GRESIK | lampumerah.id – Masyarakat Kabupaten Gresik patut berbangga. Pasalnya di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Kecamatan Manyar, kini telah beroperasi smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) senilai Rp 58 Triliun.
Peresmian operasi smelter PTFI berlangsung di depan area Tangki Asam Sulfat, dihadiri dua menteri sekaligus. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, didampingi Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas.
Turut hadir Pj. Gubernur Jawa Timur yang diwakili Pj. Sekdaprov Bobby Soemiarsono, serta Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani.
“Pabrik yang saya sebut extraordinary. Luar biasa dalam waktu 30 bulan sejak kita groundbreaking Presiden bisa (selesai pembangunan) on time. Ini luar biasa,” kata Airlangga mengawali sambutannya.
Ia mengatakan, pembangunan smelter Freeport adalah bagian dari perjanjian Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Proses pembangunan berlangsung tepat waktu dimana saat ini telah mulai beroperasi dan berproduksi pada Agustus hingga mencapai kapasitas penuh pada
Desember 2024.
“Jadi ini (smelter) sangat tepat waktu karena sekarang renewable energy menjadi tren dan butuh critical mineral salah satunya copper,” kata Menko.
Ia mengatakan dengan adanya smelter PTFI ini, maka aktivitas penambangan sampai proses
pemurnian berlangsung di dalam negeri. Diharapkan hal ini berdampak positif bagi perekonomian tanah air, dimana nilai tambah hasil tambang akan dinikmati di dalam negeri.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengaku bersyukur dan bahagia sebab proses pembangunan smelter PTFI ini menghadapi sejumlah tantangan.
“Saya tahu betul membangun smelter ini tidak gampang, sempat mau digeser, dinamikanya minta ampun. Pada 2021, saat kita putuskan segera membangun, ada pandemi Covid-19. Namun hari ini kita bisa sama-sama menyaksikan smelter ini (mulai beroperasi). Ini pembuktian manajemen Freeport mewujudkan komitmen implementasi syarat IUPK,” kata Bahlil.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang diwakili Plt. Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Bambang Suswantono, mengatakan Kementerian ESDM terus memonitor dan memantau pembangunan smelter Freeport.
“Alhamdulillah Kabupaten Gresik, Pemprov Jatim ikut mendukung sehingga pembangunan smelter Freeport selesai tepat waktu dan ini menandai dimulainya hilirisasi mineral di negara kita,” kata Bambang.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan pembangunan smelter baru ini merupakan komitmen PT Freeport Indonesia mendukung kebijakan hilirisasi mineral tembaga, yang dicanangkan pemerintah.
Ia mengatakan tembaga ke depannya akan sangat dibutuhkan dunia. Negara lain sedang berlomba dalam transisi energi, akan membutuhkan tembaga yang sangat banyak.
“Apa yang dicanangkan Presiden dalam IUPK untuk membangun satu smelter baru lagi, adalah intuisi yang tepat. Permintaan tembaga dunia akan meningkat terus, mempercepat pembentukan ekosistem electric vehicle, mempercepat Indonesia emas,” katanya.
Untuk diketahui, smelter baru PTFI mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton. Selain menghasilkan katoda tembaga, smelter juga menghasilkan lumpur anoda yang selanjutnya dimurnikan di Precious Metal Refinery (PMR) menjadi emas dan perak batangan, serta Platinum Group Metals (PGM).
Hingga akhir Mei 2024, investasi PTFI untuk pembangunan smelter tembaga dengan desain single line terbesar di dunia ini telah mencapai 3,67 miliar dolar AS atau sekitar Rp 58 triliun. (san)