Surabaya l Lampumerah.id — Teater Djarum resmi memulai rangkaian pentas keliling tahun 2025 dengan menampilkan karya terbaru berjudul Para Petarung, sebuah lakon musikal garapan sutradara Asa Jatmiko. Pertunjukan perdana digelar di Gedung Pertunjukan Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Sabtu malam (18/7/2025), dan akan dilanjutkan ke kota-kota lain seperti Bandung, Surakarta, dan Kudus.
Menggandeng Laboratorium Seni Unesa, Para Petarung menghadirkan cerita tentang perjuangan orang-orang kecil yang hidup dalam bayang-bayang ketakutan, penindasan, dan kemiskinan. Tokoh sentral, Partiyem, menjadi simbol dari suara-suara terpinggirkan yang tetap mencintai hidup meski dalam keterbatasan.
“Merekalah para petarung. Mereka tetap mencintai kehidupan, meski harus mengorbankan segalanya,” ujar Asa Jatmiko usai pertunjukan.
Berbeda dari produksi Teater Djarum sebelumnya, lakon ini dikemas dalam bentuk musikal. Asa menyebut tantangan utama dalam pementasan ini adalah bagaimana aktor tidak hanya menyampaikan karakter lewat dialog, tetapi juga melalui musikalitas yang kuat dan menyentuh.
“Aktor menjadi pusat penggerak cerita, baik saat didukung artistik yang lengkap maupun saat tampil secara minimalis,” tambahnya.
Produksi Para Petarung melibatkan 10 aktor utama, 10 penyanyi koor, serta lebih dari 20 kru artistik. Sebelumnya, Teater Djarum telah menampilkan karya seperti Liang Langit (2024) dan Petuah Tampah, yang dikenal dengan eksplorasi properti dan tata panggung sebagai bagian dari dinamika teater.
Sebagai kelompok teater internal milik PT Djarum, seluruh anggota Teater Djarum adalah karyawan perusahaan. Selain produksi tahunan, mereka juga konsisten mengadakan festival teater pelajar sebagai bentuk pembinaan seni pertunjukan di kalangan generasi muda.
Direktur Kemahasiswaan dan Alumni Unesa, Dr. Muhammad Saleh, menyambut positif pertunjukan ini yang untuk pertama kalinya digelar di kampus Unesa.
“Pertunjukannya sangat profesional. Saya terpesona dengan penampilan awal yang begitu memikat. Semoga ini bisa jadi awal dari kerja sama jangka panjang,” ucapnya.
Ia juga menyoroti kekuatan tema yang diangkat dalam Para Petarung, yang menurutnya sangat relevan dan sarat makna.
“Temanya menggigit. Kita ini semua sejatinya petarung. Ingat pelajaran biologi? Saat ovum dan sperma bertemu, hanya satu yang bertahan, dan itu kita. Jadi pada dasarnya, kita semua adalah pemenang,” paparnya.
Menurutnya, pesan moral dari lakon ini sangat kuat dan menyentuh, terutama jika benar-benar dipahami secara mendalam.
“Di kehidupan nyata, kita semua pasti ingin menang. Tidak ada yang ingin kalah, kecuali dalam lakon drama. Dan Para Petarung berhasil menyentuh sisi itu dengan sangat kuat,” tutupnya.
Setelah pertunjukan di Surabaya, rombongan akan melanjutkan tur ke Bandung dan Surakarta, sebelum menutup rangkaian di Kudus — kota asal Teater Djarum. Kota-kota tersebut dipilih untuk menjangkau penonton yang lebih luas dan menyebarkan semangat perjuangan yang menjadi inti dari pertunjukan ini.(vin/cls)