Lamer | Blitar – Nama Mujiadi mendadak menjadi perbincangan di komunitas Kepala Desa (Kades) Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Dia si penggali kubur yang terpilih jadi Kades.
Lulusan STM bangunan ini mengalahkan tiga kandidat bertitel sarjana dalam Pilkades serentak.
Dalam Pilkades pada 12 Oktober lalu, ia mendapatkan 1.284 suara dari sekitar 6.000 daftar pemilih di desanya.
Mujiadi unggul 82 suara dari raihan incumbent yang maju lagi sebagai calon Kades Pagerwojo, Kecamatan Kesamben.
“Saya ndak ada persiapan apa-apa,” kata Mujiadi kepada wartawan, Sabtu (14/12/2019).
Dilanjut: “Begitu didaftarkan, ya tetap macul (mencangkul) di makam tiap hari. Gak pakai acara ngumpul-ngumpul seperti calon lainnya.”
Yang dimaksud ngumpul-ngumpul adalah semacam kampanye. Atau mempromosikan diri.
Sekalinya mengumpulkan warga, Muji malah mengaku kurang nyaman.
Masalahnya, dia tidak pernah memakai bahasa Indonesia saat berbincang dalam keseharian. Cuma bahasa Jawa.
Selain itu, lelaki 50 tahun ini kerap dihinggapi penyakit demam panggung. Gemeteran saat bicara di depan orang banyak.
Kekurangan itu membuat Muji tidak berharap banyak menang di Pilkades.
“Ya itu lho Mbak. Padahal sudah saya catat. Tapi begitu mau ngomong di depan orang itu, jaaann ilang kabeh (bisa hilang semua) yang di kepala itu,” jawabnya.
Maksudnya, dia sangat grogi jika bicara di depan banyak orang.
Tapi, toh akhirnya dia menang Pilkades. Lumayan…

Kemenangan Muji menjadi ukiran sejarah demokrasi di Desa Pagerwojo. Entah berupa kemajuan atau kemunduran kualitas pemimpin.
Karena sebuah kemenangan yang murni dari aspirasi warga yang menghendaki pemimpin yang bersih dan jujur.
Seorang warga Dusun Dawung, Dwi Hari mengaku suatu kejutan besar Muji menang di Pilkades.
Pasalnya, lawan-lawan dia di ajang pemilihan itu berat. Selain semua jago orasi dengan titel sarjana, para kandidat tak segan membagi uang untuk menggalang dukungan.
Sedangkan, Mujiadi? Jangakan bagi-bagi uang, bicara pun dia tak bisa.
“Saya gak mengira Pak Muji bisa menang. Dia bukan kader partai dan tidak pakai uang sama sekali untuk cari dukungan. Jadi, warga desa makin cerdas memilih pemimpin sekarang,” pungkasnya. (*)