari.
“Makanya dari 22 Juni itu kita ancang-ancang eskavator masuk, karena 10 saja gali lubang mungkin bisa menghabiskan waktu dua sampai tiga jam satu lubang,” tuturnya.
Untuk mengantisipasi antrean pemulasaraan jenazah Covid-19 di rumah sakit, Pemkot Bekasi kini membuka rumah singgah di komplek TPU Pedurenan.
Rumah singgah yang sejatinya fasilitas milik Dinas Sosial untuk pembinaan tunawisma, digunakan sementara untuk melayani pemulasaraan jenazah Covid-19 sesuai prosedur WHO.
“Saya imbau kepada warga masyarakat, kalau diketemukan ada yang meninggal tidak dalam fasilitas RS, segera info ke puskesmas, nanti diambil oleh tim puskesmas,” tuturnya.
“Tim puskesmas nanti bawa ke rumah singgah, terus kita lakukan pemulasaraan sesuai WHO. Baru kita makamkan di Pedurenan, ngggak usah ke RSUD atau swasta lagi,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan, awalnya pemulasaraan jenazah Covid-19 terpusat di RSUD Chasbullah Abdulmadjid.
Namun, lonjakan kasus kematian membuat petugas di RSUD Chasbullah Abdulmadjid kewalahan sehingga perlu dibuka tempat lain untuk fasilitas serupa.
“Sehingga kami harus membuka kembali selain di CAM (RSUD Chasbullah Abdulmadjid), sudah kami buka di RS tipe D Bantargebang, Jatisampurna dan Pondok Gede,” tuturnya.
Dengan dibukanya layanan pemulasaraan di tiap RSUD Tipe D, diharapkan dapat memecah antrean agar tidak menumpuk.
“Akan mengurai percepatan karena kemarin sempat sampai 24 jam non stop, pasien meninggal harus menunggu antrean (proses pemulasaraannya),” jelasnya.
Truk Antre Angkut Peti Jenazah di Tangerang
Permintaan terhadap peti jenazah di Tangerang, Banten dalam beberapa hari terakhir ini meningkat drastis.
Perajin peti mati di Kota Tangerang bahkan banjisebuah pabrik pembuat peti mati kawasan Kelurahan Jurumudi Baru, Kecamatan Benda, Kota Tangerang.
Hiruk pikuk buruh membuat peti mati jadi pemandangan yang langsung terlihat begitu memasuki pintu gerbang.
Suara bising mesin pemotong kayu dan hembusan serpihannya jadi hal yang wajar bagi buruh dan sopir truk yang membawa peti mati di sana.
Bak kerja rodi kerja tanpa henti, ratusan buruh peti mati tampak sibuk lalu lalang membuat peti mati berwarna putih untuk peristirahatan terakhir korban Covid-19.
“Kita bisa produksi peti mati ini untuk hari ini aja itu sudah tembus 500 orderan, mulai hari ini ya,” ujar Frans perajin peti mati sekaligus pemilik pabriknya,Kamis (1/7/2021).
Lain hari lain waktu, bukannnya semakin berkurang, ternyata orderan malah menjadi-jadi.
Awalnya, kata Frans, saat gelombang kedua masuk, pihaknya mulai membuat dari 100 perhari, tambah jadi 250 perhari.

Puncaknya mulai hari ini, tembus 500 permintaan perhari.
“Per Jumat besok tepat dua minggu nih banjir orderan. Nah hari ini tembus 500 orderan dalam sehari, kemarin juga mendekati. Ini bisa tambah terus,” ungkap Frans.
“Makanya perhari ini juga kita bikin kerja 3 shift, kemarin-kemarin itu cuma 2 shift,” tambah dia lagi.
Beberapa hari lalu, pegawainya hanya ada 40 orang, dalam hitungan hari ia terus menambah orang seiring dengan permintaan.
Frans mengatakan kini ia telah mempekerjakan 150 orang untuk membuat peti mati khusus pasien Covid-19.
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta menjadi biang keladi membludaknya orderan di pabrik milik Frans.
“Dari hari pertama juga DKI Jakarta tentu paling banyak order di sini, kemudian mengikuti Tangerang, dan Kerawang,” tutur Frans.
Selain daerah di atas, peti-peti buatan frans telah mendarat sampai Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Tak jarang sampai ke luar pulau Jawa.
“Paling sering sih Jabodetabek, pada jemput petinya ke sini pakai truk,” sambung Frans.
truk-truk besar tampak mengantre di depan pintu pabrik.
Trus tersebut datang dari berbagai rumah sakit di pulau Jawa.
“Barusan itu dari DKI Jakarta, ini lagi loading untuk Depok. Nanti sore sudah nunggu tiga truk lagi,” ujar dia.
Dalam satu truk, bisa membuat sampai 30 peti sekaligus tergantung pesanan.
Frans berucap jangan sampai permintaam bertambah lagi walau hal tersebut secara materi memang menguntungkan untuknya.
Sampai dia harus menyulap pabrik furniture miliknya jadi gudang peti mati.
“Kita kan di sini juga membantu pemerintah membantu menangani Covid-19, misi kemanusiaan juga. Kita juga tetap berharap pandemi ini berakhir minimal mereda lah,” harap Frans.
Beredar Foto IGD RSUD Dr Soetomo Penuh Jenazah Covid-19, Begini Faktanya
Dari Surabaya dilaporkan sempat terjadi penumpukan jenazah Covid-19 di IGD RSUD Drs Soetomo Surabaya.
Foto-foto jenazah di selasar IGD Dr Soetomo beredar di media sosial.
Beredarnya foto jenazah di selasar diduga IGD RSUD Dr Soetomo dibenarkan oleh Direktur RSUD dr Soetomo Surabaya, Dr Joni Wahyuhadi SpBS (k).
Dr Joni mengungkapkan foto tersebut merupakan kondisi IGD pada Rabu (30/6/2021).
Dikatakannya jenazah itu menunggu proses protokol pemulasaraan jenasah covid memakan waktu 1,5 hingga dua jam per jenazah.
“Iya (gambar kondisi IGD), progres penyakitnya cepat sekali, datang sudah dalam kondisi desaturasi. Bahkan ada yang meninggal di ambulans, kemarin sehari meninggal 27. Mohon masyarakat disiplin protokol kesehatan,”ujarnya saat dikonfirmasi, Kamis (1/7/2021).
Dr Joni mengungkapkan kondisi ini tidak terjadi setiap harinya. Hanya pada Rabu (1/7/2021), banyak pasien datang dalam kondisi parah.
“Iya, 27 yang meninggal itu total dengan yang dirawat di ruang isolasi. Tidak pernah seperti itu tahun lalu,” urainya.
Meskipun banyak pasien yang meninggal, dikatakan dr Joni kamar pasien Covid-19 masih dalam kondisi penuh. Bahkan pihaknya masih berusaha menambah kapasitas kamar.


