Lestarikan Budaya Jawa, Aston Hotel Gresik Ajak Milenial dan Kaum Ibu Belajar Wiru Jarik

GRESIK | lampumerah.id – Bertujuan melestarikan budaya, Aston Gresik Hotel & Conference Center menggelar acara ‘Wiru Jarik Yogyakarta dan Solo.

Dengan mengandeng DPC Tiara Kusama Kabupaten Gresik, acara yang digelar di Nira Restoran tersebut, diikuti 70 peserta remaja maupun kaum emak-emak.

Hadir sebagai narasumber, pemerhati budaya dan praktisi wiru Kusdjuandono, Ketua DPC Tiara Kusuma Gresik Yuni Lestari, dan Director Sales & Marketing PT Dharma Graha Utama Ika Putri Widyaningtyas. Acara yang berlangsung secara lesehan itu semakin gayeng, dengan dipandu moderator Marketing Communication PT. Dharma Graha Utama Grup Eko Sugeng Wahyudi.

Ika Putri Widyaningtyas menyampaikan, pihaknya terus mengandeng berbagai komunitas untuk melestarikan budaya.

“Ini kegiatan pertama kami, dengan melibatkan komunitas budaya. Rencananya kami mengagendakan bersama berbagai komunitas setiap bulan,” ujar Ika.

Dia memastikan, selain terbuka untuk semua kalangan semua peserta kegiatan pelestarian budaya ini tidak dikenakan biaya.

“Selain pelestarian budaya, kami juga ingin mempromosikan kuliner angkringan yang kebetulan saat ini, kami membuka Angkringan Lek Sri dengan pemandangan langsung kota Gresik dari atas,” terang Ika.

Ketua Tiara Kusuma Gresik Yuni Lestari mengatakan, ide awal dari kegiatan ini berangkat dari kepedulian semakin jarangnya budaya wiru.

Bila budaya ini tidak dijaga, bahkan dilestarikan, bukan tidak mungkin Budaya Wiru Jarik akan hilang ditelan globalisasi jaman.

“Ini cara kami mengajak kaum muda pelan-pelan untuk mencintai kebudayaan Nusantara,” kata Yuni.

Pemerhati praktisi Budaya Wa Jarik Kusdjuandono menjelaskan ilmu tentang wiru atau wiron sangat penting dipahami masyarakat, khususnya orang Jawa.

Karena Budaya Wiri Jarik banyak mengajarkan tentang filosofi kehidupan. Contohnya tentang Batik Sidomukti dengan motif kupu-kupu, yang banyak digunakan saat ritual pernikahan.

“Ini menunjukkan untuk mendapatkan hasil yang bagus, layaknya kupu-kupu ada proses kepompong,” jelasnya.

Lebih lanjut, disampaikan Kusdjuandono wiru terbagi menjadi 2 jenis yakni wiru putra dan wiru putri. Untuk wiru putra berada disisi sebelah kanan jarik, dengan ukuran lipatan 5-7 centimeter atau setara dengan 3 jari. Sementara wiru putri berada disisi kiri jarik dengan ukuran lipatan 3-6 centimeter atau setara dengan 2 jari.

“Semua penuh filosofi. Mudah-mudahan budaya wiru tetap lestari,” harapnya. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *