Baku Mewek di Halaman Rumah

Oleh: Djono W. Oesman

Sahabat berseberangan, biasa. Beda orang, beda isi kepala. 2018 Erick Thohir Ketua Timses Capres Jokowi-Ma’ruf Amin. Seberangnya, Sandiaga Uno Cawapres-nya Prabowo Subianto. Kontra. Apakah mereka baku pukul? Sorry brow… Mereka baku tangis. Asli, te-tangis-an.

Ceritanya, Pilpres 2019 ada dua kandidat. Jokowi-Ma’ruf lawan Prabowo-Sandi. Duel meet. Berpapasan di gang buntu. Rakyat Indonesia ikut terbelah (afiliasi coblosan Pilpres). Heboh luar biasa.

2018 masing-masing kubu membangun kekuatan massa. Di situ ada Erick (kini Menteri BUMN) versus Sandi (kini Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif).

Waktu itu, publik belum tahu, bahwa Erick – Sandi sohib kental. Teman SD, sampai kuliah di Amerika. Erick kuliah di Glendale University, lanjut ke National University. Sandi di Wichita State University, lanjut ke George Washington University.

Di masa dewasa, mereka tetap akrab. Sandi Ketua Umum HIPMI 2005-2008, Erick masuk unsur pimpinan HIPMI. Keakraban sampai anak – isteri mereka.

Pertengahan 2018 Sandi ditarik Prabowo jadi Cawapres. Kampanye ke mana-mana. Didukung kelompok 212. Terkenal dengan Munajat 212, dibacakan Neno Warisman di tengah massa, di Lapangan Monas Jakarta.

Jumat, 7 September 2018 Jokowi menunjuk Erick jadi Ketua Timses. Penunjukan diumumkan Jokowi bersama Ma’ruf di Posko Pemenangan, Jalan Proklamasi no 46, Menteng, Jakarta Pusat.

Di situlah dua karib ini berseberangan. Di pidato pertama Erick, saat baru ditunjuk jadi Timses, ia menyatakan, ingin memeluk Sandi, sahabatnya. Saat itu, entah basa basi atau serius.

Tak dinyana, kemudian mereka benar-benar bertemu di ‘gang buntu’.

Sehari setelah peninjukkan Timses, Sabtu, 8 September 2018, Erick menghadiri akad nikah putera Ketua DPR, Bambang Soesatyo. Di perumahan pejabat tinggi negara, Jalan Widya Chandra III, Jakarta.

Erick meninggalkan acara jelang pukul 09.00. Berjalan di halaman depan rumah, menuju gerbang. Saat bersamaan, Sandi jalan masuk rumah, hendak menghadiri acara akad nikah.

Mereka bagai berpapasan di gang buntu. Langkah mereka terhenti. Saling pandang. Tertegun. Tanpa rencana.

Sandi maju, setengah lari, mendatangi sohibnya. Erick tersenyum lebar, menyambut salaman. Jabat erat. Banyak orang menyaksikan itu. Pejabat dan sopir-sopir pejabat. Ikut terpana.

Lalu, dengan cepat, dua lelaki itu berpelukan. Cukup lama. Beberapa detik. Sampai penonton larut, dalam hening, di pagi yang cerah itu.

Tidak bisa orang mengukur, seberapa mengharukan itu. Seberapa melow.

Tapi, Sandi menceritakan ke wartawan: Bahwa Erick tak bisa berkata-kata di momen itu. Tenggorokannya tercekat. Erick hanya mengucap selamat ke Sandi. Pelan sekali.

“Pak Erick nangis. Asli, nangis di depan saya. Saya… juga nangis, gitu,” ujar Sandi emosional.

“Pak Erick matanya berkaca-kaca, waktu dia bilang: Selamat,” ucap Sandiaga. “Saya ikutan nangis, terima kasih… Memujinya sebagai Timses.”

Sulit membayangkan, dua pejabat tinggi negara ini, mewek bersama. Baku mewek. Disaksikan banyak orang. Yang larut haru.

Tapi, begitulah sahabat. Bagai kepompong. Metamorfosis, dari ulat menjadi Timses. Juga Cawapres. Tak lupa asalnya, ketika masih ulat.

Tak Pernah Satu Sekolah

Meski Sandi mengatakan ke wartawan, bahwa ia dan Erick teman sejak SD, sebenarnya itu hanya ungkapan keakraban. Mereka tidak pernah satu sekolah.

Erick lahir di Jakarta, 30 Mei 1970. Putera Teddy Thohir, pengusaha. Ayahnya asal Lampung, sedangkan ibunya berdarah Tionghoa dan Sunda. Saudaranya, Garibaldi Thohir (Boy Thohir) bankir investasi. Ia punya kakak perempuan bernama Rika.

Erick sekolah di SD Santo Fransiskus Asisi. Lokasi di Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan.

Novia, pegawai Tata Usaha SD Asisi, kepada wartawan membenarkan: “Iya, benar, Erick Thohir pernah sekolah di sini. Dari tahun 1977 hingga 1983. Kalau SMP-nya saya kurang tahu beliau di mana,” katanya kepada wartawan, Senin (10/9/18).

Sandi lahir di Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969. Ayahnya, Razif Halik Uno, pegawai Caltex (kini Chevron). Ibunya, Rachmini Rachman. Yang kemudian jadi tokoh pendidikan dengan panggilan Mien Uno.

Sandi kecil bergaul dengan anak-anak di kompleks perumahan Caltex. Itu wilayah eksklusif. Tamu, harus meninggalkan KTP di pos satpam.

Ketika Sandi usia SD, ayahnya sudah berhenti dari Caltex. Keluarganya pindah ke Jakarta. Sandi dimasukkan SD 6 PSKD Bulungan, Blok M, Jakarta Selatan. Lanjut ke SMP Negeri 12 Jakarta, SMA Pangudi Luhur.

Dari SD sampai SMA, Sandi – Erick tak pernah satu sekolah. Mereka akrab sejak SMA, ketika masuk Klub Basket Tunas Jakarta. “Di situ kami akrab. Kemudian sama-sama kuliah di Amerika,” kata Sandi. Di Amerika pun tak pernah sekampus.

Maka, ketika Erick unggah foto kebersamaan masa muda mereka di Boston, Amerika, 1989, warganet heboh. Erick mengunggahnya, sewaktu Sandi baru saja diangkat jadi menteri, Desember 2020. Warganet ramai komen.

Begini: “Semoga mereka tulus, sungguh-sungguh membantu Pak Jokowi memajukan Indonesia ya pak,” tulis akun @marissusanna.

Ada warganet menyebut mereka sebagai: Kawanan Penakluk. Komen begini:

“Kawanan penakluk, jangan sampe kepeleset Chief! Terus kelola negeri ini makin baik,” pesan akun @dansitorus kepada Erick.

Ya-lah… persahabatan mereka bukan apa-apa, tanpa karya memajukan Indonesia. Tangis mereka tak bermakna, tanpa prestasi. (bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *